Mohon tunggu...
Putri Nabila
Putri Nabila Mohon Tunggu... -

Student of International Relation

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

David Silva, I Love You!

20 Februari 2014   23:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:37 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam minggu – sama seperti malam-malam minggu beberapa tahun terakhir belakangan ini, jika tidak menghabiskan malam di luar bersama keluarga atau teman-teman aku pasti terjebak disini. Dirumahku. Di depan pesawat televisi yang menayangkan pertandingan sepakbola. Malam ini begitu spesial karena yang bertanding adalah kesebelasan Manchester City vs Mancherster United, dan itu berarti bahwa David Silva akan muncul sebentar lagi dihadapanku! Ya tuhan.. bisa dibilang Silva merupakan pujaan hatiku saat ini, terdengar konyol serta berlebihan memang, karena yah.. walau bagaimanapun David Silva adalah pria yang berada ribuan mil jauhnya dari sisiku, dan dia adalah seorang bintang sepakbola dunia! Mungkinkah nasibku suatu hari nanti akan dipenuhi kejaiban-kejaiban seperti yang ada di kisah drama cinta? Atau mungkin memang akan terjadi beberapa hal baik padaku, hal kecil saja seperti, aku suatu hari nanti bisa bertemu dengan Silva, itu saja sudah membuat diriku merasa beruntung.
Layar televisi kini sudah menyiarkan pertandingan, mataku sibuk mencari-cari keberadaan Silva di lapangan, sebetulnya untuk pemain bintang sepakbola dunia, David Silva memiliki postur tubuh yang mungil dan wajah yang tidak begitu tampan jika dibandingkan dengan Kaka, Bale atau CR7, namun bagiku ia begitu istimewa. Silva memiliki wajah latin yang menawan dengan kulit kecoklatan yang mengagumkan. Aku menyukai semua yang ada di dirinya, senyumannya, ekspresi wajahnya baik ketika berhasil mencetak gol maupaun menghadapi kekalahan, sampai ketika ia berkeringat di tengah-tengah pertandingan. Setiap kali menonton Silva bertanding rasanya aku ingin menjadi yang paling keras bersorak untuk menyemangatinya. Pertandinga kali ini Manchester City kalah oleh Manchester United, kecewa memang tapi itulah yang namanya pertandingan , selalu ada yang menang dan kalah.

Perkuliahan semester baru akan dimulai besok lusa yang jatuh tepat pada hari senin. Menyongsong semester baru harus penuh semangat serta keyakinan, karena hal itu akan mempengaruhi kehidupanku sepanjang 1 semester. Jika dari awal kita sudah memualinya dengan keyakinan postif dan semanagat maka pasti akan berjalan dengan lancar. Rasanya agak sedikit malas untuk kembali kuliah karena liburan semester yang begitu panjang.

Senin pagi – akhirnya hari ini tiba juga, awal semester baru. Kehidupan sehari-hariku kini sudah dimulai. Belajar, merapikan kamar kos, mengerjakan tugas yang kadang diselingi sambil menonton pertandingan sepaka bola.
Aku mempercepat langkahku karena sudah terlambat masuk kelas. Setibanya dikelas aku berusaha untuk mengatur nafas agar kembali seimbang. Tidak ada yang kukenal dikelas ini, jadi dengan cepat aku mencari bangku yang masih kosong untuk di tempati, karena aku datang terlambat jadi hampir semua bangku sudah terisi, yang terlihat masih kosong hanya tinggal deret bangku belakang. Dengan segera aku menuju kesana. Aku mengambil tempat baris kedua terakhir sebelah kiri.

Kelas ini merupakan mata kuliah pilihan, jadi teman-teman sekelasnya merupakan mahasiswa dari berbagai jurusan. Dosen didepan sudah memulai perkuliahannya, aku segera mengeluarkan buku catatan dan pulpen, namun aku merogoh-rogoh tas tidak ada pulpen, Ternyata aku lupa membawa pulpen!

Aku mencoba untuk meminjam pulpen pada seseorang, tapi tidak ada yang aku kenal dikelas ini jadi dengan canggung aku menoleh kesana kemari sambil membuat gerakan-gerakan tidak jelas. Tiba-tiba saja ada seseorang yang menyodorkan pulpen dari arah belakang. Refleks Marsha menoleh kearah belakang, tepat dibelakangnnya seorang mahasiswa pria.

“Kau tidak bawa pulpen kan? Ini kupinjamkan.” Kata pria dibelakang dengan datar.
“B – bagaimana kau tahu?” tanya Marsha dengan nada bingung.
“Tahu saja, lagipula kau dari tadi celingukan sendirian, pasti kau tidak bawa pulpen dan ingin pinjam. Sudah pakai saja, aku bawa dua kog. Kalau kau bergerak-gerak terus kau menghalangiku..” sahut pria itu tegas sambil menunjuk kearah papan tulis.
Marsha kembali memutar tubuhnya kearah semula sambil bingung memandangi pulpen yang di pinjamkan oleh pria tadi. ‘Cowok itu baik juga, dan nampaknya lumayan menawan!’ tukas Marsha dalam hati. Diliriknya pulpen yang ia pinjam dari pria itu, pulpen pilot hitam. Pulpen yang sederhana. Sama seperti pria itu, gayanya simpel dan terlihat tidak dibuat-buat. Ia mengenakan t-shirt dan celana jins.

Entah mengapa sepertinya dirinya senang sekali dipinjami pulpen oleh pria itu. ‘Silva sepertinya aku menemukan orang yang kusuka, yah dalam artian harafiah di dunia nyata,’ batinku lagi dalam hati sambil berusaha dengan keras untuk fokus terhadap pelajaran di depan.

Dengan sengaja Marsha menoleh lagi kearah belakang, dirinya berharap saat itu juga pria itu sedang memperhatikan dirinya, namun ternyata pria itu begitu fokus terhadap pelajaran. Pantas saja, mungkin gerakan-gerakan ku tadi membuat dirinya terganggu untuk memperhatikan pelajaran, sepertinya aku jangan terlalu percaya diri.
Jam perkuliahan yang masih tersisa kumanfaatkan dengan benar-benar fokus terhadap pelajaran. Sial! Baru saja awal masuk semester ini, sudah dapat tugas dan dipresentasikannya minggu depan. Kenapa rasanya jika perkuliahan dimulai tidak ada waktu untuk bersenang-senang sedikit saja, Silva hanya kau lah satu-satunya yang membuat hari-hariku yang buruk menjadi terasa sedikit lebih baik.

Setelah jam perkuliahan usai, aku segera mengembalikan pulpen dari pria yang tidak kukenal namun berbaik hati untuk meminjamkannya.
“Thanks.” Kataku singkat sambil menyodorkan pulpen kearahnya.
“Yap.” Jawabnya singkat.

Lalu aku hendak berjalan menuju pintu keluar, tetapi tiba-tiba saja pria itu berbicara, spontan aku segera menghentikan langkahku dan mengarahkan pendangan padanya.
“Minggu depan kelompok mu persentasi kan, good luck ...” dan dengan santai dia mengatakannya sambil berjalan melewatiku. Beberapa saat setelah ia belalu aku masih mematung di dalam kelas. Perasaan ku bercampur aduk, seperti ada sekumpulan kupu-kupu yang menggelepar di dalam perutku. ‘Huuuuaaa! Aku senang sekali diberi semangat seperti ini olehnya, tidak ada alasan khusus mengapa aku memutuskan untuk menyukai pria itu. Dia sanagat spontan muncul dikehidupan baruku diawal semester ini. Dan yang seperti orang-orang bialng bahwa perasaan suka itu datang begitu saja tanpa bisa kita prediksi sebelumnya, kita juga tidak bisa memutuskan untuk jatuh cinta kepada siapa. Semua itu datang begitu saja.
Selama sepanjang minggu aku selalu menanti-nanti akan tiba hari dimana aku sekelas dengannya. Meskipun begitu bukan berarti aku melupakan Silva begitu saja, tetapi teman sekelasku itu begitu.. nyata.. tetapi tetap saja rasa suka ku untuk Silva masih yang paling besar. Silva masih menempati urutan nomor satu urutan daftar pria yang ingin aku nikahi!
Akhirnya tiba juga hari senin. Yang itu artinya aku berada dalam satu kelas dengan pria menawan nan baik hati yang samapai saat ini belum ku kuketahui namanya!

