Mohon tunggu...
Putri Pralina Widya Kartika
Putri Pralina Widya Kartika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Tingkat Perfeksionisme yang Ekstrem: Bentuk Sabotase atau Apresiasi?

9 Juni 2022   00:38 Diperbarui: 9 Juni 2022   00:44 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Tidak hanya itu, kurangnya hubungan yang erat antara orang tua dan anak juga mempengaruhi anak dalam menenangkan dirinya saat dewasa. Oleh karena itu, anak tumbuh menjadi individu yang sering cemas dan tidak aman.

Riwayat prestasi juga merupakan faktor pendukung individu memiliki tingkat perfeksionisme yang tinggi. Seiring bertambahnya usia, anak-anak yang sering dipuji atas prestasinya memiliki beban untuk memenuhi ekspektasi orang-orang di sekitarnya.

Tingkat perfeksionisme yang ekstrem merupakan permasalahan serius yang harus diketahui oleh masyarakat. Memiliki tujuan bukan berarti menghukum diri untuk berhenti menjadi manusia. Sejatinya, manusia dilahirkan dengan raga, rasa, dan rasio untuk tumbuh dan berkembang menjadi individu yang bermanfaat. 

Maka dari itu, setiap manusia harus jujur dan berbuat baik kepada diri sendiri. Emosi bukanlah suatu perhiasan yang dibiarkan terkunci dalam brankas, melainkan sebuah rangkaian nada yang menemani perjalanan hidup manusia. 

Jadilah individu yang berani untuk berkawan dengan segala emosi yang berkecamuk dalam pikiran. Jangan hanya mengacungkan jari pada diri sendiri sebab membuat beberapa kesalahan merupakan hal yang wajar, mengingat kita adalah manusia yang jauh dari kata sempurna.

Maka dari itu, konsultasi kepada psikolog menjadi solusi terbaik bagi kamu yang memiliki masalah serupa. Tidak perlu takut, psikolog tidak akan menghakimi kamu, justru mereka akan siap sedia untuk mendengarkan ceritamu dan membantumu memahami perasaan dan kondisi apa yang sedang kamu alami. Dengan begitu, kamu akan mengerti cara menghadapinya dengan cara paling baik bagi kesehatan mentalmu.

Sejatinya, manusia tidak akan pernah tahu apa yang sebenarnya direncanakan oleh Tuhan untuk hidupnya. Mereka hanya dapat berprediksi, berharap, dan bergantung padanya. Karena ketidaktahuannya manusia terhadap rencana Tuhan, ketika peristiwa buruk atau yang di luar kendali terjadi, manusia selalu mengungkapkan kekecewaannya kepada-Nya. 

Maka dari itu, berserahlah kepada Tuhan Yang Maha Esa, mintalah arahan kepada-Nya. Ceritakan kepada-Nya pengalaman yang sedang dialami karena Ialah Yang Memberi Petunjuk. 

Dengan begitu, Tuhan akan memberikan kelapangan pikiran dan jiwa kepada hamba-Nya. Tingkat kepasrahan diri manusia kepada Tuhan menjadi modal utama dalam menggapai ketenangan hidup dan menghilangkan rasa tidak aman yang sering dialami manusia. Karena dengan pasrah kepada-Nya, manusia akan memiliki energi positif yang senantiasa menuntunnya untuk mencapai tujuan-tujuan dalam hidupnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun