Pembahasan mengenai pemuda menjadi topik yang menarik dibicarakan pada era milenial ini. Menurut undang undang nomor 40 tahun 2009 pasal 1 ayat 1 tentang kepemudaan, pemuda adalah Warga Negara Indonesia yang berusia 16-30 tahun. Kepemudaan adalah berbagai hal yang berkaitan dengan potensi, tanggung jawab, hak, karakter, kapasitas, aktualisasi diri, dan cita-cita pemuda.[1] Adapun pandangan pemuda cenderung membentuk budaya dan identitasnya sendiri untuk dinilai berhasil oleh rekan teman sebayanya. Pandangan ini tentu bertentangan dengan hasil dari studi konvensional pemuda yang menyatakan pemuda sebagai sebuah proses transisi menuju kedewasaan yang sesungguhnya.[2] Pemuda era milenial menjadi pemuda yang khas berbeda dengan era-era sebelumnya. Istilah milenial sendiri dipopulerkan oleh William Strauss dan Neil Howe, seorang pakar sejarah dan ilmuwan Amerika, dalam beberapa bukunya. Generasi millennial ini generasi yang lahir pada tahun 1980-2000an, diperkirakan saat ini telah berusia 17-37 tahun, dapat dikategorikan sebagai pemuda.[3] Generasi millennial sering pula disebut sebagai generasi internet karna keterkaitannya yang erat dengan internet. Terjadi perubahan social yang drastis pada era milenial dibandingkan dengan era-era sebelumnya. Modernisasi dan globalisasi yang turut berkontribusi pada pertumbuhan dan perkembangan pemuda era milenial membuatnya sangat berbeda. Karakter yang kuat, aktif dan sangat bergantung pada internet serta media online menjadikan pemuda era milenial hidup dalam dua dunia yakni dunia nyata dan dunia maya.
Â
Seperti yang kita ketahui dalam membentuk kepribadian seseorang dibutuhkan agen-agen untuk mendukung penanaman sosialisasi kepribadian, nilai, norma dan ideologi pada pemuda. Agen ini diantaranya ialah keluarga, teman bermain, lingkungan masyarakat, institusi sosial politik dan media massa. Kehidupan sosial pemuda tidak terlepas dari berbagai agen yang mengelilinginya. Pada era milenial ini, agen-agen tersebut turut berperan dalam setiap aktivitas dan kehidupan pemuda. Keluarga merupakan agen yang memiliki fungsi bagi pemuda yakni terdiri dari fungsi agama, fungsi sosial budaya, fungsi cinta dan kasih sayang, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi & pendidikan, fungsi ekonomi, dan fungsi lingkungan. Keluarga menjadi agen primer yang membentuk kepribadian dan karakteristik individu. Pembentukan karakter inilah yang akan menjadi pakem atau pondasi si anak kedepannya. Bagaimana ia menghadapi dan merespon suatu tindakan di dunia luar akan bergantung dengan pola didik orangtua dan keluarga, namun pola didik pada keluarga pun dapat bergeser seiring berjalannya waktu ketika si anak menemukan ilmu dan pemahaman lain di lingkungan masyarakat yang berbeda. Pergeseran ini dapat terjadi bergantung pada seberapa ideal pola didik yang ditanamkan oleh keluarga dan seberapa kuat pola didik tersebut tertanam melalui internalisasi pada anak. Â
Â
Teman bermain dan lingkungan masyarakat menjadi agen terbesar yang berpengaruh pada pemuda setelah keluarga. Hubungan pergaulan di era millennial sulit dipahami orangtua pola komunikasi yang salah atas perbedaan paham ini dapat menyebabkan pemuda lebih memercayai dan mengutamakan teman bermainnya, menjadikannya mengesampingkan keluarga. Hal ini dapat pula berpengaruh karna kecenderungan pola bergaul pemuda di era milenial ini. Kemudahan bersosialisasi dan untuk terus menerus berkomunikasi melalui media massa berpengaruh pada intensitas dan keintiman hubungan pertemanan. Pola pergaulan pemuda di era-era sebelumya, sungguh sangat berbeda pada era milenial. Katakanlah, pada era sebelumnya, pemuda mungkin hanya dapat memiliki teman dan informasi pengetahuan lainnya hanya melalui interaksi langsung dan tatap muka. Sedangkan, pada masa kini, media social menjadi pemicu percepatan hubungan pertemanan dan perolehan informasi. Melalui platform seperti Instagram, Twitter, Line, dsb. Masyarakat menjadi lebih mudah mendapatkan teman online-nya. Untuk sekedar hanya menjadi teman online, berdiskusi suatu postingan atau menjadi sahabat hingga di dunia nyata. Seperti yang dikatakan sebelumnya, pemuda menjadi lebih hidup pada dua dunia di era millennial.
Â
Melalui media massa pun, institusi social politik menjadi agen yang berpengaruh pada pemuda. Pemuda era milenial, berjiwa praktis dan haus akan informasi yang belum diketahuinya. Di era sebelumnya, institusi social politik mulanya hanya diperhatikan oleh pemuda-pemuda yang tertarik dengan politik serta terjun di dalamnya, namun berbeda di era milenial ini, kemudahan akses informasi melalui media social menutupi hambatan pemuda untuk tidak mengetahui situasi sosial politik yang terjadi di sekelilingnya. Informasi institusi social politik yang dikemas secara modern membuat pemuda lebih tertarik dan peka pada perkembangan institusi social politik yang terjadi. Pemuda yang terus-menerus mengonsumsi kabar social politik, tentu secara tidak langsung akan membentuk karakter kritis dan aktual pada dirinya sendiri.
Â
Pola hubungan pertemanan pemuda dapat dimaknai sebagai makna edukatif, makna sosiologis, makna psikologis, makna ekonomi, dan makna entertain. Ikatan yang terjadi pada keluarga bersifat ikatan darah, ikatan batin dan altruistik sedangkan pada teman sebaya, lebih condong kepada ikatan emosional, kepercayaan dan pragmatis. Terlihat jelas perbedaan makna ikatan pada pertemanan dan keluarga. Hal ini dapat pula menjadi factor keeratan hubungan yang terjadi pada keluarga dan pertemanan. Seorang pemuda, cenderung lebih sering menghabiskan waktunya dengan teman ketika beranjak remaja. Rasa ingin diterima oleh lingkungan pertemanan dan rasa ingin tahu berbagai hal didukung oleh perkembangan globalisasi sehingga hubungan tersebut semakin bertambah lebih intens. Makna teman sebagai entertain, dapat diartikan kehadiran teman sebagai penghibur. Saat tumbuh remaja, pemuda cenderung lebih sering bergesekan dan bertentangan dengan keluarganya. Remaja yang mulai melihat dunia luar yang berbeda dengan apa yang ia dapatkan selama ini di dalam keluarga dapat membuatnya lebih tertarik pada dunia luar. Keinginan untuk mandiri dengan tidak bergantung pada keluarga, terkadang justru malah menimbulkan konflik karna perbedaan cara pandang pada pemuda dan keluarganya, terutama orang tua, hal ini dapat menjadikan pemuda cenderung berlari ke arah temannya untuk mendapatkan hiburan di kala sedih atau ber-konflik dengan keluarganya, terutama orang tua.
Â
Karakteristik pemuda unik dan berbeda-beda. Pemuda  disebut makhluk sosial karna perlu berinteraksi dan membutuhkan orang lain. Keluarga dimaknai sebagai unit terkecil di masyarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih dan diawali oleh ikatan perkawinan serta ikatan darah, memiliki satu rumah tangga, saling berinteraksi, memiliki peran dan kebudayaannya masing-masing. Bekerja sama dengan keluarga berarti meleburkan masalah, dimana masalah salah satu anggota keluarga menjadi masalah keseluruhan keluarga. Jika terjadi masalah, lebih mudah diselesaikan karna keluarga lebih memahami karakter individu terebut dan memandangnya melalui konteks kekeluargaan.