Mohon tunggu...
Putri Ninda Novianti
Putri Ninda Novianti Mohon Tunggu... Sekretaris - create your own happiness🕊️

Semesta menginspirasi, manusia berimajinasi.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Hidup Boros: Ketika Gen Z dan Milenial Terjebak dalam Doom Spending

30 September 2024   10:20 Diperbarui: 30 September 2024   10:27 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Pernah nggak sih, di akhir bulan saldo rekeningmu tiba-tiba habis padahal rasanya baru kemarin gajian? Kamu mulai berpikir, "Kemana perginya uang ini?" Kalau pernah, mungkin kamu sedang mengalami fenomena yang kini dikenal sebagai doom spending.

Apa Itu Doom Spending?

Doom spending adalah perilaku belanja impulsif yang sering muncul ketika seseorang merasa stres, bosan, atau ingin melarikan diri dari masalah. Alih-alih mengatasi perasaan tersebut, banyak orang justru memilih untuk menghibur diri dengan belanja, meski barang yang dibeli sebenarnya tidak terlalu penting. Efeknya? Setelah belanja, ada perasaan senang sejenak, tapi cepat berganti rasa bersalah, apalagi ketika saldo rekening tiba-tiba menipis atau tagihan kartu kredit meningkat.

Gen Z dan Milenial sering kali menjadi korban doom spending karena gaya hidup digital yang memudahkan belanja hanya dengan beberapa klik. Ditambah lagi, media sosial dan influencer sering menampilkan gaya hidup konsumtif yang semakin mendorong keinginan untuk memiliki barang-barang baru, bahkan yang tidak benar-benar dibutuhkan.

Jebakan Doom Spending

Bayangkan, kamu sedang bersantai sambil scroll media sosial, tiba-tiba ada iklan sepatu yang keren banget, atau video influencer favorit yang lagi unboxing barang terbaru. Awalnya, kamu cuma lihat-lihat, tapi lama-lama timbul rasa ingin memiliki. Pikiran "Cuma sekali ini aja, deh," pun muncul, dan kamu langsung klik checkout. Rasanya senang di awal, tapi nggak lama kemudian muncul rasa bersalah karena sadar barang yang dibeli ternyata nggak terlalu penting. Ini adalah pola doom spending, sebuah siklus yang tanpa sadar bisa bikin kita mengeluarkan uang untuk hal-hal yang tidak benar-benar kita butuhkan.

Fenomena ini semakin marak karena di era digital, belanja online menjadi sangat mudah. Godaan bisa datang kapan saja dan dari mana saja---dari iklan, diskon dadakan, hingga rekomendasi teman. Akibatnya, tanpa sadar kita terus mengeluarkan uang untuk hal-hal kecil yang akhirnya menumpuk.

Kenapa Kita Terjebak?

Salah satu alasan mengapa doom spending begitu sulit dihindari adalah karena kita cenderung menggunakan belanja sebagai pelarian dari perasaan negatif. Saat merasa stres, bosan, atau bahkan lelah, belanja bisa memberi dorongan dopamin, hormon kebahagiaan, yang membuat kita merasa lebih baik sejenak. Tapi, sayangnya, kebahagiaan itu hanya sementara. Setelahnya, kita dihadapkan pada kenyataan: saldo menipis, tagihan menumpuk, dan kebutuhan utama terabaikan.

Tapi tenang, ini bukan akhir dari segalanya! Kamu punya kendali untuk mengubah kebiasaan ini. Salah satu kuncinya adalah menabung. Menabung bukan hanya soal menyimpan uang, tapi juga mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Bayangkan betapa bangganya dirimu nanti ketika melihat hasil dari tabunganmu bisa digunakan untuk hal-hal yang lebih besar dan berarti, seperti liburan impian, membeli rumah, atau bahkan investasi.

Dengan menabung, kamu juga membangun rasa aman finansial. Saat ada kebutuhan mendesak, kamu nggak perlu panik karena sudah punya dana cadangan. Selain itu, menabung membantu kamu menghindari stres keuangan di masa depan. Kamu jadi lebih bebas dalam membuat keputusan karena tahu bahwa keuanganmu dalam kondisi stabil.

Tips dan Trik Mengatasi Doom Spending

  1. Buat Daftar Prioritas
    Sebelum mulai belanja, tanya ke diri sendiri: apakah barang ini benar-benar dibutuhkan atau cuma keinginan sesaat? Dengan membuat daftar prioritas, kamu bisa lebih bijak dalam memutuskan pengeluaran.

  2. Tunda Pembelian
    Kalau ada keinginan untuk membeli sesuatu, coba tunda dulu selama 24 jam. Biasanya, setelah waktu itu berlalu, keinginan untuk belanja akan berkurang, dan kamu bisa berpikir lebih rasional.

  3. Batasi Paparan Iklan
    Media sosial sering menjadi pemicu terbesar untuk doom spending. Coba batasi waktu scrolling atau unfollow akun-akun yang sering bikin kamu tergoda untuk belanja. Fokus pada hal-hal yang lebih penting.

  4. Buat Anggaran untuk Belanja Hiburan
    Belanja nggak selalu buruk, asalkan dilakukan dengan bijak. Coba buat anggaran khusus untuk hiburan atau barang-barang yang kamu inginkan. Ini akan membantu kamu tetap menikmati hidup tanpa harus mengorbankan keuangan jangka panjang.

  5. Pantau Pengeluaran
    Gunakan aplikasi keuangan untuk memantau pengeluaran harianmu. Dengan melihat laporan keuangan secara rutin, kamu bisa lebih sadar tentang ke mana uangmu pergi dan mengontrol pengeluaran yang tidak perlu.

  6. Tetapkan Tujuan Keuangan
    Menabung jadi lebih seru kalau kamu punya tujuan yang jelas, seperti menabung untuk liburan impian, membeli kendaraan, atau investasi. Dengan tujuan yang jelas, kamu akan lebih termotivasi untuk menahan godaan belanja impulsif.

Rajin Menabung, Masa Depan Lebih Tenang 

Menabung adalah cara paling sederhana untuk mempersiapkan masa depan yang lebih stabil dan bebas stres. Kamu nggak perlu menabung dalam jumlah besar, mulailah dari hal-hal kecil. Setiap langkah kecil yang kamu ambil akan membawa perubahan besar di masa depan. Ingat, dengan menabung, kamu memberi dirimu kesempatan untuk merasa lebih tenang dan aman di kemudian hari.

Yuk, mulai ubah kebiasaan boros dan mulai rajin menabung! Aku bangga padamu karena memilih jalan yang lebih bijak untuk masa depanmu. Kamu kuat, dan kamu pasti bisa menghadapi godaan doom spending. Setiap rupiah yang kamu tabung hari ini adalah investasi untuk kebebasan finansialmu di masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun