Mohon tunggu...
putri fatiha
putri fatiha Mohon Tunggu... Lainnya - a student

xii - science student

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Peer Pressure pada Remaja Masa Kini

23 Agustus 2020   22:30 Diperbarui: 23 Agustus 2020   23:10 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu fase tersulit dalam kehidupan adalah masa remaja yang merupakan masa pendewasaan. Semua aspek dalam kehidupan seseorang akan mengalami perkembangan, juga pada masa ini kita akan merasakan tidak stabilnya emosi dan pikiran yang cenderung berubah-ubah. Baik disadari maupun tidak, kita sebagai remaja pasti pernah mengalami yang namanya peer pressure.  Apasih peer pressure itu?

Peer pressure adalah tekanan sosial, dimana tekanan tersebut dapat mengganggu sisi emosional seseorang dan secara langsung ataupun tidak akan memengaruhi diri dalam mengambil keputusan.

Lingkungan sosial di sekitar kita mengambil peran cukup besar dalam hal ini, seperti teman sebaya dan keluarga. Ditambah dengan adanya faktor globalisasi yang menambahkan peluang munculnya tekanan bagi seseorang.

Sebenarnya ada berbagai macam contoh dari peer pressure. Salah satunya adalah misalkan dalam suatu kelompok pertemanan ada seseorang, sebut saja X yang mengajak teman-temannya untuk melakukan hal yang tidak baik.

Dalam kelompok ini, ada seorang, sebut saja Y yang mengetahui bahwa hal yang ingin dilakukan X itu salah. Namun, karena adanya tekanan dari teman-temannya, ia jadi terpengaruh untuk mengikuti mereka. Ditambah dengan adanya kata pembujuk yang justru akan membuat Y merasa tersudut, sering kali mereka akan mengecap Y dengan sebutan "tidak keren" atau "tidak asik".

Contoh berikutnya berkaitan dengan dunia sosial media. Pada era globalisasi ini, hasil dari perkembangan teknologi sudah bisa kita rasakan. Salah satunya adalah hampir setiap orang memiliki akun media sosial. Dengan adanya media sosial, seseorang cenderung miliki adiksi terhadapnya. Dimana, banyak orang mem-posting kegiatan sehari-hari hingga gaya hidup yang mereka jalani.

Tentu hal ini berdampak kepada sebagian orang yang juga merupakan pengguna sosial media.  Dampak yang didapatkan  pun beragam, ada positif maupun negatif. Biasanya seseorang akan rutin mengecek akun mereka, hanya sekedar untuk melihat postingan temannya.

Hal ini secara tidak langsung dapat menyebabkan sikap konsumtif. Ada masa ketika orang di sekitar kita mem-posting tentang gaya hidup mereka yang bisa dibilang tinggi atau mewah.

Untuk beberapa orang akan muncul rasa tidak ingin kalah atau ingin "satu level" dengan mereka. Karena itu, mereka mulai menjadi orang yang konsumtif, dimana nantinya mereka akan membeli barang dengan harga yang lebih mahal, semata-mata dilakukan karena mereka haus akan perhatian dan pengakuan dari publik.

Terakhir, tidak jarang kita mengalami insecure atau yang didefinisikan sebagai rasa gelisah dan kurang percaya diri akan suatu hal. Insecurities merupakan salah satu faktor yang menyebabkan gaya hidup konsumtif karena hal ini sering kali timbul pada remaja, dengan adanya standar dari masyarakat.

Sebagai remaja pasti akan mengalami banyak perubahan mood dalam kehidupan sehari-hari dan hal ini lebih sering terjadi pada perempuan. Jika sedang bad mood lalu melihat foto teman yang cantik dengan body goals-nya tentu akan membuat hari semakin buruk.

Contoh lainnya, ketika ada orang di sekitar kita yang mem-posting  tentang prestasi yang dicapainya. Tidak jarang hal tersebut  memunculkan rasa insecure karena kita merasa kurang dengan diri sendiri.

Tapi bukan berarti rasa insecure ini tidak dapat memengaruhi seseorang ke arah yang positif. Sebagian orang dapat menggunakan tekanan yang ia rasakan untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik.

Selain itu, mereka juga dapat termotivasi untuk menjadi pribadi yang lebih produktif dengan berusaha mengembangkan kemampuan diri. Mereka juga dapat mulai untuk melakukan hal yang disukai dan lebih mengapresiasi diri.

Referensi : Ahmad Cody. 2018. Apa Sih Peer Pressure Itu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun