Di era medern saat ini, keberagaman media massa yang semakin canggih, berkembang juga bervariasi jenisnya, hal tersebut merupakan bukti yang nyata bagi pesatnya informasi dan teknologi. Di era globalisasi saat ini kemudahan akses informasi yang dibutuhkan dapat dengan mudahnya dalam hitungan detik dan yang menariknya biaya yang murah, dalam hitungan detik bila terjadi peristiwa maka dengan cepatnya menyebar di media massa. Menurut Burhan Bungin dalam buku Media Relations Konsep, Strategi & Aplikasi, media massa ialah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal pula. Secara umum media massa mempunyai fungsi yaitu menyiarkan informasi, mendidik, menghibur dan mempengaruhi. Dalam beberapa waktu terakhir, keinginan tiap individu untuk mendapatkan informasi semakin meningkat dengan cepat melalui berbagai sumber media massa. Awalnya, media cetak seperti surat kabar, majalah, dan buku menjadi sumber utama, namun kemudian diikuti oleh media elektronik seperti radio dan televisi, bahkan sekarang ada internet yang menjadi jaringan informasi yang tak terelakkan. Televisi menjadi salah satu media massa yang sangat efektif dalam menyampaikan informasi karena mampu menggabungkan suara dan gambar dalam bentuk audiovisual. Saat ini, tidak dapat disangkal bahwa mayoritas masyarakat Indonesia memiliki televisi di rumah sebagai media untuk mendapatkan informasi sekaligus hiburan.
Penyebaran luas tayangan infotainment saat ini sangat dipengaruhi oleh dominasi logika pasar bebas yang dikendalikan oleh kepentingan komersial. Hiburan menjadi prinsip dasar dalam ideologi di balik semua konten yang disajikan di televisi, dengan tujuan utamanya adalah untuk mencapai rating yang sebesar-besarnya. Berdasarkan laporan terbitan Nielsen Newsletter edisi 14-28 Februari 2011, terungkap bahwa jumlah penonton yang setia terhadap program-program informasi di televisi seperti dokumenter, majalah TV, infotainment, hobi, gaya hidup, dan sejenisnya mengalami peningkatan sebesar 61% pada bulan Februari. Salah satu faktor yang turut berperan dalam maraknya tayangan infotainment di layar kaca adalah biaya produksi yang relatif murah untuk jenis program ini. Selain itu, minat dari para pengiklan terhadap program-program infotainment masih tinggi, terbukti dengan adanya iklan yang mengisi slot-slot iklan pada berbagai program infotainment.
Meskipun kontroversi mengenai manfaat dari tayangan infotainment, penting bagi para pekerja di industri infotainment untuk berpikir secara jernih dan bijaksana serta menerima masukan dari berbagai pihak dalam masyarakat. Terutama, mereka harus membuka diri terhadap masukan dari lembaga-lembaga resmi dengan prinsip utama, yaitu kepentingan publik dan mengedepankan prinsip saling menghargai dalam kehidupan. Dalam agama Islam, peran penting etika berkomunikasi terletak pada pembentukan hubungan yang sehat dan harmonis antara individu. Nabi Muhammad saw. mengajarkan nilai penting dari komunikasi yang baik, yang didasarkan pada prinsip-prinsip seperti kejujuran, keadilan, penghormatan, dan kesantunan. Oleh karena itu, dalam penyampaian informasi dan pembahasan isu-isu yang berkaitan dengan Islam, program tayangan TV infotainment harus memperhatikan dan mengintegrasikan nilai-nilai ini.
Pada era saat ini banyak program tv yang membuat tayang mengenai gosip dari para entertaiment di Indonesia seperti contoh kasusnya ada syanaz sadiqoh yang berselingkuh dengan rendi hal tersebut membuat pemberitaan yang harus dihindari pasalnya Etika komunikasi dalam Islam melarang tindakan fitnah (penghinaan) dan ghibah (mengumpat). Dalam konteks program infotainment, sangat penting untuk menghindari penyebaran berita palsu, rumor, atau pencemaran nama baik individu atau kelompok tertentu tanpa adanya bukti yang kuat. Komitmen harus diberikan untuk menyampaikan informasi yang akurat, seimbang, dan tidak memicu konflik atau ketidakadilan.
 Program infotainment di televisi tidak termasuk dalam program Islami, namun demikian, jika dianalisis lebih lanjut, infotainment tetap memiliki sisi positif walaupun sering kali terhalangi oleh sisi negatif yang lebih dominan, seperti ghibah yang melekat pada infotainment. Dalam proses analisis, penulis mengacu pada etika komunikasi Islam yang dikemukakan oleh Jalaluddin Rakhmat. Rakhmat menjelaskan bahwa terdapat enam bentuk gaya bicara (qawlan) yang dapat digunakan untuk mengevaluasi tinjauan etika komunikasi Islam terhadap infotainment. Tentang menghargai privasi manusia lain juga merupakan etika yang harus di terapkan dalam melakukan pogram tayang tv yang dijalankan Dalam perspektif Islam, menghormati privasi individu dan menghargai keberagaman adalah aspek yang sangat penting dalam etika berkomunikasi. Dalam konteks program tayangan infotainment, penting untuk menjaga batasan yang jelas dalam mengungkapkan informasi pribadi atau melakukan intervensi yang tidak diinginkan terhadap kehidupan individu. Selain itu, program tersebut juga harus menghindari generalisasi atau stereotipe yang merendahkan atau merugikan kelompok agama atau budaya tertentu.
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, beberapa kesimpulan dapat diambil. Al-Qur'an menyatakan bahwa berbicara yang benar dan menyampaikan pesan yang benar adalah prasyarat untuk mencapai kebesaran, kebaikan, kemaslahatan, dan amal yang baik. Jika kita ingin sukses dalam karir dan berusaha memperbaiki masyarakat, maka penting bagi kita untuk menyebarkan pesan yang benar. Dengan kata lain, masyarakat akan mengalami kerusakan jika pesan-pesan komunikasi yang disampaikan tidak benar, atau jika seseorang menyembunyikan kebenaran karena takut menghadapi institusi atau rezim yang mempertahankan kekuasaannya dengan penipuan atau penutupan kebenaran. Tindakan berkata jujur, seperti yang diperintahkan dalam Al-Qur'an dan hadis, menjadi suatu kewajiban bagi umat Muslim untuk mengimplementasikan sifat kejujuran dan berbicara yang benar, yang dalam konsep Al-Qur'an dikenal sebagai qaulan sadidan. Debat di ruang publik harus dilakukan dalam kondisi yang ideal, di mana tidak ada pihak yang diizinkan menggunakan cara pemaksaan, penekanan, atau dominansi dalam komunikasi tersebut.
Sumber :
https://journal.walisongo.ac.id/index.php/icj/article/view/2112/1523
https://journal3.uin-alauddin.ac.id/index.php/tabligh/article/view/342
https://jurnal.iain-bone.ac.id/index.php/aldin/article/view/1704/900
file:///C:/Users/putri/Downloads/2574-Article%20Text-9238-1-10-20190111.pdf
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/tabayyun/article/view/17804/5751
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H