Oleh : Ni Putu Ayu Putri Puspita Dewi dan M Doni Permana PutraÂ
Akuntansi FEB Universitas Mahasaraswati DenpasarÂ
Penyebaran Virus Corona atau Covid-19 pertama kali ditemukan di Wuhan dan menyebar kebeberapa negara diantaranya seperti Jepang, Korea, Singapura, Amerika Serikat, India dan Indonesia. Virus Covid-19 ditemukan di Indonesia pertama kali pada pertengahan Maret 2020 yang berdampak buruk terhadap berbagai sektor salah satunya dibidang investasi.
Adanya berbagai pembatasan pada suatu negara tentunya sangat berpengaruh pada aktivitas-aktivitas ekonomi negara tersebut, dengan adanya pembatasan atau Lockdown sangat mengahambat aktivitas perdagangan sehingga berisiko mengalami kerugian, aktivitas ini mencangkup berbagai kegiatan bisnis yang berkaitan dengan pemasok baik ekspor maupun impor.Â
Ketika dikeluarkannya kebijakan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) banyak perusahaan-perusahaan yang terpuruk hingga kolaps utamanya perusahaan dibidang pariwisata tidak hanya aspek finansial perusahaan melainkan aspek riil dan aspek fundamental juga terkena dampaknya. Sehingga menyebabkan harga sahamnya menurun. Â
Walapun banyak perusahaan-perusahaan yang mengalami penurunan dan tidak mampu bertahan dimasa pandemi covid-19 saat ini. Perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang telekomunikai mengalami kenaikan dan membaik dimasa pandemi saat ini. Selama kebijakan Work From Home (WFH) dan kegiatan pembelajaran diadakan dari rumah, perusahaan-perusahaan seperti Telkomsel, Indosat, XL, Tri dan Smartfren mengalami peningkatan laba dimasa pandemi karena peningkatan pemakaian dari produk yang mereka miliki.
Pada kondisi saat ini banyak investor yang mempertimbangkan kembali untuk berinvestasi dan mencari opsi investasi yang ideal dalam keadaan ketidakpastiaan saat ini, apabila keadaan memburuk para investor dapat menghindari risiko yang lebih besar.Â
Oleh karena itu seorang investor harus mengenali terlebih dahulu apakah dirinya tergolong orang yang Risk Averse (menghindari resiko) atau Risk Taker (pengambil resiko) dengan kondisi ketidakpastian saat ini, seorang investor Risk Averse akan memilih investasi yang tingkat stabilitasnya cenderung baik seperti emas. Saat ini berinvestasi emas sangat dimudahkan karena tidak harus membeli langsung melainkan dapat dicicil di bank-bank syariah.Â
Sedangkan seorang investor yang temasuk Risk Taker pastinya akan memilih investasi yang berisiko namun memberikan return yang tinggi. Pada pasar saham perusahaan bergerak dibidang telekomunikasi dan kontruksi yang unggul saat ini. Dengan menganalisa aspek-aspek seperti fundamental yang berupa laporan keuangan pada perusahaan akan dapat mencerminkan apakah perusahaan tersebut layak atau tidak untuk seorang investor berinvestasi, semakin tinggi nilai capital expenditure maka akan semakin tinggi pula kemungkinan suatu perusahaan terus berkembang dan menghasilkan return yang besar bagi investor.Â
Adapun kiat-kiat atau tips bagi para investor yang ingin berinvestasi dimasa pandemi saat ini. Tips yang pertama seorang investor harus mencari tahu investasi-investasi yang tetap stabil di beberapa bulan terakhir dengan melakukan riset secara mendalam mengenai jenis instrumen investasi yang stabil dan memiliki kinerja yang baik selama beberapa bulan terakhir. Arti dari kinerja yang baik yaitu investasi tidak mengalami penurunan secara signifikan atau tidak memiliki track record yang negatif.
Tips yang kedua bagi para investor pilih jenis investasi jangka panjang dan memerlukan waktu yang lama untuk dicairkan, dimasa pandemi saat ini dengan memilih investasi jangka panjang meski keuntungan dari investasi tidak cepat untuk di dapatkan namun investasi jangka panjang dapat mengurangi kemungkinan mengalami kerugian. Sebelum mencari instrumen investasi seorang investor harus memastikan agar tidak mengguanakan dana anggaran untuk keperluan yang digunakan untuk waktu dekat atau dana darurat. Selanjutnya usahakan pilih investasi yang bersifat tidak mudah dicairkan dalam waktu dekat atau dikenal dengan aset non-likuid.