Mohon tunggu...
Putri Ninda Novianti
Putri Ninda Novianti Mohon Tunggu... Sekretaris - create your own happiness🕊️

Semesta menginspirasi, manusia berimajinasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Sains dalam Tradisi Barat dan Islam: Relasinya dengan Agama

2 April 2023   13:09 Diperbarui: 2 April 2023   13:36 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, ada ilmuan klasik dan pertengahan Islam yang ahli dalam bidang ilmu humaniora, bahasa dan sastra, serta sejarah. Di antaranya yang dianggap memiliki amanah ilmiyyah (secara ilmiah terpercaya) dengan tingkat kepercayaan yang tinggi yang diakui Ibnu Khaldun adalah Ibnu Ishaq, a-Thabari, Ibnu al-Kalbi, Muhammad bin Umar al-Waqidi, Saif bin Umar al-Asadi, dan al-Mas'udi.

Ibnu Khaldun adalah bapak sosiologi/filsafat sosial Islam. Prestasi kaum Muslimin dalam bidang sains itu, terutama filsafat, tentu sangat berpengaruh pada kebangkitan Barat dan peradabannya. Medianya ada banyak, di antaranya melalui penerjemahan buku-buku kaum Muslimin, proses belajar elite Eropa di Spanyol Islam, dan lainnya.

Pada masa kebangkitan Barat, Islam bukan saja telah menjadi jembatan bagi Barat untuk mengenal kembali prestasi filsafat dan sains orang-orang Yunani, tetapi juga telah mengembangkannya sesuai dengan miliu Islam. Kebangkitan Barat modern pun dinilai banyak ahli antara lain dipengaruhi oleh kemajuan peradaban Islam di Spanyol, terutama dalam bidang humanisme dan ilmu pengetahuan empirik dan rasional melalui keberadaan aliran Ibnu Rusydiyyah (Averoisme).

 Kejayaan sains dan filsafat dalam sejarah dunia Islam mengalami kemunduran secara drastis, ada banyak asumsi jawaban antara lain: melemahnya dukungan penguasa rasionalisme pasca al-Mutawakkil, diharamkannya filsafat oleh al-Ghazali abad 12 dan Ibn Taimiyah abad 14, menguatanya sufisme dalam bentuk tarekat yang mengakibatkan sufisme sebagai sebuah gerakan yang masif.

Saat ini tidak adanya praktisi yang bekerja secara sungguh-sunguh mendapat dukungan penuh dari infrastruktur eksperimental perpustakaan serta kemampuan saling kritik secara terbuka, dan karena kecetekan berpikir yang ditampakkan ulama khususnya kecenderungannya mempergunakan senjata takfir (pengkafiran) dalam berhadapan dengan sains rasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun