Tak terasa rasa bahagia dan bersyukur atas kelulusan diterima menjadi bagian kampus ulul albab tercinta ini sudah masuk pada semester dua akhir. Itu artinya, sudah 2 semester Pak Edi, dosen yang banyak di gemari oleh para mahasiswa nya mengajarkan kami mata kuliah kewarganegaraan.
Pak Edi di kenal sebagai dosen yang santai dengan gaya mengajar nya sendiri yang berbeda dengan dosen lainnya. Cara mengajar beliau lebih banyak mengajarkan kita untuk berinteraksi kepada orang lain di luar lingkungan kampus.
Pada mata kuliah kewarganegaraan semester satu lalu, mata kuliah berjalan dengan diskusi bersama di kelas melalui presentasi setiap kelompok. Tak lupa juga kami tetap di berikan tugas setiap minggunya untuk membuat artikel yang di dalam nya berisi pengetahuan yang kami ketahui tentang materi diskusi pada minggu yang akan datang. Hal ini rutin kami lakukan.
Membuat artikel dan membagikan nya di laman Kompasiana, dan menyebarluaskan tulisan kamu melalui media sosial merupakan hal baru yang kami dapat dari mata kuliah kewarganegaraan ini.Â
Terlebih ini memberikan banyak dampak positif bagi para mahasiswanya, seperti lebih terbiasa menulis pada blog kami masing masing yang dapat mengasah otak kita untuk berpikir lebih luas dari sebelumnya.Â
Mungkin untuk sekarang hikmah dari menulis setiap minggunya untuk di upload di blog kami masing masing belum terlihat, tapi suatu saat nanti kami yakin ini sangat bermanfaat untuk kami ketika terjun langsung di lapangan.
Pada mata kuliah kewarganegaraan di semester dua ini terdapat sedikit perbedaan dari cara mengajar beliau di kelas jika dibandingkan dengan semester satu kemarin.Â
Pada semester dua ini, tidak terdapat diskusi bersama di kelas, pada semester ini beliau lebih mengedepankan praktik dibandingkan dengan teori.Â
Jika pada semester satu lalu, mata kuliah berjalan sesuai dengan tuntutan pembelajaran, pada semester dua ini lebih mengarah ke dunia luar yang tidak kami duga sebelumnya.
Pada semester dua ini, banyak sekali pengalaman baru yang kami dapat dari mata kuliah kewarganegaraan ini, karena beliau mengajarkan kami untuk terjun dan ber wawancara langsung ke lapangan yang belum pernah kami datangi sebelumnya.Â
Seperti, ketempat ibadah non islam untuk mewawancarai dan belajar seputar agama mereka, datang ke pihak kpu untuk belajar tentang pemilu dan demokrasi, ada pula belajar tentang penting nya bersyukur atas apa yang kami miliki melalui saudara kami yang memiliki semangat juang yang tinggi untuk bekerja dan menafkahi keluarganya.
Tentang penting nya mengingat akan guru mengaji kami semasa kecil, karena jasa beliau sangatlah besar sudah mengajarkan kami alif ba' ta' yang akan selalu kami kenang.
Tak hanya itu, melalui mata kuliah kewarganegaraan ini kami juga menjadi lebih saling mengenal antara teman satu dengan yang lainnya, karena terdapat salah satu tugas yang mendeskripsikan satu sama lain yang membuat kita jauh lebih mengenal teman kita.Â
Tak hanya teman, juga ayah dan ibu yaitu orang tua yang memiliki jasa sangat luar biasa kepada kita. Dimana melalui tugas mata kuliah kewarganegaraan ini kita bisa mencurahkan seluruh isi hati kita pada tulisan di blog  masing masing. Ini adalah pengalaman baru yang sangat luar biasa bagi diri kami masing masing.
Adapun moment yang menurut saya paling berkesan pada pembelajaran di mata kuliah kewarganegaraan ini yaitu pada saat ber wawancara kepada pemuka atau petinggi agama non islam.Â
Pada saat itu saya hendak mewawancarai pemuka agama Hindu yaitu pedanda atau pandita atau sulinggih. Namun pada saat itu saya tidak bisa menemui pedanda (pemuka tertinggi dalam agama Hindu) dikarenakan satu dan lain hal.
Akhirnya saya mewawancarai pemangku yang dalam agama Hindu dinyatakan sebagai rokhaniawan. Rokhaniawan artinya orang yang rohani atau jiwanya telah disucikan. Pemangku juga merupakan petinggi agama di dalam Hindu.
Perasaan takut dan juga degdegan karena sebelumnya belum pernah mengunjungi apalagi mewawancarai nya, walaupun saya sendiri kelahiran asli Bali.Â
Tapi melalui penugasan pada mata kuliah kewarganegaraan ini, saya menjadi termotivasi dan memiliki pengalaman baru yang sangat penting bagi diri saya pribadi.Â
Setelah belajar walau tak banyak tentang apa sih makna dari hari raya nyepi yang ada di bali, bagaimana agama Hindu memandang toleransi terhadap umat islam yang ada di bali sebagai agama mayoritas di pulau dewata ini, membuat saya menambah pengetahuan baru seputar nyepi yang ada di bali.Â
Sebelumnya yang saya ketahui bahwa nyepi di bali tidak boleh bekerja atau berkeliaran diluar rumah, sekarang jadi lebih paham apa saja ritual yang umat Hindu lakukan selama perayaan hari raya nyepi. Dan tentunya hal ini tetap sesuai dengan toleransi yang ada di dalam agama Islam "untukmu agamamu, dan untukku agamaku".
Begitulah kira kira ulasan saya tentang pembelajaran selama dua semester pada mata kuliah kewarganegaraan bersama dosen kebanggaan kami semua, yaitu Pak Edi.Â
Saya sangat senang mengikuti mata kuliah kewarganegaraan ini karena di dalamnya banyak memberikan hal dan juga pengalaman baru yang belum pernah saya coba atau ketahui sebelumnya.Â
Dengan ini saya jadi paham bagaimana ber wawancara dan belajar di lapangan langsung dengan ahli nya. Ternyata ini lho dunia luar yang belum kamu ketahui, masih banyak lho orang orang hebat yang perlu kamu contoh dan ambil pelajaran nya.Â
Karena saya yakin, pengalaman adalah guru terbaik dan sangat penting bagi diri kita masing masing untuk nanti nya di masa yang akan mendatang. Terimakasih Pak Edi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H