Mohon tunggu...
Putri Nur Azizah
Putri Nur Azizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya senang membaca hal yang baru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ghibah: Kebiasaan Buruk Menjadi Budaya

13 Juni 2024   18:15 Diperbarui: 13 Juni 2024   18:40 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekarang saya merasa bahwa mengghibah adalah suatu perbuatan yang dianggap biasa oleh mayoritas masyarakat. Seperti yang diketahui banyak orang bahwa ghibah adalah membicarakan aib orang lain yang tidak ada ketika sedang dibicarakan. Mungkin hal ini sudah dirasakan banyak orang dari dahulu. Di dalam masyarakat pastinya terdapat interaksi antar warga masyarakat, kemudian di dalamnya terdapat kegiatan mengghibah ini. Tidak semua namun biasanya seperti itu. Mengghibah adalah salah satu perbuatan yang tercela, maka diharapkan untuk meminimalisir perbuatan tersebut.

Dalam Al-Qur’an dijelaskan dalam Q.S. Al-Humazah ayat 1 yang artinya kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela. Di dalam jurnal studi Al-Qur’an dan Hadis, volume 4 nomor 2, yang ditulis oleh Azka Zahro Nafiza dan Zaenal Muttaqin serta dipublish pada tahun 2022 dengan judul 'Tafsir Al-Qur’an di Media Sosial (Penafsiran Surah Al-Humazah dalam Youtube “Habib dan Cing”)', terdapat penafsiran Q.S. Al-Humazah ayat 1. Dijelaskan bahwa Habib Husein memberikan penjelasan bahwa orang yang sering mengumpat, mencela, dan memiliki orientasi duniawi merupakan orang-orang yang merugi baik di dunia maupun di akhirat. Habib Husein juga menjelaskan betapa rendahnya para pengumpat dan pencela, yaitu mereka akan masuk ke neraka wail dan di dunia mereka termasuk orang yang nista. Hal tersebut karena mengumpat dan mencela dapat menjatuhkan harkat dan martabat seseorang serta sulit bagi orang yang dicela untuk mengembalikan citra baiknya.

Setelah mengetahui ayat Al-Qur’an dan tafsiran di atas, seharusnya kita sadar dan memahami bahwa ghibah adalah kebiasaan buruk dan akan merugikan diri kita sendiri yang melakukan kegiatan ini baik di dunia maupun di akhirat kelak. Sebagai manusia yang termasuk makhluk yang diciptakan oleh Allah swt., dalam bentuk yang sebaik-baiknya yaitu dengan disertai akal dan pikiran mampu meminimalisir terjadinya perbuatan ghibah ini, bisa dimulai dari diri kita masing-masing. Dimulai dengan kesadaran diharapkan kita bisa takut dan berhenti untuk melakukan kegiatan ghibah.

Sebagai manusia yang tidak sempurna, paling tidak kita harus bisa mengontrol diri sendiri untuk berhenti berperilaku yang tidak baik. Jika belum bisa membantu orang lain untuk berhenti mengghibah setidaknya diri sendiri sudah berusaha semaksimal mungkin untuk tidak melakukannya. Dan apabila diri sendiri belum bisa maksimal dalam menghindari kegiatan ini maka setidaknya sudah memiliki niat dan berusaha dengan maksimal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun