Kesetaraan gender merupakan salah satu isu utama dalam pembangunan berkelanjutan, termasuk dalam konteks Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang dicanangkan oleh PBB. Di Indonesia, meskipun ada kemajuan dalam peningkatan hak-hak perempuan, kesenjangan gender masih menjadi tantangan yang signifikan. Berdasarkan laporan Global Gender Gap Index tahun 2023, Indonesia menempati peringkat ke-87 dari 146 negara dengan skor 0,697, yang menunjukkan adanya kesenjangan yang cukup besar, terutama dalam bidang partisipasi kesehatan, ekonomi, dan pendidikan.
Kesetaraan gender telah menjadi isu yang krusial dalam pembangunan sosial dan ekonomi di berbagai negara, termasuk Indonesia. Dalam konteks global, kesetaraan gender tidak hanya penting dari sudut pandang hak asasi manusia, tetapi juga memiliki implikasi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, peningkatan kualitas hidup, dan stabilitas sosial. Meski beberapa kemajuan telah tercapai, kesenjangan gender masih terlihat nyata dalam berbagai aspek seperti partisipasi ekonomi, akses pendidikan, serta kesetaraan upah.
Di Indonesia, kesenjangan gender masih menjadi tantangan utama. Data menunjukkan bahwa partisipasi perempuan di pasar tenaga kerja masih lebih rendah dibandingkan laki-laki, dan terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal upah yang diterima antara keduanya. Tantangan ini diperparah oleh stereotip gender serta diskriminasi yang masih terjadi di tempat kerja dan sektor pendidikan. Selain itu, banyak perempuan yang belum mendapatkan akses yang setara terhadap pendidikan tinggi dan layanan kesehatan yang memadai, terutama di daerah-daerah terpencil. Oleh karena itu, peran tokoh perempuan dalam memperjuangkan kesetaraan gender sangat penting untuk mendorong kebijakan inklusif dan berkelanjutan yang dapat mengatasi ketimpangan ini.
Penulisan artikel ini bertujuan untuk menganalisis kontribusi dua tokoh penting dalam isu kesetaraan gender di Indonesia, yaitu Sri Mulyani Indrawati dan Prof. Stella. Pertama, artikel ini akan mengidentifikasi langkah-langkah konkret yang diambil oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam mendorong kesetaraan gender, terutama melalui kebijakan ekonomi dan penganggaran responsif gender (gender-responsive budgeting). Kedua, artikel ini akan mengulas peran Prof. Stella dalam memajukan kesetaraan gender melalui penelitian ilmiah dan advokasi, terutama di sektor pendidikan. Terakhir, artikel ini juga akan membahas kebijakan pemerintah Indonesia yang telah diimplementasikan untuk mendukung pemberdayaan perempuan.
Sri Mulyani Indrawati telah menunjukkan komitmen yang kuat dalam memperjuangkan kesetaraan gender melalui berbagai kebijakan ekonomi yang inklusif. Sebagai Menteri Keuangan, ia berperan penting dalam penerapan penganggaran responsif gender, yang memastikan bahwa alokasi anggaran memperhatikan kebutuhan perempuan dan kelompok rentan. Kebijakan ini mencakup program seperti Program Keluarga Harapan (PKH) yang memberikan bantuan langsung kepada keluarga miskin, dengan fokus pada perempuan sebagai penerima manfaat utama. Selain itu, Sri Mulyani juga berfokus pada pemberdayaan perempuan melalui sektor UMKM, di mana perempuan merupakan mayoritas pelaku usaha. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam ekonomi digital dan investasi, yang diyakini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi hingga US$12 triliun secara global pada 2025 jika diterapkan secara inklusif.
Di bidang akademik, Prof. Stella telah berperan sebagai salah satu penggerak utama dalam penelitian mengenai kesetaraan gender, terutama yang berfokus pada akses pendidikan dan kesehatan bagi perempuan. Penelitiannya menunjukkan bahwa ketimpangan gender dalam pendidikan tinggi memiliki dampak jangka panjang terhadap partisipasi perempuan di sektor formal dan pencapaian ekonomi mereka. Prof. Stella juga mempromosikan inisiatif untuk mengurangi kesenjangan akses, terutama bagi perempuan di daerah terpencil yang sering kali terpinggirkan. Melalui advokasinya, ia mendorong kebijakan yang berbasis data dan penelitian ilmiah untuk menciptakan program pendidikan yang lebih inklusif dan berkeadilan gender.
Kedua tokoh ini memberikan kontribusi yang penting dalam meningkatkan kesadaran mengenai kesetaraan gender dan mendorong perubahan kebijakan yang lebih adil. Melalui kebijakan yang diterapkan oleh Sri Mulyani serta penelitian dan advokasi dari Prof. Stella, diharapkan dapat tercipta lingkungan yang lebih inklusif dan kesempatan yang setara bagi perempuan di seluruh Indonesia. Upaya-upaya ini menunjukkan bahwa kesetaraan gender bukan hanya masalah sosial, tetapi juga komponen penting dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan pembangunan yang berkeadilan.
Sri Mulyani Indrawati, S.E., M.Sc., Ph.D
Sri Mulyani Indrawati, lahir di Lampung pada 26 Agustus 1962, merupakan seorang ekonom yang meraih gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Indonesia, gelar Master dan Ph.D. di bidang Ekonomi dari University of Illinois, AS. Ia memiliki spesialisasi di bidang keuangan publik, kebijakan fiskal, dan ekonomi tenaga kerja.
Karier internasionalnya mencakup posisi sebagai Direktur Eksekutif IMF dan Direktur Pelaksana Bank Dunia. Di tingkat nasional, ia pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan sejak 2005 dan telah menempati posisi tersebut dalam empat kabinet berbeda, termasuk di pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Presiden Prabowo Subianto.
Selama masa jabatannya, Sri Mulyani berhasil melakukan reformasi Kementerian Keuangan, menstabilkan ekonomi makro, serta mendapatkan berbagai penghargaan internasional, seperti “Finance Minister of the Year” dari Global Markets dan FinanceAsia. Ia juga diakui sebagai salah satu wanita paling berpengaruh di dunia oleh Forbes.
Di tingkat internasional, ia berperan sebagai Co-Chair pada berbagai forum global terkait pembangunan ekonomi dan perubahan iklim. Pada 2023, ia menerima gelar Honoris Causa dari Australian National University sebagai penghargaan atas kontribusinya di bidang ekonomi.
Prof. Stella Christie, A.B., Ph.D.
Stella Christie lahir di Medan, 11 Januari 1979 dan dibesarkan di Jakarta. Ia menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di SD, SMP, dan SMA Santa Ursula, Jakarta. Selama pendidikannya, ia menerima beberapa beasiswa prestisius, termasuk beasiswa ASEAN dari Pemerintah Singapura dan beasiswa dari United World College untuk melanjutkan pendidikan di Red Cross Nordic United World College, Norwegia. Pada tahun 1999, ia menerima beasiswa penuh dari Harvard University dan lulus dengan predikat magna cumlaude with Highest Honors pada tahun 2004. Ia kemudian melanjutkan pendidikan S3 di Northwestern University dan meraih gelar Ph.D. di tahun 2010.
Setelah menyelesaikan penelitian postdoktoral di University of British Columbia, Kanada, pada 2012, Prof. Stella memulai karier akademiknya sebagai tenure track Assistant Professor di Swarthmore College, Amerika Serikat. Pada tahun 2018, ia diangkat sebagai Tenured Associate Professor. Di tahun yang sama, dengan tawaran dari berbagai universitas di Amerika Serikat, Singapura, dan Tiongkok, ia pindah ke Tsinghua University, di mana pada tahun 2022, ia diangkat sebagai Guru Besar (Full Professor).
HASIL ANALISIS KESETARAAN GENDER MELALUI KONTRIBUSI SRI MULYANI DAN PROF. STELLA DI INDONESIA
Peran gender dalam kontribusi Sri Mulyani dan Prof. Stella pada isu kesetaraan gender mencerminkan upaya strategis yang berfokus pada pengarusutamaan perspektif gender dalam kebijakan publik serta penelitian berbasis data. Kesetaraan gender adalah isu fundamental yang berdampak pada berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk dalam sektor ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Di Indonesia, masih terdapat ketimpangan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam akses dan partisipasi di sektor-sektor tersebut. Kontribusi dua tokoh ini memberikan contoh bagaimana kebijakan yang inklusif dan berbasis data dapat mengurangi kesenjangan ini dan mendorong pembangunan yang lebih adil.
Sri Mulyani, sebagai Menteri Keuangan, telah memperkenalkan berbagai kebijakan yang mendukung kesetaraan gender, terutama melalui penerapan gender-responsive budgeting. Pendekatan ini dirancang untuk memastikan bahwa alokasi anggaran publik mempertimbangkan kebutuhan spesifik perempuan dan laki-laki, serta kelompok yang rentan. Studi dari Journal of Public Policy and Administration menunjukkan bahwa anggaran responsif gender dapat meningkatkan efektivitas alokasi dana dan mempercepat pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) yang terkait dengan kesetaraan gender (Indrawati, 2023). Kebijakan seperti Program Keluarga Harapan (PKH), yang menempatkan perempuan sebagai penerima manfaat utama, memberikan dampak positif pada pemberdayaan perempuan, terutama dalam hal meningkatkan akses perempuan terhadap pendidikan dan kesehatan, serta pengurangan kemiskinan rumah tangga.
Selain itu, Sri Mulyani berfokus pada peningkatan inklusi keuangan bagi perempuan, terutama pelaku usaha di sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Berdasarkan penelitian yang diterbitkan di Asian Economic Journal, perempuan mendominasi sekitar 53% dari pelaku UMKM di Indonesia, namun sering kali menghadapi kendala dalam mengakses pembiayaan dan literasi keuangan. Melalui kebijakan inklusi keuangan dan program pelatihan, perempuan diberikan akses yang lebih besar terhadap kredit mikro dan layanan keuangan digital, yang secara signifikan meningkatkan daya saing dan kontribusi ekonomi mereka (Asian Economic Journal, 2022). Program seperti ini tidak hanya memberdayakan perempuan sebagai penggerak ekonomi, tetapi juga membantu mengurangi ketimpangan pendapatan antara laki-laki dan perempuan.
Di sisi lain, Prof. Stella memberikan kontribusi melalui penelitian yang fokus pada analisis ketimpangan gender dalam pendidikan dan dampaknya terhadap mobilitas sosial dan ekonomi. Penelitiannya, yang dipublikasikan di Journal of Gender Studies, menunjukkan bahwa akses pendidikan yang lebih rendah bagi perempuan di Indonesia berdampak pada peluang ekonomi yang terbatas. Kesenjangan gender dalam pendidikan masih sangat tinggi di wilayah pedesaan dan terpencil, di mana perempuan sering kali tidak mendapatkan akses yang setara terhadap pendidikan tinggi. Penelitian ini menyoroti pentingnya kebijakan pendidikan yang inklusif, seperti pemberian beasiswa khusus bagi perempuan dan penguatan program literasi di daerah tertinggal (Stella, 2021). Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia perempuan dan memastikan mereka memiliki kesempatan yang setara dalam berpartisipasi di pasar tenaga kerja.
Selain pendidikan, Prof. Stella juga meneliti dampak kesenjangan gender dalam akses layanan kesehatan. Penelitian di Journal of Public Health Policy menemukan bahwa perempuan sering kali menghadapi tantangan yang lebih besar dalam mengakses layanan kesehatan yang memadai, terutama dalam hal kesehatan reproduksi dan maternal. Keterbatasan akses ini berdampak pada tingkat kematian ibu yang lebih tinggi dan produktivitas yang rendah di kalangan perempuan pekerja. Prof. Stella mendorong implementasi program kesehatan ibu dan anak yang lebih komprehensif serta kampanye kesadaran kesehatan reproduksi sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi kesenjangan ini dan meningkatkan kualitas hidup perempuan di seluruh Indonesia.
Analisis ini menunjukkan bahwa perspektif gender memainkan peran penting dalam menciptakan kebijakan yang inklusif dan berbasis bukti. Pendekatan yang diterapkan oleh Sri Mulyani melalui kebijakan fiskal dan inklusi keuangan, serta kontribusi akademis Prof. Stella melalui penelitian dan advokasi, mencerminkan integrasi gender dalam strategi pembangunan nasional. Keduanya berkontribusi pada upaya mengatasi hambatan struktural yang dialami perempuan dan mempromosikan kesetaraan gender sebagai bagian integral dari agenda pembangunan Indonesia. Penelitian dan kebijakan ini menunjukkan bahwa mengurangi ketimpangan gender bukan hanya isu moral atau sosial, tetapi juga strategi yang efektif untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.
DAMPAK POSITIF KONTRIBUSI SRI MULYANI DAN PROF. STELLA TERHADAP ISU KESETARAAN GENDER BAGI SELURUH MASYARAKAT INDONESIA
Dampak positif dari kebijakan kesetaraan gender di Indonesia yang dipromosikan oleh tokoh-tokoh seperti Sri Mulyani Indrawati dan Prof. Stella, sangat besar bagi kemajuan sosial dan ekonomi negara. Kebijakan yang berfokus pada pemberdayaan perempuan dan pengarusutamaan gender dapat meningkatkan produktivitas ekonomi, mengurangi kemiskinan, dan memajukan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Salah satu dampak positif terbesar adalah peningkatan partisipasi perempuan dalam pasar tenaga kerja dan sektor ekonomi lainnya, yang memperkuat ketahanan ekonomi nasional. Penelitian dari Asian Economic Journal (2022) menunjukkan bahwa perempuan yang berpartisipasi lebih aktif dalam ekonomi dapat membantu mempercepat pertumbuhan PDB, dengan memperkenalkan berbagai pendekatan baru dan inovasi dalam dunia usaha, terutama di sektor UMKM yang banyak diikuti oleh perempuan.
Selain itu, kebijakan gender-responsive budgeting yang diterapkan oleh Sri Mulyani di Kementerian Keuangan juga menunjukkan dampak yang signifikan terhadap distribusi sumber daya yang lebih adil dan efisien. Melalui kebijakan ini, anggaran negara tidak hanya mendukung kebutuhan laki-laki tetapi juga mengutamakan kesejahteraan perempuan, dengan menyalurkan dana untuk pendidikan, kesehatan, dan program pemberdayaan perempuan seperti beasiswa untuk perempuan yang ingin melanjutkan studi atau memperoleh keterampilan baru. Data dari World Bank menunjukkan bahwa negara-negara yang menerapkan gender-responsive budgeting memiliki tingkat kemajuan yang lebih tinggi dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), khususnya yang berkaitan dengan kesetaraan gender.
Di sektor pendidikan, penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Gender Studies menunjukkan bahwa peningkatan akses pendidikan bagi perempuan di Indonesia berdampak pada perbaikan kualitas tenaga kerja, yang akhirnya mengarah pada peningkatan daya saing global negara ini. Prof. Stella, melalui penelitiannya, menyoroti pentingnya pendidikan yang setara untuk perempuan, terutama di daerah-daerah terpencil, sebagai kunci untuk membuka peluang ekonomi yang lebih besar dan meratakan distribusi kemakmuran.
Secara keseluruhan, kebijakan-kebijakan yang mendukung kesetaraan gender, baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, maupun kesehatan, tidak hanya menguntungkan perempuan tetapi juga berkontribusi pada pembangunan negara yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Ketika perempuan diberdayakan, mereka tidak hanya meningkatkan kualitas hidup mereka sendiri tetapi juga memberikan dampak positif yang luas bagi keluarga, komunitas, dan negara.
KESIMPULAN DAN HARAPAN DI MASA DEPAN
Kesetaraan gender merupakan isu penting yang dapat mempercepat kemajuan ekonomi dan sosial Indonesia. Kontribusi tokoh seperti Sri Mulyani Indrawati dan Prof. Stella dalam memperjuangkan kesetaraan gender melalui kebijakan dan penelitian mereka menunjukkan dampak signifikan terhadap pemberdayaan perempuan dan kemajuan negara. Sri Mulyani, melalui implementasi gender-responsive budgeting, telah mendorong kebijakan yang lebih inklusif, meningkatkan alokasi anggaran untuk pendidikan dan kesehatan, serta mendorong partisipasi perempuan dalam sektor UMKM dan ekonomi digital. Penelitian oleh Asian Economic Journal (2022) mengonfirmasi bahwa peningkatan partisipasi perempuan di pasar tenaga kerja dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi negara. Selain itu, kebijakan-kebijakan yang mendukung pemberdayaan perempuan dalam sektor pendidikan, seperti beasiswa dan program pelatihan, memperluas kesempatan ekonomi bagi perempuan dan mengurangi kesenjangan akses pendidikan antara laki-laki dan perempuan, terutama di daerah terpencil.
Prof. Stella, melalui penelitian yang berfokus pada pendidikan dan kesehatan, menggarisbawahi pentingnya akses setara bagi perempuan di bidang-bidang tersebut sebagai bagian dari upaya mengurangi ketimpangan sosial. Data dari Journal of Public Health Policy menunjukkan bahwa pemberdayaan perempuan dalam sektor kesehatan dan pendidikan berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup dan produktivitas ekonomi.
Melihat ke depan, penerapan kebijakan yang lebih luas dan berbasis data, seperti yang dilakukan oleh Sri Mulyani dan didorong oleh penelitian-penelitian seperti yang dilakukan oleh Prof. Stella, dapat mengurangi ketimpangan gender lebih jauh dan mempercepat pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang mengedepankan kesetaraan gender. Penguatan kebijakan inklusif ini akan mendukung perempuan untuk berperan lebih besar dalam perekonomian dan mempercepat kemajuan sosial yang lebih merata, serta meningkatkan ketahanan ekonomi negara Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Kesenjangan Gender jadi Topik Pembahasan
Kesetaraan Gender Bisa Berkontribusi ke Ekonomi Global
Kesetaraan Gender Bukan Ancaman Bagi Laki-Laki
Pesan Sri Mulyani: Kesetaraan Gender di Bidang Ekonomi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H