Mohon tunggu...
Putri Putri
Putri Putri Mohon Tunggu... Guru - Guru

Membaca buku cerita

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Teori psikososial Erik Erikson

17 Januari 2025   14:44 Diperbarui: 17 Januari 2025   14:44 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Teori psikososial Erik Erikson adalah teori yang menjelaskan perkembangan kepribadian manusia melalui delapan tahap. Teori ini menekankan pentingnya hubungan sosial dalam pembentukan kepribadian. 

Tahapan perkembangan psikososial Erik Erikson 

Kepercayaan vs ketidakpercayaan

Otonomi vs rasa malu dan ragu

Inisiatif vs rasa bersalah

Industri (kompetensi) vs inferioritas

Identitas vs kekacauan identitas

Keintiman vs isolasi

Generativitas vs stagnasi

Integritas vs keputusasaan

Setiap tahap perkembangan memiliki konflik psikososial yang harus diatasi. Konflik ini dipengaruhi oleh pengalaman sosial dan lingkungan yang dialami oleh individu. Keberhasilan atau kegagalan dalam menghadapi konflik ini akan membentuk imej diri seseorang. 

Teori psikososial Erik Erikson masih menjadi pegangan dalam teori perkembangan hingga saat ini.

Erikson mengembangkan teori psychosocial development, yaitu bagaimana kebutuhan individu seseorang (psycho) tergabung dengan keperluan dan tuntutan masyarakat (social). Erikson mengajukan 8 tahapan yang harus kita lewati dalam proses perkembangan kita. Pada setiap tahapan tersebut, terdapat sebuah konflik yang harus dihadapi dan di selesaikan agar kita memiliki perkembangan yang normal. 

1. Trust vs Mistrust (0-18 Bulan)

Pada tahapan ini, seorang anak belajar untuk mempercayai caregivers mereka. Anak bergantung sepenuhnya kepada caregivers untuk keperluan makan, minum, tampat tinggal, dan kasih sayang (trust). Pada tahapan ini, seorang anak juga develop mistrust, yaitu contohnya ketika anak menangis, tetapi caregivers tidak ada disana untuk menenagkan. Atau ketika caregivers kelupaan untuk memberikan makanan kepada anak. Keadaan dimana keperluan anak tidak terpenuhi dan menghasilkan mistrust ini juga merupakan sesuatu yang penting untuk perkembangan anak. Mistrust menjadi salah satu konflik yang harus dihadapi anak pada tahap perkembangan ini. Sedikit mistrust memang baik, tetapi bila caregivers secara konsisten tidak bisa diandalkan dan terus-menerus tidak bisa dipercaya, maka anak akan tumbuh menjadi seseorang yang yang melihat dunia dengan anxiety, ketakutan, dan mistrust. 

2. Autonomy vs Shame and Doubt (18 Bulan -- 3 Tahun)

Pada tahapan ini, seorang anak sudah memiliki autonomy dan independence. Anak sudah mulai memiliki makanan favorit dan mereka sudah memiliki preference terhadap suatu hal. Pada tahapan ini, penting untuk orang tua untuk memberikan pilihan dan autonomy kepada anak mereka. Contohnya, seperti memberikan kepada anak pilihan 2 jenis pakaian yang mau dikenakan di pagi hari. Pada tahapan ini, seorang anak juga sudah siap untuk melakukan toilet training.

3. Initiative vs Guilt (3-5 Tahun)

Pada tahpan ini, seorang anak mulai mengambil inisiatif dan mengontrol apa yang terjadi ketika bermain dengan teman-temannya. Anak akan mulai terus menerus menanyakan pertanyaan-pertanyaan filosofis yang bahkan kita tidak tahu jawabannya. Bila pada tahapan ini orang tua membatasi anak mengambil inisiatif(controlling), maka anak akan bertumbuh menjadi seorang yang tanpa ambisi, tidak inisiatif, dan selalu merasa bersalah.

4. Industry vs Inferiority (5-12 Tahun)

Pada tahapan ini, seorang anak mulai merasa bangga atas keberhasilan dan kesuksesan dirinya. Anak mulai harus berinteraksi dengan lebih banyak orang dan mengejar kegiatan akademis mereka. Kesuksesan dalam bersosialisasi dan menggapai suatu pencapaian akan menimbulkan perasaaan kompeten, sementara kegagalan akan menghasilkan perasaan inferioritas.

5. Identity vs Role Confusion (12-18 Tahun)

Tahapan ini adalah ketika seornag anak mencari jati diri mereka. Mereka mencari identitas dengan cara mempertimbangkan kepercayaan, tujuan, dan nilai-nilai yang mereka pegang. Bila tahapan ini dilengkapi dengan baik, seseorang akan memiliki sense of self yang kuat. Bila seorang anak tidak berhasil mencari jati diri mereka, maka mereka tidak bisa melihat masa depan mereka dengan jelas. Ketidakberhasilan dalam mencari jati diri ini dapat pula terjadi bila orang tua memaksakan kepercaraan dan nilai-nilai yang mereka anut kepada anak.

6. Intimacy vs Isolation (18-40 Tahun)

Tahapan ini adalah ketika seseorang membangun hubungan jangka panjang dengan orang lain. Bila seseorang belum berhasil melengkapi tahapan sebelumnya dan belum memiliki sense of identitiy yang kuat, tidak akan bisa membangun hubungan intim dengan orang lain. Orang-orang yang kesulitan untuk membangun hubungan ini akan berakhir kesepian dan depresi.

7. Generativity vs Stagnation (40-65 Tahun)

Pada tahapan ini, seseorang merasa dirinya harus melakukan sesuatu yang berkontribusi kepada masyarakat. Seseorang akan merasa puas mengetahui bahwa dirinya dibutuhkan dalam keluarga, komunitas, ataupun tempat kerjanya. Bila seseorang gagal memenuhi tahapan ini, maka seseorang akan merasa unproductive dan akan merasa disconnect dengan masyarakat.

8. Ego Integrity vs Despair (65 Tahun keatas)

Tahapan ini adalah ketika seseorang melihat kembali kehidupan mereka sampai saat ini. Bila mereka beerhasil memenuhi tahapan-tahapan sebelumnya, mereka akan merasa bangga dan puas. Namun, ketidakberhasilan akan berujung pada penyesalan.

8 Tahap Perkembangan Psikososial, Mulai Dari Usia 0-65 Tahun

Kesehatan Mental

8 Tahap Perkembangan Psikososial, Mulai Dari Usia 0-65 Tahun

31 Oktober 2024 * 6 menit waktu baca

Author

Tim Medis Siloam Hospitals

#Mental,

#Pertumbuhan,

#Psikologi

Bagikan ke

TABLE OF CONTENTS

Apa itu Psikososial?

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Psikososial

A. Konflik

B. Pengembangan Identitas Ego

Tahapan Perkembangan Psikososial menurut Erik Erikson

Psikososial adalah aspek yang berkaitan dengan kesehatan mental, pikiran, dan perilaku seseorang terhadap tuntutan sosial. Secara umum, psikososial dapat berkembang mulai dari masa kanak-kanak hingga lanjut usia. Untuk mengenal tahapan perkembangan psikososial serta berbagai faktor yang dapat memengaruhinya, mari simak ulasan berikut ini sampai tuntas.

 

Apa itu Psikososial?

 

Psikososial adalah istilah yang mengacu pada hubungan pikiran, perilaku, dan kesehatan mental seseorang terhadap kebutuhan atau tuntutan kehidupan sosial. Istilah psikososial ini mulai dipopulerkan oleh seorang psikolog berkebangsaan Jerman-Amerika Serikat, Erik Erikson pada tahun 1950. Erik Erikson mengembangkan teori ini berdasarkan teori psikoanalisis dari Sigmund Freud.

 

Menurut Erik Erikson, kepribadian manusia dapat berkembang melalui beberapa tahap, mulai dari bayi hingga lanjut usia. Pada setiap tahapnya, akan terjadi dua aspek bertentangan yang bisa berdampak positif maupun negatif terhadap perkembangan kepribadian seseorang.

 

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Psikososial

 

Secara umum, perkembangan psikososial adalah teori yang menjelaskan bahwa terdapat dua faktor atau elemen yang memengaruhi kepribadian seseorang. Adapun dua faktor yang turut memengaruhi tahapan perkembangan psikososial adalah sebagai berikut.

 

A. Konflik

 

Di setiap tahapnya, akan ada konflik berbeda yang terjadi dan dapat memengaruhi kepribadian dan kehidupan seseorang. Jika berhasil mengatasi konflik ini, seseorang dapat menjadi individu yang lebih kuat secara mental. Namun, apabila gagal menangani konflik, seseorang mungkin tidak dapat mengembangkan keterampilan sosial yang kuat.

 

B. Pengembangan Identitas Ego

 

Faktor ini berkaitan dengan kesadaran diri yang dikembangkan melalui interaksi sosial. Menurut teori psikososial, identitas ego setiap manusia dapat terus berubah karena adanya informasi baru dan pengalaman dari interaksi sehari-hari dengan orang lain.

 

Tahapan Perkembangan Psikososial menurut Erik Erikson

 

Seperti yang telah dijelaskan di atas, proses perkembangan psikososial pada manusia akan terjadi melalui beberapa tahap yang melibatkan konflik berbeda di setiap jenjang usia. Lebih jelasnya, berikut adalah tahapan perkembangan psikososial manusia menurut Erik Erikson.

 

1. Tahap I (Usia 0--1 Tahun): Kepercayaan vs Ketidakpercayaan

 

Tahapan perkembangan psikososial yang pertama akan terjadi pada usia 0--1 tahun. Pada tahapan ini, bayi akan mulai belajar untuk memercayai orang lain, terutama orang tua yang merawatnya. 

 

Apabila bayi merasa telah dirawat dengan baik dan penuh kasih sayang, ia akan mulai mengembangkan rasa percayanya kepada orang lain. Sebaliknya, jika orang tua tidak konsisten dan abai dalam merawat bayi, bayi akan merasa insecure, curiga, cemas, dan kesulitan untuk memercayai orang lain.

 

2. Tahap II (Usia 1--3 Tahun): Otonomi vs Rasa Malu dan Ragu

 

Tahapan kedua dari perkembangan psikososial adalah konflik antara otonomi dengan rasa malu dan ragu yang terjadi pada usia 1--3 tahun. Pada tahap ini, anak akan mulai belajar mengenai pengendalian diri dan melakukan aktivitas secara mandiri. Karena itu, toilet training menjadi salah satu proses pembelajaran yang berperan penting dalam pengembangan kepribadian di fase ini.

 

Jika orang tua berhasil mendorong anaknya untuk belajar mandiri di tahap ini, anak akan lebih percaya diri dan merasa aman saat mengambil risiko. Sementara apabila anak kerap dilarang untuk melakukan sesuatu secara mandiri, ia mungkin akan mengembangkan kepribadian yang pemalu, penuh keraguan, dan cenderung bergantung kepada orang lain.

 

3. Tahap III (Usia 3--6 Tahun): Inisiatif vs Rasa Bersalah

 

Dalam tahap ketiga, anak-anak akan semakin fokus untuk melakukan sesuatu dan menetapkan tujuannya berdasarkan pemikiran mereka sendiri. Tahapan ini biasanya berlangsung ketika anak-anak berusia 3--6 tahun dan terjadi melalui interaksi sosial.

 

Apabila anak mendapatkan kesempatan untuk bermain dan beraktivitas dengan orang lain, ia akan mengembangkan rasa inisiatif, mampu memimpin orang lain, serta membuat keputusan sendiri. Di sisi lain, jika tidak diberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain, anak cenderung akan mengembangkan rasa bersalah dan ragu dengan kemampuannya.

 

4. Tahap IV (Usia 7--11 Tahun): Industri (Kompetensi) vs Inferioritas

 

Tahapan keempat dalam perkembangan psikososial adalah konflik antara industri (kompetensi) dengan inferioritas. Melalui tahapan ini, anak akan mulai mempelajari keterampilan khusus di sekolah. Mereka juga cenderung semakin sadar dengan kehadiran dirinya sebagai individu dan mulai membandingkan diri sendiri dengan orang lain.

 

Jika mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya sendiri, anak akan merasa percaya diri dan bangga dengan pencapaiannya (kompeten). Namun, anak mungkin akan merasa rendah diri (inferior) apabila dirinya sering dibatasi oleh orang tua atau gurunya untuk mengembangkan kemampuan sendiri.

 

5. Tahap V (Usia 12--18 Tahun): Identitas vs Kebingungan Peran

 

Memasuki usia remaja, seseorang akan mulai mencari identitas dan jati dirinya sendiri. Karena itu, mereka umumnya akan mencoba berbagai persona yang berbeda guna mengetahui jati dirinya. Jika berhasil melalui tahapan pencarian jati diri ini, seseorang akan mampu untuk mempertahankan identitas dirinya. Di satu sisi, jika gagal menemukan jati dirinya pada tahap ini, seorang kemungkinan akan mengalami krisis identitas di kemudian hari.

 

6. Tahap VI (Usia 19--29 Tahun): Keintiman vs Isolasi

 

Pada tahap perkembangan psikososial keenam, konflik akan berfokus pada hubungan intim dalam membentuk komitmen jangka panjang dengan seseorang selain keluarga. Individu yang berhasil melalui tahap ini cenderung memiliki hubungan yang langgeng dan bahagia. Namun, jika tidak berhasil, mereka mungkin akan merasa kesepian, terisolasi, hingga memicu depresi.

 

7. Tahap VII (Usia 30--64 Tahun): Generativitas vs Stagnasi

 

Tahapan perkembangan psikososial selanjutnya terjadi pada usia 30--64 tahun. Tahapan ini akan berfokus pada kontribusi seseorang untuk masyarakat dan generasi penerus. Individu yang sukses menghadapi tahapan ini akan merasa dirinya berguna karena sudah berkontribusi pada masa depan masyarakat. Sebaliknya, jika tidak berhasil, mereka akan merasa stagnan dan tidak produktif.

 

8. Tahap VIII (Usia 65 Tahun ke Atas): Integritas Ego vs Keputusasaan

 

Tahapan terakhir dari perkembangan psikososial adalah konflik antara integritas ego dan keputusasaan yang terjadi pada usia 65 tahun ke atas. Pada tahapan ini, lansia akan mulai merenungkan kehidupan yang telah dijalani. Jika merasa puas, ia akan menghadapi masa tua dan kematian dengan perasaan bangga. Namun, jika memiliki penyesalan atau masih terdapat sesuatu hal yang belum bisa dicapai semasa hidupnya, ia mungkin akan merasa putus asa.

 

Dapat disimpulkan, perkembangan psikososial adalah aspek yang penting untuk diperhatikan tahapannya guna mengoptimalkan kualitas hidup setiap individu. Namun, perlu diketahui bahwa informasi yang dijelaskan di atas hanya digunakan untuk tujuan edukasi dan tidak dapat menggantikan diagnosis maupun saran medis dari dokter

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun