Pertanyaan yang Menggetarkan Hati
Pernahkah kita merenungkan dosa-dosa yang telah kita lakukan? Pernahkah air mata penyesalan membasahi pipi kita karena telah menjauh dari jalan Allah SWT? Pertanyaan ini bagaikan tamparan keras yang menyadarkan kita akan realita pahit, bahwa dosa-dosa kita telah menumpuk bagaikan gunung, menanti hisab di akhirat kelak.
Kisah Inspiratif Para Salikin
Para salikin terdahulu, mereka yang selalu haus akan ridha Allah SWT, menjadikan tangisan atas dosa sebagai bagian dari keseharian mereka. Imam Ibnul Jauzi menceritakan kisah Muhammad bin Waasi' yang selalu menangis di malam hari sambil merintih, "Celakalah aku, karena dosa-dosaku yang begitu banyak, dan lembaranku penuh dengan keburukan, sementara Allah SWT mengetahui semuanya, tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya."
Kisah lain, Taubah bin ash-Shummah, seorang sahabat Nabi SAW, yang selalu introspeksi diri. Ketika menyadari usianya yang sudah 60 tahun, dengan 21.500 hari yang telah dia lalui, dia pun berteriak, "Aduh celaka! Aku akan berjumpa dengan Allah SWT dengan 21.500 dosa?! Bagaimana ini, padahal setiap harinya bisa 10.000 dosa?!" Dia pun jatuh pingsan dan meninggal dunia.
Tangisan yang Utama
Imam Ahmad bin Abil Hawary mengingatkan kita, "Tangisan yang paling utama itu adalah tangisan seorang hamba atas waktunya yang terlewat, yang tidak sesuai Sunnah Rasulullah ."
Marilah Kita Introspeksi Diri
Sudahkah kita menangisi dosa-dosa kita? Sudahkah kita merasakan penyesalan yang mendalam atas perbuatan yang menentang perintah Allah SWT? Jika belum, marilah kita mulai dari sekarang. Menangislah sepuasnya, luapkan penyesalan dan mohonlah ampunan kepada Allah SWT dengan penuh ketulusan.
Langkah Menuju Taubat
Menangis adalah awal dari langkah menuju taubat.Â