Mohon tunggu...
Putri Nur Fadillah
Putri Nur Fadillah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

You've been working hard today. Take the rest of the night off and work hard again tomorrow

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tana Halmahera

25 Februari 2022   19:49 Diperbarui: 25 Februari 2022   19:58 1194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perlahan-lahan kelopak mata sang gadis terbuka, ia terlihat sedang menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina matanya. Samar-samar ia melihat seorang laki-laki yang sedang memperhatikannya dengan tatapannya yang menusuk.
"Bang Karel?" Ucap Tana dengan nada parau khas bangun tidur.
"Kebiasaan, semalam kamu tidur jam berapa hm? Udah jam segini baru bangun, alarmmu bahkan sudah berbunyi berkali-kali tapi kamu belum juga bangun." Omel Karel pada adiknya

"Hmm, daripada abang ngomel-ngomel, waktu makin kebuang mending abang keluar dari kamar aku, biar aku bisa siap-siap, biar kita ga makin telat buat berangkat ke sekolah."
"Kebiasaan kalau dibilangin bukannya dengerin malah, balik ngomel."
"Suuuuuut, dah sana keluar." Sembari mendorong abangnya keluar dari kamarnya.
"Jangan lama-lama mandinya, 15 menit ga keluar kamar, abang tinggal kamu."
"IYA IYA bawel."
"KAKA MASIH BISA DENGER YAA."
   

Begitulah kira-kira rutinitas setiap pagi dikediaman Tana, diawali dengan saling bereriak-teriak layaknya dihutan. Suasana dimeja makan tampak hening dan tenang, hingga kedatangan karel lalu tak lama kemudian disusul oleh Tana.
"Selamat pagi semua." Sapa Tana pada semua orang yang ada dimeja makan, ia juga mencium satu persatu pipi anggota keluarganya. 

Hingga pada akhirnya ia sampai pada Karel, "Apa?!" Ucap Karel pada Tana yang hanya memperhatikannya saja tanpa menciumnya seperti yang dilakukan pada anggota keluarga lainnya. "Hm!" ucap Tana sembari memalingkan mukanya, "dih!" balas Karel.
"Udah-udah masih pagi udah ribut." Ucap Rakai
"Tau tuh bang Karel." Tunjuk Tana pada Karel
"Dih kok aku?"
"Dih kik iki?" Ejek Tana pada abang keduanya
"Tana! Cepat makan lalu segera berangkat sekolah. Dan kamu Rakai setelah pulang sekolah ke kantor papa." Ucap papa Tana dengan nada datarnya.
   

Wajah Tana yang semula cerah, tiba-tiba meredup setelah mendengar suara papanya. Rakai yang berada disamping Tana menyadari perubahan raut waja sang adik. Karena ia melihat adiknya sudah selesai sarapan, ia segera menarik adiknya keluar rumah untuk berangkat sekolah, tapi sebelum itu Tana mencegah kakanya agar tidak menriknya.
"Mah, pah aku berangkat dulu." Ucap Tana pada mamah papanya yang sejak awal fokus pada ponselnya.
"Hmm, iya hati-hati." Jawab mamah Tana, yang masih fokus pada ponselnya.
 

Tana yang melihat itu tersenyum kecut, bahkan untuk menolehkan wajahnya saja mereka enggan. Rakai yang sudah muak dengan itu benar-benar menarik tangan Tana agar segera pergi dari ruamh untuk berangkat ke sekolah, lalu disusul oleh Karel, tapi sebelum itu.
   

"Kalau lagi makan, yang diliat tuh makanannya bukan liat ponsel, kerjaa siih kerja tapi jangan sampai lupa waktu juga." Sindir Karel pada kedua orang tuanya.
   

Lalu setelah itu ia keluar rumah tanpa menghiraukan teriakan dari papahnya yang memarahinya karena bertindak tidak sopan pada orang tua. Saat di garasi ia melihat sang adik dan kembarannya sedang bercanda, melihat pemandangan itu seutas garis tertarik diwajahnya memperlihatkan dua lubang dipipinya. Tana yang menyadari kehadiran abangnya berteriak."Bang Ke ayo, berangkat."

"Dek bisa ga kamu gausah panggil kaka, abang. Ga enak banget didengernya."
 "Ga bisa, bang Keeee."
"Ck, serah." Dengan wajah kesalnya
"Ngambek gitu aja ngambek, uuuh bocil."
"Yang ada kamu yang bocil, yuk cil berangkat." Ucap Karel sembari mengacak-ngacak rambut adiknya yang sudah tertata rapih.
"Bang tuuh, bang Karelnya." Adunya pada Rakai yang sejak tadi memperhatikan pertengkaran kedua adiknya.
"Shhh, udah yuk berangkat." Balas Rakai sembari membantu sang adik merapihkan rambutnya.
  Mereka pun berangkat menuju sekolah dengan Rakai yang membonceng Tana dibelakangnya. Dan Karel yang sudah duluan pergi sebelum pertengkaran part 3 dimulai kembali.
                                          ***
    

Setelah bel pulang sekolah terdengar nyaring kesegala penjuru sekolah. Siswa siswa berhamburan keluar sekolah, sehingga gerbang sekolah padat oleh kerumunan siswa yang ingin pulang ke rumah mereka masing-masing. Sedangkan disisi lain seorang gadis duduk santai di ruang kelas sembari memainkan ponselnya, dengan kondisi kelas yang mulai sepi.
 "Tan belum pulang?" Tanya salah seorang temannya.
 "Oh udah aku udah pulang. Yaa kalau aku masih disini itu artinya aku belum pulang ah gimana sihh kamu Rel." jawab Tania pada temannya tadi sebut saja namanya Farel
"Basa-basi namanya juga Tania, lagian kenapa kamu belum pulang?"
"Nunggu Bang-, ahh itu orangnya udah datang, aku duluan yaa Rel." Ucap Tania sembari berlalu meninggalkan kelas setelah melihat kehadiran abangnya.
"Siapa tadi yang ngobrol sama kamu?" Tanya Rakai pada adiknya
"Temen bang, mau langsung pulang? Apa mau beli cemilan dulu? Beli cemilan dulu ya ya ya?
"Ngobrolin apa tadi kamu sama dia?"
"Cuman basa-basi doing bang. Beli cemilan dulu yaaaa jangan langsung pulang, aku mau beli es krim, kan enak tuuh lagi panas-panas gini makan yang dingin-dingin. Ya baaaang."
"Basa-basi gimana? Orang tadi kamu asik banget ngobrol sama dia."
"Apasiih bang? Tau ah!" Ucap Tana sambil berlalu meninggalkan Rakai dibelakangnya.
     Rakai yang melihat adiknya pergi dengan bibir yang dimaju-majukan merasa gemas, lalu ia berlari untuk menyusul adinya yang perlahan hilang dibelokan koridor. Di tengah perjalanan Tana melihat abang yang lainnya.
"Bang Kareeel!!" teriak Tana
   Karel yang mendengar jika ada yang memanggilnya mencari arah suara itu, terlihat adiknya yang sedang melambai-lambaikan tangan kearahnya. Tak lama dari itu adiknya sudah sampai didepannya dengan nafas yang terengah-engah.
"Kamu ngapain siih dek lari-lari, ga ada yang ngejar kamu juga." Tak lama setelah Karel berbicara datang Rakai dengan nafas yang terengah-engah juga.
"Kalian abis main apasiih sampai kejar-kejaran gitu?" Tak menghiraukan Karel, Rakai segera mendekat ke adiknya yang sedari tadi bersembunyi di belakang tubuh kembarannya.
"Dek yuk pulang, katanya mau jajan es krim." Ucap Rakai pada adiknya itu
"Ga mau aku marah sama abang, mau pulang sama bang Karel aja, ga mau sama abang, abang galak."
"Dih siapa yang galak?"
"Ya abang lah siapa lagi."
"Suuuut dah dieeem, yuk dek pulang." Ajak Karel sembari menarik tangan adiknya untuk diajaknya pulang. Rakai yang melihat segera menyusul adik dan kemabarannya.
   Diperjalanan Tana yang merasa kepalanya pusing, segera menepuk bahu abangnya agar segera memberhentikan motornya.
"Kenapa?" Tanya Karel bingung. Tana hanya menjawab dengan gestur tangan yang menandakan abangnya agar diam dulu sambil memejamkan matanya. "Hah enggak ga apa-apa tadi ada serangga terbang masuk ke mata.
"Mana coba abang liat?" sembari menangkup wajah adiknya agar ia bisa memeriksa mata sang adik, yang berair dan sedikit merah. "Diem jangan dikucek." Saat melihat adiknya yang akan mengucek matanya. "Perih baaang." Rengek Tana. "Bentar diem abang tiup dulu, tar kita mampir dulu ke apotek buat beli obat tetes mata."
   Sesampainya mereka di apotek, "Diem disini jangan kemana-mana abang  mau masuk dulu. Inget jangan kemana-mana." Kata Karel
"Iya iya, daah sana."
   Setelah sepuluh menit berlalu Karel tak kunjung datang, Tana sudah dilanda kebosanan, tak lama dari itu ia melihat pedagang es kelapa di pinggir jalan. "Kalau aku beli dulu es kelapa ga apa-apa kan ya? deket ini abang ga akan marah." Monolognya.
"Nih bocil mana, belum ditinggal lama dah ilang aja." Ucap Karel dengan wajah yang kesal
   Lalu ia mengedarkan padangannya, tak lama dari itu ia melihat sosok gadis yang mirip seperti adiknya sedang berada dipinggir jalan yang disampingnya terdapat gerobak es kelapa.
"Bagus tadi abang bilang kamu suruh nunggu di motor abang, malah jajan kesini." Omel Rakai
Sedangkan yang sedang diomeli malah cengar-cengir gajelas melihat abangnya mengomel. "Ya abang lagian lama banget beli obat tetes mata doang." "Ck, ga sabaran. Udah dibayar belum, bang?" Tanya Karel pada abang penjual es kelapa. "Belum mas." jawab abangnya. "Oh, bayar dulu sana dek." Menyenggol lengan adiknya. "Krain bakal dibayarin." Kata Tana sambil melirik sinis abangnya.
  Sesampainya di depan motor Karel menyuruh adiknya untuk menghadap kearahnya, agar dia bisa lebih mudah menetesi mata adiknya dengan obat tetes mata yang tadi ia beli. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan mereka  menuju rumah.
                                          ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun