Kanker serviks merupakan salah satu penyakit yang memberikan keganasan terhadap organ
leher rahim atau serviks dari perempuan. Penyakit ini didominasi oleh kaum hawa. Kanker ini
bermula dari adanya perubahan mutasi sel DNA pada leher rahim sehingga kondisi ini
menyebabkan munculnya sel abnormal yang tak terkendali pada bagian tersebut.Â
Namun,
hingga saat ini belum diketahui secara pasti penyebab dari kanker serviks ini tetapi, adanya
infeksi virus HPV memiliki peranan besar terhadap munculnya penyakit ini. HPV atau Human
papilomavirus adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi pada permukaan kulit, serta
berpotensi menyebabkan kanker serviks. Virus ini bisa menular melalui kontak langsung
dengan kulit atau hubungan seks dengan penderita.
Menurut data WHO 2018 menunjukkan bahwa kasus kanker serviks di Indonesia sebanyak
136,2 per 100.000 penduduk. Angka ini menempatkan negara Indonesia di urutan delapan
dengan kasus terbanyak di Asia Tenggara.Â
Hal ini menunjukkan bahwa kanker serviks sangat
memiliki pengaruh besar terhdap penduduk di suatu negara. Virus HPV penyebab kanker
serviks sendiri merupakan salah satu jenis penyakit yang memiliki masa inkubasi semala
sembilan hingga duabelas bulan.Â
Sedangakanuntuk perkembangan penyakit ini memakan
waktu antara 5-20 tahun, mulai dari tahap infeksi, lesi pra- kanker hingga positif menjadi
kanker serviks.Â
Dengan adanya faktor-faktor tersebut membuat pemerintah Indonesia
mengambil langkah pencegahan sejak dini yakni pemberian vaksin HPV kepada anak-anak
usia sekolah. Hal tersebut memunculkan beberapa polemik yang berkepanjangan tentang
adanya kebijakan tersebut.
Polemik-polemik yang mulai bermunculan ini menjadi kabar simpang siur yang membuat
kebijakan ini terlihat seperti abu-abu atau masih awam di dengar dan dilaksanakan di kalangan
masyarakat.Â
Salah satu polemik yang muncul adalah terkait vaksin HPV yang akan digratiskan
oleh pemerintah sebagai upaya preventif pemerintah dalam mengurangi risiko masyarakat yang
terpapar virus HPV ini.Â
Sebenarnya ketika angka prevalensi atau kasus di Indonesia belum
meningkat secara signifikan vaksin HPV ini tidak diberikan secara cuma-cuma oleh
pemerintah, namun harus membayar dengan sejumlah uang untuk mendapatkan vaksin ini.
Selain itu, polemik yang kedua adalah mengapa sasaran dari adanya vaksin HPV ini adalah anak-anak sekolah, mengapa tidak kepada orang dewasa yang jelas memiliki tingkat paparan
karena telah melakukan beberapa hal yang menjadi salah satu pemicu infeksi virus ini seperti
hubungan seks dengan lawan jenis contohnya.Â
Permasalahan terkait sasaran dari vaksin ini
memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap keberlangsungan program pemerintah yang
satu ini. Apalagi program vaksinasi terhadap anak-anak sekolah ini akan dibarengkan dengan
BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah).
Namun, apakah dengan program ini tingkat keterpaparan kanker servik oleh virus HPV di
Indonesia mengalami penurunan? Hal tersebut akan terjawab ketika program-program ini
memang benar berjalan dalam kurun waktu 5-20 tahun sesuai dengan masa perkembangan dari
infeksi virus ini.Â
Dan mengapa hanya anak-anak sekolah saja yang menjadi target dari program
pemerintah ini, padahal ketika orang tersebut telakh divaksin HPV sekalipun memiliki risiko
untuk mengalami infeksi virus HPV ini meskipun dengan angka yang lebih kecil?Â
Hal tersebut
dikarenakan karena program ini emiliki tupoksi sebagai upaya preventif atau pencagahan
terhadap generasi muda yang mungkin belum memgalami keterpaparan terhadap virus ini.
Sebagai mahasiswa kesehatan masyarakat Universitas Airlangga menyikapi adanya polemik
ini dengan kepala dingin yang mana bersikap secara jelih dan jernih terhadap adanya program
terbaru dari pemerintah yang tunjuannya dalah sebagai upaya pemeliharaan kesehatan
masyarakat.Â
Program ini secara tidak langsung memberikan kontribusi yang baik terhadap
kesejahteraan masyarakat di masa mendatang dengan mempersiapkan generasi penerus bangsa
yang baik secara fisik, psikologis dan terhindar dari penyakit.Â
Polemik-polemik yang
berkepanjangan ini harusnya membuat masyarakat lebih membuka mata untuk mencari tau
bagaimana program vaksinasi ini berjalan, tujuan serta manfaatnya terhadap keerlangsungan
hidup di masa yang akan datang. Meskipun, dampak atau impact yang akan dirasakan masih
dalam kurun waktu yang lama dan tidak secara serta merta.Â
Namun, apa salahnya bersikap
positif dan ikut berkontribusi dan program ini karena tidak ada jaminan bahwa setiap orang
akan dalam keadaan sehat selamanya.Â
Oleh karena itu, upaya pencegahan perlu dilakukan baik
secara personal maupun secara massive terhadap masyarakat secara luas.Â
Harapannya dari
adanya artikel ini membuat masyarakat tidak memandang sebelah mata program vaksinasi HPV ini yang mungkin masih dianggap tidak penting atau masih awal karena sejatinya tanpa adanya penyebab program ini takkan tercipta dan pastiya melewati kajian-kajian dan perencanaan yang sangat matang sehingga dapat direalisasikan kepada masyarakat pada umumnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H