Mohon tunggu...
Putri Novariani
Putri Novariani Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

your life is as good as your mindset

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mantai di Kala Pandemi

26 Juni 2021   08:44 Diperbarui: 26 Juni 2021   10:12 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terlihat Sejumlah aparat Kepolisian dan DISHUB sedang menjalankan tugas (Dokpri)

Pantai merupakan salah satu tempat wisata yang kerap dikunjungi dikala libur. Masyarakat berbondong -- bondong mengunjungi pantai untuk berlibur guna me-refresh otak dan pikiran bersama keluarga, teman ataupun kolega atau pun hanya sekedar unntuk berfoto saja. Mereka menghabiskan waktu dan melepas lelah seperti berenang, menyelam, bermain pasir, atau hanya sekedar berjalan jalan di sepanjang bibir Pantai.

Liburan ke pantai kini memanglah tak asing lagi. Liburan ke Pantai (mantai) kali ini merupakan mantai yang cukup berbeda dengan liburan-liburan sebelumnya. Kali ini aku mantai pada situasi bumi yang sedang dilanda Pandemic covid-19.

Seperti biasa, aku dan keluarga berangkat dari rumah di Kemiling selepas menunaikan ibadah sholat subuh. Perjalanan kami dari Kemiling menuju Pantai Mutun, Pesawaran, Lampung kami tempuh sekitar 45 menit. Kami memilih untuk mantai subuh karena ada beberapa hal yang kami pertimbangkan seperti, kondisi Pantai dan Laut yang masih bersih, temperatur air laut yang masih hangat, serta pantai yang belum terlalu ramai akan pengunjung. Ya dimasa pandemic ini jujur kami masih agak takut pergi ketempat keramaian apalagi tanpa mematuhi protokol Kesehatan. Minimal aku selalu menggunakan masker dan membawa hand sanitizer.   

Menikmati sunrise di pantai muntun

Awalnya semua berjalan lancar dan tampak seperti biasa, tak ada bedanya. Hanya saja, terlihat orang-orang yang mengenakan masker serta tidak berkerumun di suatu tempat. Kami memilih pondok, dan lokasi berenang yang masih sangat sepi guna menghindari keramaian. Setelah sejenak menikmati pantai, aku memutuskan bermain air. Setelah beberapa saat kami berenang dan bermain air di pantai, serta bermain wahana sampan, kami memutuskan untuk menyudahi berenang dan bermain air dikarenakan situasi yang semakin ramai dan padat. Air pantai pun mulai semakin keruh dan kotor. Ketika aku berjalan menuju tempat bilas, aku melihat sekeliling begitu banyak orang-orang yang berjalan tanpa mengenakan masker. Terlihat juga petugas Satpol PP sedang memantau sambil merekam situasi pantai.

"ya beginilah, sejak tempat wisata boleh dibuka pengunjung mulai ramai datang kesini. Ada yang datang bersama keluarga, ada yang sama temen kantor." Ujar salah satu penjaga pondok ketika aku tanya mengenai antusias pengunjung dikala pandemic kini.

Ia pun berkata sulit mengajak semua pengunjung untuk mengenakan masker. Ketika ditegur kebanyakan pengunjung mencari alasan seperti, sedang makan, minum, menikmati udara segar, berenang dan lain-lain.

Setelah berganti pakaian aku melanjutkan untuk makan. Makanan ini semua kami bawa dari rumah. Masih ada rasa kekhawatiran untuk membeli makan di tempat wisata. Apalagi setelah kami melihat suasana pantai yang begitu ramai setelah matahari terus meninggi. Selanjutnya aku menikmati deburan ombak yang semakin lama semakin kuat dan meninggi. Air laut semakin pasang yang menyebabkan air itu hingga ke pondok yang kami sewa. Seketika kami pun baru menyadari terdapat binatang kecil-kecil keluar dari dalam pasir. Warnanya putih kekuningan, kami pun tak tau apa nama hewan tersebut.

Setelah dirasa cukup, kami pun beberes dan memutuskan untuk pulang. Ketika keluar dari parkiran, betapa terkejutnya kami, ternyata pintu masuk ke Pantai Mutun telah ditutup dan dijaga oleh sejumlah SATGAS COVID-19 Kabupaten Pesawaran, Lampung. Kami terkejut karena ketika datang belum ada petugas. Petugas datang dan berjaga ketika pengunjung di pantai Mutun terus meningkat. Dan setelah mobil kami melaju, terlihat kemacetan yang cukup parah dari arah sebaliknya. Kemacetan itu terjadi kurang lebih sepanjang 3 km, dan diyakini kemacetan itu terjadi karena disebabkan oleh para wisatawan yang hendak berlibur ke Pantai, sama seperti kami. Beruntungnya, kami telah lebih dulu berangkat subuh (nyubuh, sehingga masih sempat mantai terlebih suasananya masih belum ramai.

Setelah berjalan sepanjang 2 km, semua pengendara dari arah sebaliknya tadi dipaksa untuk memutar balik kendaraannya. Terlihat  kesedihan yang tergambar pada wajah wajah mereka yang tak bisa melanjutkan perjalanan mereka menuju Pantai Mutun. Ada juga kami melihat salah satu pengemudi yang terlihat adu mulut dengan aparat kepolisian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun