Mbah Arjosuwito atau kerap disapa Mbah Arjo, kakek penjual soto yang berusia 94 tahun. Mbah Arjo mulai berjualan soto sejak tahun 1941. Sebelumnya, Mbah Arjo berjualan berpindah tempat mulai dari selasar Pasar Beringharjo hingga pada akhirnya pindah dan menetap di selatan Toko Progo, tepatnya di sudut Jalan Mayor Suryotomo, Gondomanan, Yogyakarta hingga saat ini.
Walaupun usianya hampir seabad, Mbah Arjo masih memiliki semangat berjualan. Soto Mbah Arjo buka setiap hari pukul 09.00 –16.00 WIB. Namun, karena kondisi umur serta fisik yang sudah tidak memungkinkan, terkadang beliau tutup lebih cepat. Setiap hari Mbah Arjo mempersiapkan bahan-bahan untuk jualan dan mendorong gerobaknya seorang diri. Meski terlihat rasa lelah menghiasi wajahnya, Mbah Arjo tetap tersenyum saat melayani pembeli.
Usia Mbah Arjo yang tak lagi muda, membuat ruang gerak beliau semakin terbatas. Nampak tangan tua Mbah Arjo memasak dan meracik soto dagangannya seorang diri dengan perlahan dan hati-hati.
Purwanti anak perempuan Mbah Arjo mengatakan, ia hanya membantu membeli bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat soto. Bapaknya tersebut enggan dibantu karena tidak ingin cita rasa soto aslinya hilang.
“Yang menyiapkan sotonya saya berdua sama Bapak. Saya yang belanja bahan-bahannya, Bapak yang masak. Bapak tidak mau dibantu masak karena takut cita rasa sotonya hilang” ucap Purwanti.
Mbah Arjo mengatakan, dahulu beliau mampu menjual hingga 100 porsi dalam sehari. Namun, selama pandemi COVID-19 penjualan soto Mbah Arjo berkurang, kadang beliau hanya mampu menjual 10 porsi per harinya.
“Kalau sisa dibagi ke orang di pinggir jalan atau dibawa pulang ke rumah,” ucapnya.
Mbah Arjo mengatakan, beliau berjualan soto hanyalah sebagai hiburan dan mengisi kegiatan sehari-hari. Hal ini karena beliau tinggal seorang diri dan tidak tahu mau melakukan kegiatan apa di rumah.
“Ibu sudah meninggal 5 tahun yang lalu. Dulu Bapak jualan sotonya dengan Ibu, tapi sekarang jualannya sendiri. Sejak itu, Bapak jualan hanya 3-5 kg nasi, dulu waktu sama Ibu bisa 10-15 kg. Semenjak Ibu nggak ada, Bapak jualan hanya untuk hiburan mengisi kegiatan sehari-hari saja,” ujar Purwanti.
Harga semangkok soto Mbah Arjo sangat terjangkau, hanya 7 ribu rupiah. Walaupun harganya terjangkau, isian soto ayamnya pun komplit. Terlihat soto diracik dari nasi, suwiran ayam, perkedel, tahu bacem, tempe, bihun, tauge, seledri, ditambah siraman kuah yang gurih. Soto Mbah Arjo cocok menjadi menu sarapan yang mengenyangkan dan menghangatkan perut.
Dari rupa, soto ayam Mbah Arjo ini terlihat menggugah selera karena isiannya yang komplit dan porsinya yang banyak. Rasanya sederhana, tapi kesegaran yang didapatkan benar-benar luar biasa. Keunikan dari soto Mbah Arjo yaitu memiliki cita rasa sedikit manis dengan kuah gurih yang kental dan medok berbeda dengan soto lainnya.
Faris pembeli soto mengaku, baru pertama kali membeli dan mencicipi soto buatan Mbah Arjo dan rasanya enak. Rasanya gurih dengan cita rasa kuah medok, berbeda dengan soto ayam lainnya.
“Baru pertama ini nemu soto yang rasanya medok, ternyata enak. Lain kali akan kesini untuk nyicipin lagi,” ucap Faris.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H