Ketika kelas dimulai kelompok Marsha sudah berada di depan kelas untuk mempresentasikan tuganya. Begitu sesi pertanyaan dibuka, pria yang disukainya itu mencecar dengan berbagai pertanyaan sulit dan kritis. Habis sudah kelompok Marsha dibantai oleh pria itu.
Jadi ini ternyata maksud dari pernyataan “good luck” nya padaku minggu lalu. Ia berkata begitu adalah agar aku berhasil dalam presentasi yang akan ia hancurkan. Benar-benar membuat kesal tapi... aku juga senang ia begitu antusias terhadap kelompo ku. Dan memang nampaknya begitu, karena ia terlihat biasa saja ketika kelompok lain yang maju. Ah lagi-lagi ini mungkin cuma perasaanku saja mungkin. Hari ini dia duduk tepat di deret kanan disebrangku, jadi aku bisa sesekali mencuri-curi pandang kearahnya. Aku selalu berharap saat itu mata kami bertemu, namun kenyataan yang terjadi ia begitu fokus mengikuti kelas.
Walaupun tadi saat kelompok ku presentasi ia terlihat menyebalkan, tapi mungkin memang begitulah karakternya. Dia pintar dan kritis. Ya tuhan itu menambah nilai plus yang ada di dirnya!
Ketika jam perkuliahan usai Marsha segera keluar kelas, dan tepat saat itu pula pria itu menghentikannya, “Marsha. Hey.. em.. tadi kelompok mu sanagat bagus presentasinya.” Marsha menerjapkan kedua matanya. “Ya bagus tentu saja, kau memburunya dengan pertanyaan-pertannyaan yang hebat!” balas Marsha dengan nada sedikit mengejek.
“Hmm.. begini aku benar-benar tidak bermaksud untuk menjatuhkan kelompokmu, aku hanya.. hanya tertarik saja dengan sejarah dan diskusi.” Jawab pria itu mencoba untuk menjelaskan. “Benarkah kau tertarik sejarah?” balas Marsha.
“Ya... kita belum berkenalan secara resmi, Aku Rian dari jurusan sejarah.”
“Marsha, sastra belanda.”
“Kau menyukai pelajaran sejarah juga?”
“Bisa dibilang begitu, nilai sejarahku adalah yang tertinggi saat masih SMU.”
“Wow! Pantas saja kau begitu tangkas saat presentasi tadi.”

Marsha hanya tertawa kecil menanggapi pernyataan Rian. Mereka berdua berjalan menuju selasar depan kelas dan sepanjang perjalanan itu mereka mengobrol kecil yang sanagt ringan dan menyenangkan.
“Well.. aku harus masuk kelas berikutnya Sha.” Jelas Rian.
“Oke, bye... and good luck.” Balas Marsha sambil meledek seperti perkataan ‘good luck’ yang dilontarkan Rian minggu lalu padanya. Rian berbalik arah dan mulai berjalan menjauh, Marsha memandangi punggungnya untuk sesaat lalu menghela nafas pendek.
Sepertinya semester ini akan berjalan dengan lancar, dan akan terjadi banyak hal-hal positif. Yah aku yakin itu , karena di hari awal semester saja aku sudah mendapatkan hal baik begini, aku bertemu dengan Rian. Meskipun perasaan suka ku padanya berbeda terhadap Silva, tapi tetap saja Rian begitu nyata dan dekat. Sedangkan Silva masih menjadi yang utama tentu saja. Setidaknya aku merasa bersemangat jika pergi ke kampus, kini kamu tidak sendiri lagi Silva, kini ada Rian yang mungkin bisa membuat hari-hariku yang buruk menjadi sedikit lebih baik.
Hidup di dalam sebuah kenyataan memang tidak selalu berjalan mulus dan seperti apa yang kita inginkan, soal asmara maupun kehidupan pribadi juga tidak seperti di dalam drama-drama cinta. Namun aku masih tetap bersyukur karena masih bisa merasakan apa yang namanya perasaan suka. Rasa suka maupun cinta di dunia ini ada berbagai macam, I crush on you Rian and David Silva, I love you!!!!’ tukas Marsha dalam hati sambil menuju kehidupan semester barunya dengan senyum yang cerah.

Note :
Cerita ini sebetulnya di buat dan di post pada tanggal 22 September 2011. Cerita ini gw buat khusus untuk Marsha Jozana, my best friend yang berulang tahun ke-20! Suapaya semangat di awal semster baru dan pas banget lw ultah. Udah memasuki usia kepala dua, harus menjadi kebanggan bagi keluarga, berguna bagi agama nusa dan bangsa! Hahahahah...’ tetap semangat menghadapi segala kenyataan yang terjadi dalam hidup ini dan terus berpikir optimis karena itu akan membawa keberhasilan ^^.
Maap kalau cerita ini ini tidak sama seperti kenyataannya ^^, karena itulah kenyataan, berberda dari cerita-cerita yang kita baca, drama atau film-film yang kita tonton. Tapi gw yakin suatu hari nanti di saat yang tepat cinta yang indah pasti datang ke lw tanpa di duga-duga. Dan gw yakin juga suatu hari nanti lw bakal ketemu sama David J. Jimenez Silva chinggu.. (AMIIN!)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun