Karya @senjahatimu (Instagram)
Dalam aksara hatiku tertumpah, tertarik tarik rintih, memekakan perasaan
protes karena rampasan hak hak perempuan berderap lewat
menerpa kasus ketidakadilan. Kilas kilas duka kembali,
mengenai paksa, memar, dan perkosa membekas sanubari.
Oh sungguh -- tanpa sarang duka tiada pernah menetas bahagia.
Tiada kau rasa bahagia tanpa pernah mengenal duka sebelumnya. Dentuman sakit hati,
di iringi ketukan bahagia di ujung lain lorong semesta yang tak akan kau kira.
Bahagia itu datang terkikik renyah di lekuklekuk syukur, sesederhana,
bias hujan yang tak terlihat dikala jatuh. Memupuk bekal, menuju bahagia,
tak cukup hanya dengan menyandera duka, syarat ampuh yang terpenting musti bersyukur
apapun bentuk keji yang akan kau temui.
Secarik kesenangan menempel pada aksara aksara,
di lembar lembaran usang yang terukir daftar bahagia, aku hanyalah wanita,
terbiasa merajut tanpa jasa, mengecap di koran berkirim kabar pada dunia,
mewartakan wanita wanita bergejolak di mangsa para pemangsa.
Lalu apa yang tersisa dari menyebar kesewenangan terhadap perempuan.
Gundah mewabah kemana mana, terseret arus ke lembaga tinggi yang bisa dipahami,
oleh segala bahasa paling tabu sekalipun -- oleh segala macam bentuk aksara,
di lukis demi bahagia dan berkeadilan.
Aku tidak ingim di telan pongah saat menyusun aksara menuju bahagia
Tidak juga kau dicampakan malu saat membaca aibmu sendiri.
Cukuplah kita memberi batas haq dan bathil.
Dunia sering membeberkan rahasia kata kata, sebagai petunjuk
Tak perlu ku susun aksara syukur, cukuplah kau tahu,
dengan syukur kemanapun kau jumpa bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H