Mohon tunggu...
Putri Nidyaningsih
Putri Nidyaningsih Mohon Tunggu... -

lebih dari sekedar hitam dan putih

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mamak Bilang Aku Stress

24 Juli 2013   14:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:06 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Stress...", ucap mamakku. Berulang kali aku dapati kata itu muncul dari mulut mamak kandungku sendiri. Mamak yang melahirkan dan membesarkanku. Entah kenapa dari kecil beliau tak pernah mendukung apa minatku, apalagi mimpi-mimpiku. "Gak usah mimpi...Dasar stress", kata beliau setiap kali aku bercerita tentang keinginanku, tentang mimpi-mimpiku.

Karena itulah mungkin aku tak dekat dengan mamak dan keluargaku. Yah palingan aku dekat dengan kaka perempuanku meskipun aku tau dia pun bosan dengan kalimat-kalimatku. Stiap ku cerita, tanggapannya pun datar bahkan kadang tak ada tanggapan, hanya diam. Karena kakaku juga berpikir sama seperti mamakku, aku stress.

Pemimpi ulung, adalah aku. Punya banyak sejuta keinginan, semiliar khayalan, dan bertriliun mimpi. Dulu sewaktu kecil, mimpi-mimpi itu kadang ku lontarkan kepada mamak dan keluargaku. "Mak, aku pengin main bola", kataku sewaktu aku ingin ikut ekskul sepakbola. "Mana ada perempuan main bola, dalam Al-Qur'an juga gak ada", sanggah mamakku. Yah sudahlah, sudah tau aku tanggapan darinya.

Dan aku pun masih ingat betul ketika aku SD, guruku menyarankanku ikut sanggar tari karena aku memang senang tari dan punya bakat disana tapi tak ada tanggapan positif dari mamak. "Mak, pengen nari, pengen ikut sanggar." pintaku. "Buat apa nari-nari, belajar aja yang benar." kata mamakku. Ya apa boleh buat apa boleh dikata.

Bukan hanya seorang pemimpi, aku pun seorang pembangkang handal. Apa yang ku mau, dilarang oleh mamak tapi diam-diam aku jalani. Tanpa sepengetahuan mamak, aku ikut ekskul sepakbola. Banyak bergaul dengan laki-laki membuatku senang, tak ada beban. Karena mental laki-laki dan perempuan memang beda. Jika laki-laki punya masalah jarang yang menyimpan dendam, tapi jika perempuan weleh-weleh geng-gengan. Males banget kan.

Pemberontakan diam-diam aku lakukan hanya untuk memenuhi hobiku. Baru kesampaian ikut sanggar saat kuliah, alhamdulillah. SD - kuliah bukan rentang waktu yang sedikit. Yah bertahun-tahun akhirnya Tuhan kabulkan doa keinginan mimpiku.

Saking aku malas dengan kebawelan mamak, akhirnya kuliah pun aku mencari yang di luar Jakarta (Bogor, Bandung, dan Malang). Yey, aku diterima di Bogor. Meski dekat dengan Jakarta, tapi tidak mungkin jika PP Jakarta - Bogor, akhirnya tinggal di luar rumah. Yeah, bebas. Tak ada lagi bawelan dari bibir mamakku. Lagi-lagi Tuhan kabulkan keinginanku untuk keluar dari rumah.

Meski aku dibilang stress karena mimpi-mimpi yang ku bangun, aku tak pernah membiarkan mimpi-mimpiku itu hanyut bersama hujan yang jatuh ke sungai. Bahkan secara rinci ku coba tuliskan. Mamakku tak tau mimpi-mimpi yang ku tulis itu. Tapi kadang aku keceplosan sih ngomong keinginanku, "Mak, aku pengen s2 keluar negeri", lontarku tak sengaja. Masih sama kata yang keluar dari bibir mamak, "Stress....Kerja aja yang bener. Kerja aja belum mau s2 keluar, uang dari mana".

Yah begitulah aku, tak kenal ampun selalu memberontak. Ku biarkan saja kata STRESS itu. Aku yakin Tuhan akan kabulkan doaku, akan wujudkan mimpiku, suatu saat  nanti entah kapan.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun