Mohon tunggu...
K. Putri Nariratih
K. Putri Nariratih Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota 2015 / ITS / 08211540000035

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fenomena Penduduk Komuter Dan Dampaknya Bagi Pembangunan Kota

19 Desember 2015   22:08 Diperbarui: 19 Desember 2015   22:28 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

       Seiring dengan berjalannya waktu pertumbuhan penduduk yang tidak terbendung siklusnya, demikian juga akan kebutuhan masyarakat terhadap konsumsi primer maupun sekunder yang diikuti oleh perkembangan teknologi dewasa ini, dan tidak dapat dipungkiri lagi bahwa teknologi sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat luas utamanya pada masyarakat perkotaan, dengan ditunjang teknologi yang sangat mumpuni pergerakan dalam pelayanan menjadi serba cepat itulah yang sering kita dengar. Dampak lain daripada itu adalah menimbulkan  kesenjangan sosial pada masyarakat yang terlihat semakin jelas, karena kemajuan teknologi hanya bisa dinikmati oleh masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi menengah ke atas sehingga secara tidak langsung kesejahteraan dan sumber daya manusia yang tinggi hanya dapat dirasakan oleh segelintir orang.

      Dan tanpa kita sadari faktor penyebab terjadinya urbanisasi dan pertumbuhan penduduk di perkotaan yang semakin padat diakibatkan oleh pesatnya perkembangan teknologi. Menurut penalaran masyarakat pedesaan, mereka berasumsi dengan mereka tinggal di kota mereka dapat ikut merasakan dampak dari perkembangan kota dengan fasilitas yang lebih lengkap, mudah didapat dan semakin maju. Lain daripada itu mereka beranggapan bahwa di kota memiliki lebih banyak lapangan pekerjaan dengan pendapatan yang besar, padahal itu bukan jaminan dan tidak 100 persen benar, karena pada kenyataannya hanya orang-orang tertentu yang berwawasan luas dengan latar belakang pendidikan cukup dan memiliki skill yang bagus sajalah yang mudah mendapatkan pekerjaan.

      Pada saat sekarang permasalahan seperti ini banyak terjadi di kota-kota besar di Indonesia. Salah satunya yang akan dibahas pada artikel ini adalah persoalan dan tantangan yang harus dan akan dihadapi di kota Surabaya mengingat Surabaya merupakan kota Metropolitan terbesar kedua setelah kota Jakarta. Kota Metropolitan menjadi pusat kegiatan suatu sistem perekonomian masyarakat sekitar seperti kegiatan industri, jasa, finansial, dsb karena berdekatan dengan kota-kota lain seperti Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan. Sehingga dikenal dengan istilah Surabaya Metropolitan Area (SMA).

      SMA atau yang bisa disebut dengan Gerbangkertosusila adalah suatu wilayah metropolitan dengan kota Surabaya sebagai pusatnya dan Kabupaten Gresik, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten & Kota Mojokerto, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Lamongan sebagai satelitnya. Karena Surabaya merupakan Kota pusat pergerakan perekonomian maka Surabaya dipandang memiliki daya tarik tersendiri bagi penduduk disekitarnya untuk datang dalam upaya memperbaiki kehidupannya. Sebagian besar dari para pendatang ini pun tidak tinggal menetap di Surabaya, melainkan setiap harinya mereka pulang-pergi dari daerah asalnya ke Surabaya. Penduduk seperti ini disebut penduduk ulang-alik atau penduduk komuter. 

       Fenomena penduduk komuter ini sangat bisa dirasakan di Surabaya. Menurut Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota Surabaya, penduduk di Surabaya saat ini mencapai 2.939.195 jiwa. Namun pada siang hari jumlah ini berubah drastis yaitu bisa mencapai 5-6 juta jiwa. Dan pada malam hari jumah penduduk kembali normal. Dapat terlihat jelas bahwa 2-3 juta penduduk Surabaya di siang hari ini merupakan penduduk komuter.

      Secara langsung maupun tidak langsung, fenomena ini membawa dampak yang cukup berpengaruh bagi Surabaya bila jumlah penduduk komuter tidak bisa dikendalikan. Salah satu dampak yang bisa dirasakan secara langsung adalah bertambahnya volume kendaraan yang melintas di Surabaya. Sebagai contoh, Jalan Ahmad Yani yang merupakan ‘gerbang’ bagi masyarakat komuter untuk masuk maupun keluar dari Surabaya menjadi padat pada jam masuk maupun jam pulang kerja. Pada tahun 2013 tercatat ada 4.166.847 unit. Jumlah itu terdiri 604.060 mobil penumpang, 220.712 mobil beban, 7.185 bus, 945 kendaraan khusus dan 3.333.947 sepeda motor (Kasatlantas Polrestabes Surabaya, 2013).  Titik titik macet tersebut antara lain di Jl Ahmad Yani depan Rumah Sakit Islam, Jl Ahmad Yani di depan Dolog, Bundaran Waru. Hal ini dapat menimbulkan kemacetan di daerah dan jam-jam tertentu. 

     Namun, dengan adanya penduduk komuter ini, kebutuhan tenaga kerja masyarakat kota Surabaya juga bisa tercukupi, terutama tenaga kerja muda yang produktif. Kemajuan pembangunan daerah perkotaan semakin pesat karena didukung oleh adanya tenaga kerja dan fasilitas pembangunan kota yang semakin memadai. Perekonomian pun dapat bertumbuh pesat dan merata dengan adanya hal ini. Mobilitas ini juga akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat kearah yang lebih baik.

     Masalah mengenai penduduk komuter ini juga seringkali dijumpai di kota metropolitan yang lain seperti Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, dan masih banyak lagi. Faktanya, masalah kependudukan erat kaitannya dengan kestabilan aspek lain seperti transportasi, ekonomi, lingkungan, dan lain-lain. Maka dari itu, kestabilan penduduk berpengaruh pada pembangunan kota. Dengan adanya manajemen kependudukan yang baik, diharapkan dapat menyeimbangkan komposisi penduduk tetap dan komposisi penduduk komuter di Surabaya serta mengendalikan pertumbuhan penduduk. Apabila komposisi penduduk sudah ideal, hal ini akan sangat mendukung kelancaran pembangunan kota di berbagai aspek.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun