Mohon tunggu...
Putri Oktavia
Putri Oktavia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya bisa mengedit video, saya juga tertarik di bidang menulis tetapi saya masih belum percaya diri karena masih kurangnya ilmu menulis dan materi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Syekh Nawawi Al-Bantani Tokoh Pesantren yang Menginspirasi Indonesia maupun Dunia

5 Juli 2024   21:43 Diperbarui: 5 Juli 2024   22:11 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Syekh Nawawi Al-Bantani 

Tokoh pesantren yang menginspirasi tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia

            Syekh Nawawi Al-Bantani ialah sosok ulama Indonesia yang memiliki reputasi internasional dan pernah menjadi Imam di Masjidil Haram. Dikenal dengan sebutan al-Bantani karena berasal dari Banten, Indonesia, beliau adalah seorang ulama dan cendekiawan yang sangat produktif dalam menulis kitab. Karya-karyanya mencapai lebih dari 115 kitab yang mencakup bidang ilmu fiqih, tauhid, tasawuf, tafsir, dan hadis. Karena kepopulerannya, Syekh Nawawi al-Bantani diberi gelar Sayyid Ulama al-Hijaz (Pemimpin Ulama Hijaz), al-Imam al-Muhaqqiq wa al-Fahhamah al-Mudaqqiq (Imam yang Sangat Ahli), A'yan Ulama al-Qarn al-Ram Asyar li al-Hijrah (Tokoh Ulama Abad 14 Hijriyah), hingga Imam Ulama al-Haramain (Imam 'Ulama Dua Kota Suci). Syekh Nawawi lahir di Kampung Tanara, Desa Tanara, sebuah desa kecil di kecamatan Tirtayasa (sekarang Kecamatan Tanara), Kabupaten Serang, Banten pada tahun 1230 Hijriyah atau 1815 Masehi, dengan nama Muhammad Nawawi bin 'Umar bin 'Arabi al-Bantani. Dia adalah anak sulung dari tujuh bersaudara, yaitu Ahmad Syihabudin, Tamim, Said, Abdullah, Tsaqilah, dan Sariyah. Beliau merupakan keturunan ke-12 dari Sultan Maulana Hasanuddin, raja pertama Banten yang merupakan putra Sunan Gunung Jati, Cirebon. Garis keturunannya ini sampai kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi was salam.

            Ayah Syekh Nawawi, Syekh Umar bin Arabi al-Bantani, adalah seorang ulama terkemuka di Banten, sementara ibunya, Zubaedah, adalah seorang ibu rumah tangga. Dari pernikahannya dengan Nyai Nasimah, seorang perempuan asal Tanara, Serang, Syekh Nawawi dikaruniai tiga anak: Nafisah, Maryam, dan Rubi'ah. Istrinya meninggal lebih dulu, meninggalkan Syekh Nawawi dengan tiga anak mereka. Sejak usia lima tahun, Syekh Nawawi sudah memulai pendidikan agamanya dengan belajar langsung dari ayahnya. Bersama saudara-saudaranya, ia mempelajari dasar-dasar bahasa Arab, fiqih, tauhid, al-Quran, dan tafsir. Pada usia delapan tahun, Syekh Nawawi dan dua adiknya, Tamim dan Ahmad, belajar kepada K.H. Sahal, seorang ulama terkenal di Banten pada masa itu. Kemudian, mereka melanjutkan belajar kepada Syekh Baing Yusuf di Purwakarta.

            Meskipun usianya belum genap lima belas tahun, Syekh Nawawi sudah mengajar banyak orang. Karena jumlah muridnya semakin bertambah, ia memutuskan untuk mencari tempat yang lebih luas di pinggir pantai agar dapat mengajar dengan lebih leluasa. Setelah mencapai usia lima belas tahun, Syekh Nawawi menunaikan ibadah haji. Di Mekah, ia melanjutkan pencarian ilmunya dengan berguru kepada sejumlah ulama masyhur pada saat itu. Pendidikan Syekh Nawawi tidak berhenti sampai di situ. Setelah kembali ke Indonesia, ia terus mengajar dan mengembangkan pengetahuannya. Karya-karyanya yang mencapai lebih dari 115 kitab menjadi bukti nyata dedikasinya terhadap ilmu pengetahuan dan agama. Ia tidak hanya menulis, tetapi juga aktif dalam mengajar dan membimbing murid-muridnya. Syekh Nawawi dikenal sebagai seorang ulama yang sangat produktif dan berpengaruh, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia Islam pada umumnya. Dalam perjalanan hidupnya, Syekh Nawawi menunjukkan keteladanan dalam mencari ilmu dan mengajarkannya. Kegigihannya dalam belajar dan mengajar membuatnya dihormati oleh banyak orang. Hingga akhir hayatnya, Syekh Nawawi tetap menjadi sosok yang dihormati dan dikenang sebagai salah satu ulama besar yang pernah dimiliki Indonesia. Nasabnya yang mengalir hingga Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi was salam menambah kemuliaannya di mata para pengikutnya. Kisah hidup Syekh Nawawi adalah cerminan dari seorang ulama yang penuh dedikasi, ketekunan, dan pengabdian terhadap ilmu dan agama.

            Syekh Nawawi al-Bantani tidak hanya dikenal sebagai penulis yang produktif, tetapi juga sebagai seorang pendidik dan ulama yang berpengaruh. Ia memiliki kemampuan untuk menyampaikan ilmu dengan cara yang mudah dipahami oleh masyarakat umum. Hal ini membuat karya-karyanya menjadi rujukan penting bagi banyak orang yang ingin mendalami ilmu keislaman. Selain itu, kontribusi Syekh Nawawi terhadap perkembangan pendidikan Islam di Indonesia juga sangat besar. Dengan karya-karyanya, ia telah membantu membentuk generasi ulama yang berpengetahuan luas dan berwawasan global. Syekh Nawawi al-Bantani dikenal dengan pandangan moderat yang tercermin dalam karya-karyanya, termasuk Tafsir Munir. Dalam kitab ini, beliau menekankan pentingnya menjaga persatuan dan menghindari tindakan yang dapat memecah belah umat, yang dianggap sebagai perbuatan zalim dan pemicu permusuhan. Beliau juga menekankan pentingnya menjaga diri dari ancaman musuh dan mencegah bahaya, termasuk menerapkan disiplin protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19. Karya-karya Syekh Nawawi, seperti Tafsir Munir, mengandung ajaran-ajaran yang relevan dan mudah dipahami, membuatnya populer di berbagai kalangan. Pandangan moderatnya menjadikan karyanya sebagai pedoman tidak hanya dalam ilmu keislaman, tetapi juga dalam kehidupan sosial dan kemasyarakatan. Sikapnya yang seimbang dan tidak ekstrem dalam menghadapi berbagai isu menjadikan ajarannya relevan baik di dalam negeri maupun di dunia internasional.

            Sebagai ulama yang berdedikasi pada ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, Syekh Nawawi menekankan bahwa ilmu harus memberikan manfaat dan dampak positif bagi masyarakat. Sikap moderat yang ditunjukkannya menjadi teladan bagi banyak orang dalam menjalani kehidupan beragama yang harmonis dan damai, membantu mencegah radikalisme dan ekstremisme yang sering kali mengancam persatuan dan keharmonisan umat. Pandangan-pandangan beliau yang moderat dan aplikatif terus menginspirasi banyak orang untuk menerapkan ajaran Islam secara bijaksana dan seimbang.

            Syekh Nawawi memegang peran penting di kalangan ulama al-Jawwi, menginspirasi mereka untuk mendalami studi Islam dan mendidik ulama pesantren terkemuka. Ia percaya bahwa masyarakat Islam di Indonesia harus dibebaskan dari kolonialisme agar ajaran Islam dapat dijalankan dengan baik. Pemikiran ini mendorongnya untuk mengikuti perkembangan dan perjuangan di tanah air serta menyumbangkan pemikirannya bagi kemajuan masyarakat Indonesia. Selain mengajarkan agama, Syekh Nawawi juga mengajarkan makna kemerdekaan, anti-kolonialisme, dan anti-imperialisme dengan cara yang halus, mencetak kader patriotik yang mampu menegakkan kebenaran. Perjuangannya dilakukan melalui pendidikan yang menumbuhkan semangat kebangkitan dan nasionalisme. Upayanya dalam membina komunitas al-Jawwi di Mekkah menarik perhatian serius dari pemerintahan Belanda. Kekhawatiran Belanda terhadap komunitas ini mendorong mereka untuk mengutus penasihat pemerintah, Christian Snouck Hurgronje, ke Mekkah pada tahun 1884-1885 untuk meneliti lebih lanjut kegiatan para ulama Indonesia dalam komunitas al-Jawwi. Inilah penyebab beliau sangat menginspirasi banyak masyarakat Indonesia maupun dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun