Mohon tunggu...
Humaniora

Mengubah Paradigma Mistifikasi Menuju Pemahaman Logika Berfikir

15 Desember 2017   05:11 Diperbarui: 15 Desember 2017   05:55 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia merupakan negara yang terdiri dari masyarakat yang heterogen, kemajemukan ras, bahasa, dan agama menjadi komponen yang membangun negara Indonesia. 

Atas dasar itulah Indonesia telah menjadi negara yang memiliki keberagaman dalam kepercayaan yang dianut, hal ini tentu menjadi pengaruh dalam kondisi sosial maupun cara berfikir masyarakat Indonesia. Berfikir berdasarkan kepercayaan/mistik menjadi sebuah polemik yang tidak disadari karena kepercayaan yang telah membangun masyarakat Indonesia.

Pada dasarnya masyarakat Indonesia memiliki sumber daya manusia yang melimpah dengan segenap prestasi oleh orang-orang yang berpendidikan. Namun pemikiran yang didasarkan pada kepercayaan/mistik tidak menjadi sekat antara masyarakat yang berpendidikan maupun tidak. 

Orang awam yang tidak berpendidikan sangat memegang kuat paham terhadap sebuah kepercayaan/mistik, seperti yang dijumpai dalam keseharian adanya paham mistika dalam sebuah ritual, sesajen dan mempercayai benda-benda yang memiliki kekuatan seperti keris dan pedang. 

Tidak menutup kemungkinan orang  yang berpendidikan pun dalam memahami sebuah teori masih berdasarkan paham/kepercayaan yang sifatnya tidak ilmiah. Hal ini disebabkan karena pemikiran logika mistik telah menjadi pemikiran seluruh lapisan masyarakat Indonesia.

Logika mistik merupakan pemikiran yang dilandasi pada suatu kepercayaan/mistik sehingga segala sesuatu selalu dikaitkan dengan hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan/kegaiban, alat ukur dalam logika mistik adalah mistis dan kegaiban. Sedangkan Science berdasarkan logika dan berfikir nalar, yang menjadi alat ukur dari ilmu alam adalah teori dan pengetahuan. 

Walaupun berbeda alat ukur dalam menemukan kebenaran, Science dan logika mistik menjadi pegangan bagi seluruh manusia. Namun terdapat kelompok manusia yang hanya berpegang pada Science biasa disebut Atheis dan ada manusia yang hanya mempercayai logika mistik tanpa mempercatai ilmu alam tergolong manusia yang berfikiran primitif.

Sebagai sebuah contoh dalam penciptaan alam semesta, Science menjelaskan bahwa alam semesta terbentuk dengan sendirinya berdasarkan teori tanpa adanya penyebab dari penciptaannya. Sedangkan pandangan logika mistik bahwa adanya alam semesta karena diciptakan oleh Sang Pencipta, artinya terdapat sebab dari penciptaannya. 

Proses penciptaan alam semesta berdasarkan Science dalam teori Nebula membutuhkan waktu yang panjang dan melalui tahapan yang ekstrim. Logika mistik dalam ilmu agama mempercayai alam semesta hanya terbentuk melalui Firman dan Pepatah dari Sang Pencipta "Kun fayakun" Jadilah, maka jadilah. Dengan kegaiban dari Sang Pencipta alam semesta terbentuk hanya melalui 6 tahapan.

Dalam kasus lain penciptaan manusia dalam Science melalui  proses dalam sebuah teori Evolusi yang menyatakan manusia tercipta berawal dari monyet. Kemudian kini berubah menjadi manusia yang berakal dalam kurun waktu ratusan bahkan milyaran tahun, dengan dibuktikan dalam penelitian berupa fosil manusia pertama menyerupai seekor monyet. 

Namun dengan keajaiban yang diberikan Sang Pencipta awal penciptaan manusia berawal dari tanah kemudian ditiupkan ruh sebagai sumber kehidupan terciptalah manusia pertama sebagai Nabi Adam yang awal mula ditempatkan di Syurga dan hanya melalui waktu beberapa bulan untuk seorang bayi terlahir didunia.

Sangat terlihat perbedaan yang signifikan antara Science dan logika mistik, Science berdasarkan teori, pengetahuan dan fakta dari sebuah penelitian, namun logika mistik terlihat hanya sebagai sebuah dongeng yang tidak bisa dibuktikan dengan nalar dan panca indera manusia. Dalam hal ini bukan berarti logika mistik dan ilmu keagamaan tidak bisa menjadi landasan berfikir manusia, karena pada dasarnya teori dari Science sendiri hanya diciptakan oleh manusia dan teori tersebut sifatnya hanya bisa dipanca inderakan oleh manusia sebagai objek teori nya.

 Sedangkan ilmu keagamaan dan segala hal yang berkaitan dengan ciptaan Sang Pencipta tidak dapat dinalarkan manusia karena dalam hal ini kemampuan nalar manusia terbatas, dan Sang Pencipta adalah sumber nalar tertinggi dimana manusia tidak dapat mencapainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun