Beberapa hari yang lalu, tepatnya Senin, 16 Oktober 2017 saya menghadiri sebuah talk show yang di selenggarakan oleh kakak tingkat saya dari BEMP Pendidikan Sosiologi di sebuah Universitas negeri di Jakarta. Saya bukan ingin membahas tentang bagaimana acara ini berlangsung akan tetapi yang menjadi perhatian saya adalah pada saat ketua BEMP ini sedang berbicara di acara ini, jadi fokus dari artikel ini adalah tentang si "ketua BEMP" ini.
Pada saat di berikan waktu dan tempat untuk menyampaikan sambutan 60% dari ucapannya adalah sebuah ucapan terima kasih, baik itu kepada bintang tamu, penonton, dan panitia. Uniknya pada kalimat terakhir ia mengucapkan kurang lebih seperti ini "Jika ada salah atau kekurangan dari acara ini semuanya mutlak kesalahan saya sendiri". Bukan seperti kalimat-kalimat formalitas untuk sebuah penutup sambutan seperti "jika ada salah atau kekurangan itu datangnya dari manusia dan kebenaran itu datangnya dari Allah SWT". Unik bagi saya karena yang saya maknai dari kata-kata dia adalah "jika ada kekurangan atau kesalahan acara ini, mutlak datangnya dari pribadinya (si ketua) bukan dari anggota kepanitiaannya yang lain". Menurut saya agak arogan untuk bilang semua kekurangan dan kesalahan acara ada pada diriya sendiri dan di sisi lain kata-katanya itu juga menjadi bentung apresiasi kepada panitia yang sudah membantu berjalannya acara( menurut saya).
Hal lain yang membuat saya terkesan pada ketua itu adalah pada saat penonton keluar dari ruangan ia siap di depan pintu dan secara personal biang terimakasih karena sudah datang ke acara ini. Yang saya lihat mengapresiasi adalah perilaku khas dari si ketua ini. Bukan hal mudah memandang suatu fenomena,kejadian, atau seseorang dari sudut pandang yang positif( maksudya memberikan penilaian baik) akan tetapi akan lebih mudah bagi kita untuk mencari kekurangan dan mengkritik suatu hal.
Dari sudut pandang saya, ketua ini bukan tipikal orang yag punya karisma seorang pemimpin. Maksudnya adalah ada tipikal pemimpin yang di hargai oleh anggotanya karena ucapannya yang membuat orang bisa langsung terpanah dan ikut melaksanakan ucapannya. Akan tetapi periaku apresiatif ini yang membuat orang lain mau bekerja sama dengannya, orang lain mau mendengarkan kata-kata yang dia ucapakan karena di awal orang lain itu sudah merasa di hargai.
Pada saat kita di apresiasi atau di hargai orang lain, secara tidak langsung hal itu memacu kita berusaha untuk bekerja lebih baik dan lebih baik lagi, baik itu karena merasa ingin di apresiasi lagi ataupun sebagai bentuk timbal balik dari sikap di hargai tadi. Akhirnya anda akan melakukan berusaha melakukan pekerjaan dengan baik bukan karena sekedar tuntuan profesionalitas saja tapi secara tidak langsung bekerja dengan baik itu adalah bentuk terimakasih kita terhadap orang yang menghargai kita. Â Menurut anda, apakah dengan orang lain mengapresiasi kita di depan umum dapat meningkatkan kinerja kita terhadap orang tersebut? lalu jika anda di berikan pilihan untuk memilih pimpinan anda, apakah anda akan memilih pemimpin yang karismatik atau apresiatif?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H