Mohon tunggu...
putri nabilah
putri nabilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa/Universitas Airlangga

hobi mendengarkan lagu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Prosedur Pemeriksaan Radiografi Cervical Left Posterior Oblique

23 Desember 2022   13:18 Diperbarui: 23 Desember 2022   13:21 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

1) Tria Zaqiatuz Z, 2) Putri Nabilah W L, 3) Jessica Alysia B, 4) Raisa Azza P

1) Program Studi DIV Teknologi Radiologi Pencitraan, Universitas Airlangga

email: tria.zaqiatuz.zahro-2021@vokasi.unair.ac.id

ABSTRAK

Pemeriksaan miring kiri posterior serviks menggunakan sinar sentral tegak lurus dan proyeksi kranial 15 pada hantu adalah jenis prosedur pencitraan medis yang melibatkan pengambilan gambar sinar-X leher dari sudut tertentu. Sinar sentral diarahkan tegak lurus terhadap bidang tubuh pasien, sedangkan proyeksi kranial miring 15 ke atas. Jenis pemeriksaan ini dapat digunakan untuk menilai tulang dan jaringan lunak di leher, termasuk tulang belakang, cakram intervertebralis, serta otot dan ligamen di sekitarnya. Ini sering digunakan untuk mendiagnosis kondisi seperti patah tulang, perubahan degeneratif, dan kelainan tulang belakang dan leher.

Kata kunci: cervical, oblique, pencitraan medis

ABSTRACT

A cervical Left Posterior Oblique examination using a perpendicular central ray and 15 cranial projection on a phantom is a type of medical imaging procedure that involves taking X-ray images of the neck from a specific angle. The central ray is directed perpendicular to the plane of the patient's body, while the cranial projection is angled 15 upwards. This type of examination can be used to assess the bones and soft tissues in the neck, including the vertebrae, intervertebral discs, and surrounding muscles and ligaments. It is often used to diagnose conditions such as fractures, degenerative changes, and abnormalities of the spine and neck.

Keywords : cervical, oblique, medical imaging

PENDAHULUAN

Pencitraan medis adalah penggunaan berbagai teknik untuk membuat representasi visual bagian dalam tubuh. Teknik-teknik tersebut antara lain sinar-x, CT (computed tomography), MRI (magnetic resonance imaging), dan ultrasonografi. Setiap teknik memiliki manfaat dan keterbatasannya masing-masing, dan teknik yang tepat untuk kasus tertentu bergantung pada indikasi klinis, karakteristik pasien, dan ketersediaan peralatan.[1]

Pencitraan sinar-X adalah teknik pencitraan medis yang menggunakan radiasi pengion untuk menghasilkan gambar bagian dalam tubuh. Ini biasanya digunakan untuk evaluasi sistem rangka, serta untuk mendeteksi kelainan tertentu di dada, perut, dan area tubuh lainnya. Pencitraan sinar-X cepat, tersedia secara luas, dan relatif murah dibandingkan dengan teknik pencitraan medis lainnya. Namun, kemampuannya terbatas untuk memvisualisasikan jaringan lunak dan jenis kelainan tertentu, dan membawa risiko kecil bahaya akibat radiasi.[2]

Cervical spine adalah daerah paling atas dari tulang belakang, terdiri dari tujuh tulang belakang yang menopang kepala dan leher. Ini adalah struktur yang kompleks dan dinamis yang memungkinkan berbagai gerakan, sekaligus memberikan stabilitas dan perlindungan untuk sumsum tulang belakang dan struktur lainnya. Tulang belakang leher rentan terhadap cedera dan degenerasi karena lokasi dan fungsinya, dan kondisi yang mempengaruhi daerah ini dapat berdampak signifikan pada kesehatan dan kualitas hidup seseorang. [3]

Pencitraan cervical spine adalah alat penting untuk diagnosis dan pengelolaan kondisi yang mempengaruhi wilayah ini. 

Ada berbagai teknik pencitraan dan sudut proyeksi yang dapat digunakan untuk memvisualisasikan tulang belakang leher, masing-masing dengan manfaat dan keterbatasannya sendiri. Teknik yang tepat untuk kasus tertentu bergantung pada indikasi klinis, karakteristik pasien, dan ketersediaan peralatan. [4]

Jenis pemeriksaan ini biasanya diindikasikan untuk evaluasi cervical spine, termasuk penilaian keselarasan tulang belakang, identifikasi kelainan atau cedera, dan panduan keputusan pengobatan. Mungkin diminta oleh dokter untuk berbagai alasan, seperti untuk menyelidiki nyeri leher, untuk menilai efek dari cedera atau pembedahan sebelumnya, atau untuk memantau perkembangan suatu kondisi. [5]

Sebelum pemeriksaan, pasien harus disarankan untuk melepas perhiasan atau benda logam lainnya yang dapat mengganggu pancaran sinar-x. Tergantung pada indikasi klinis tertentu, pasien mungkin juga diminta untuk memakai apron untuk melindungi bagian tubuh tertentu dari paparan radiasi. [6]

Tabung x-ray harus diposisikan di sebelah kanan tubuh pasien, dengan sinar pusat diarahkan ke tulang belakang leher dari sudut miring posterior. Tabung harus dimiringkan 15 ke arah tengkorak untuk memungkinkan visualisasi yang tepat dari struktur tulang belakang. Parameter paparan harus dipilih secara hati-hati berdasarkan ukuran dan ketebalan pasien, wilayah anatomi yang dicitrakan, dan kualitas gambar yang diinginkan. [7]

Seperti prosedur pencitraan medis lainnya, pemeriksaan cervical oblique memiliki keterbatasan tertentu. Ini mungkin termasuk interferensi dari benda logam, gerakan pasien, dan adanya kondisi tertentu yang dapat mempengaruhi kualitas 

gambar. Selain itu, penggunaan radiasi membawa risiko kecil bahaya akibat radiasi, meskipun risiko ini umumnya dianggap rendah bila prosedur dilakukan oleh profesional terlatih dengan menggunakan langkah-langkah keamanan yang sesuai. [8]

Menurut Bontrager (2010), Pemeriksaan cervical dengan posisi Oblique menggunakan central ray sebesar 15 ke cranial berfungsi agar dapat memvisualisasi foramen intervertebralis dengan lebih jelas sehingga dapat lebih membantu untuk menegakkan diagnosis. Foramen intervertebralis ini penting diperlihatkan untuk menilai adanya penyempitan yang dikarenakan adanya penekanan dari saraf tersebut. Ukuran lebar pada foramen intervertebralis perlu diperhatikan untuk menilai adanya patologi yang disebabkan osteofit. Osteofit merupakan kerusakan tulang rawan yang merangsang pertumbuhan tulang baru di dalam sendi yang disebabkan oleh proses degenerasi tulang. Apabila tumbuh osteofit lebih dari sepertiga bagian di satu sisi foramen intervertebralis akan menyebabkan peregangan terhadap radiks saraf. Oleh karena itu perlu diketahui ukuran lebar foramen intervertebralis agar lebih detail dalam menilai adanya patologi pada pasien. [9]

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Ruang Praktikum Radiografi Rumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI) Universitas Airlangga Surabaya. Dalam penelitian ini, populasi penelitian diambil dari keseluruhan percobaan expose dengan pemeriksaan cervical yang diperiksa menggunakan teknik radiografi cervical Left Posterior Oblique. Sampel yang digunakan adalah phantom cervical Left Posterior Oblique. Persiapan alat yang akan digunakan dalam penelitian secara lengkap, sehingga pemeriksaan dapat dilakukan dengan lancar. Dalam penelitian ini alat yang digunakan sebagai penunjang pemeriksaan meliputi:. Sinar-X, Kaset (Computed Radiography Image Plate), Image plate reader. Variabel Penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu berbentuk apa saja yang ditetapkan untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian dapat ditarik kesimpulan. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik pemeriksaan radiografi cervical LPO (Left Posterior Oblique) dengan arah sinar 15 ke cranial dan tegak lurus Analisis data dimulai dari hasil observasi atau pengamatan secara langsung terhadap jalannya pemeriksaan cervical. Selanjutnya peneliti mengkaji dari data-data yang dikumpulkan dengan literatur untuk membahas permasalahan yang ada sehingga dapat ditarik kesimpulan dari data yang dikumpulkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada pemeriksaan Radiografi Cervical LPO (Left Posterior Oblique) ini menggunakan pesawat sinar-X di Ruang Praktikum Radiografi Rumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI) Universitas Airlangga Surabaya Pesawat yang digunakan telah memiliki tingkat presisi penyudutan yang optimal, serta memiliki penunjuk penggunaan sudut yang digunakan, Selain itu alat yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah Kaset (Computed Radiography Image Plate), Image plate reader dan Laser Printer.

Pada Pemeriksaan Radiografi Cervical LPO (Left Posterior Oblique) ini pasien tidak ada persiapan khusus sebelum dilakukan pemeriksaan, namun harus memberikan penjelasan kepada pasien (keluarga pasien) tentang hal-hal yang harus dilakukan selama pemeriksaan berlangsung. Pasien diinformasikan untuk melepas terlebih dahulu benda-benda yang dapat mengganggu terhadap hasil radiograf. Posisi Pasien berdiri lurus dan rileks menghadap tabung sinar-X (arah sinar-X, dengan kedua lengan lurus disamping tubuh. Mid Sagital Plane (MSP) sejajar dengan bucky stand, tubuh dan kepala pasien dirotasikan 45 membentuk sudut terhadap bucky stand. Posisi objek yaitu cervical diatur di tengah kaset dengan meluruskan garis tengah pada kaset, tubuh dan kepala diputar ke 45 posisi miring, leher diatur sedikit ekstensi. Pada Pemeriksaan Radiografi Cervical LPO (Left Posterior Oblique) tegak lurus, Central Ray diatur tegak lurus dengan bidang film tepat di pertengahan film, dengan menyalakan lampu kolimator dan luas lapangan penyinaran dibatasi sesuai dengan besarnya objek. Sedangkan Pada Pemeriksaan Radiografi Cervical LPO (Left Posterior Oblique) Arah Sinar 15 cervical, sinar diarahkan 15 cervical terhadap kaset. Central Point diatur tepat pada daerah cervical ke-4 yaitu pada pertengahan cartilago thyroid. Faktor Eksposi yang digunakan yaitu Tegangan tabung yaitu 75 kV, Kuat arus 200 mA dan Waktu 0,14 sekon. FFD (focus film distance) yang digunakan adalah 100 cm.

Pemilihan central ray dengan menyudutkan tube x-ray atau tegak lurus horizontal dalam mengerjakan sebuah pemeriksaan sangatlah penting terhadap hasil dari pemeriksaan tersebut. Berdasarkan hasil radiograf teknik radiografi cervical LPO (Left Posterior Oblique) dengan menggunakan sudut 15 cranial menunjukkan foramen intervertebralis tampak lebih jelas dan berbentuk lebih bulat. Sedangkan hasil radiograf dengan tanpa penyudutan menunjukkan foramen intervertebralis lebih terlihat sempit. Dari segi hasil kedua perlakuan tersebut sudah terlihat adanya perbedaan diantara kedua kelompok, terbukti dengan perhitungan rata-rata lebarnya foramen intervertebralis pada setiap kelompok sampel yang menunjukkan sampel dengan diberikan perlakuan arah sinar 15 cranial hasil rata ratanya lebih besar dibandingkan dengan sampel yang diberikan perlakuan arah sinar tegak lurus horizontal. Dalam hal ini faktor yang mempengaruhi adalah arah sinar yang digunakan, radiografi akan menghasilkan gambaran yang baik pada arah sinar menyudut 20 cranial karena objek pada radiograf yang akan dievaluasi terlihat lebih jelas dibandingkan dengan arah sinar tegak lurus.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan tentang teknik radiografi cervical LPO (Left Posterior Oblique) dengan menggunakan penyudutan 15 cranial dan tegak lurus maka diperoleh kesimpulan yaitu Pada Pemeriksaan Radiografi Cervical LPO (Left Posterior Oblique) ini pasien tidak ada persiapan khusus sebelum dilakukan pemeriksaan. Posisi Pasien berdiri lurus dan rileks menghadap tabung sinar-X (arah sinar-X, dengan kedua lengan lurus disamping tubuh. Mid Sagital Plane (MSP) sejajar dengan bucky stand, tubuh dan kepala pasien dirotasikan 45 membentuk sudut terhadap bucky stand. Posisi objek yaitu cervical diatur di tengah kaset dengan meluruskan garis tengah pada kaset, tubuh dan kepala diputar ke 45 posisi miring, leher diatur sedikit ekstensi. Berdasarkan hasil radiograf teknik radiografi cervical LPO (Left Posterior Oblique) dengan menggunakan sudut 15 cranial menunjukkan foramen intervertebralis tampak lebih jelas dan berbentuk lebih bulat. Sedangkan hasil radiograf dengan tanpa penyudutan menunjukkan foramen intervertebralis lebih terlihat sempit.

REFERENSI

An Introduction to Techniques and Applications (3rd edition) by J. Anthony Seibert and Elizabeth A. Krupinski.

Fundamentals, Industrial Techniques, and Applications (2nd edition) by David L. Carroll.

The Cervical Spine (4th edition) by Richard G. Fessler, David W. Polly, and Vincent J. Devlin.

Cervical Spine Imaging: A Practical Approach (2nd edition) by Jeffrey A. Kleeman and Francis W. Smith.

"Imaging of the cervical spine: Indications and limitations" by S.M. Rothman and D.S. Cho.

"Patient preparation for x-ray imaging" by P.C. Johnson and J.M. Boone.

"Technical considerations for cervical spine imaging" by D.S. Cho and S.M. Rothman.

"X-ray imaging phantoms: A review" by P.C. Johnson and J.M. Boone.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun