Pembukaan
Setiap orang tua pasti memiliki keinginan agar tumbuh kembang anaknya maksimal disetiap tahapanya. Terutama bagi orang tua baru yang lama menginginkan anak. Di setiap tahapan, anak memiliki tugas perkembangan masing-masing, yang harus di lalui Pada awal kehidupan merupakan masa penting bagi anak, karena 80% otaknya akan berkembang selama periode ini. Keterlamabatan dalam melaui tugas perkembangan akan berdampak pada tahapan selanjutnya.
Pada 5 tahun pertama anak akan mengalami perkembangan kognitif atau bisa disebut golden age. Otak anak akan banyak mengalami perubahan terutama di bidang bahasa. Secara alami anak yang awalnya tidak memahami bahasa di peridode ini akan belajar cara melafalkan kata.
Namun banyak dari orang tua masih belum memahami tugas perkembangan anak disetiap tahapannya. Orang tua masih minim informasi terkait apa saja yang harus di lalui anak selama 5 tahun pertama. Salah satu yang menjadi perhatian adalah kemampuan motorik dan kemampuan bahasa. Aspek perkembangan lain adalah aspek sosial anak yang dewasa ini juga menemui banyak permasalahan. Pada bahasan kali ini kita akan membahas terkait speech delay pada anak
Definisi
Ada 2 istilah yang perlu dipahami dan memiliki arti berbeda, yaitu speech delay dan language delay. Speech delay adalah ketidak berhasilan seorang anak dalam berbicara sesuai dengan usia kronologi (Delia, 2021). Anak yang mengalami speech delay akan gagal mengkomunikasikan keinginananya karena kurang banyak kosaka katanya. Berbeda dengan speech delay, pada anak dengan language delay mereka kesulitan untuk menangkap makna dan sulit mengungkapkan informasi.
Anak dengan language delay biasanya sulit untuk memahami isi pesan, sulit menyampaikan pendapat dan ide. Biasanya anak dengan kondisi ini memiliki bahasa tubuh sepeti mengedipkan mata, atau gerakan mulut yang berebeda. Sedangkan anak speech delay, anak tau dari isi pembicaraan tetapi dia kesulitan memproduksi kata.
Ciri anak speech delay
Seperti kita ketahui bahawa speech delay adalah keterlambatan anak dalam berbicara. Anak dengan speech delay biasanya berbicara tapi tidak jelas, berbicara dengan cara berteriak dan menunjuk. Tetapi parents tidak perlu langsung panik saat anaknya tidak berbicara, perlu di kaji lebih dalam, karena kondisi anak berbeda-beda. Berikut adalah tahapan anak yang seharusnya.
- Usia 5 bulan : bisa mengatakan “aaa…oohhh”, mampu tertawa & menangis, mampu bersuara saat diajak bicara.
- Usia 6-11 bulan: paham “no..tidak”, babbling (baba, mama, papa dst), mencoba komunikasi lewat gesture tubuh, mengulangi suara, memanggil mama atau papa.
- Usia 12-17 bulan : mengulang kata, menjawab pertanyaan seperti “tidak” , “ ya” atau mengangguk, melafalkan kata meskipun tidak jelas.
- 18-23 bulan: punya 50 kosa kata, bisa minta makan atau minum, menirukan suara binatang.
- 2- 3 tahun : mulai tau kata “ di”, bisa merangkai 3 kata, menjawab pertanyaan sederhana, mampu bertanya kembali, pengucapan semakin jelas.
- 3-4 tahun : paham pertanyaan yang kompleks, bisa membuat kalimat, bisa mengucapkan kata yang sulit misal “ keluarga”, bisa menjawab pertanyaan mengapa.
- 5 tahun : paham instruksi, paham urutan waktu missal “ lalu” “ tadi”, bisa diajak ngobrol, bisa membuat kalimat kompleks dan majemuk, mampu mendeskripsikan benda.
Jika anak di setiap tahapan masih belum menyeleaikan tugas perkembanganya lebih baik untuk segera memperiksakan anak. Semakin cepat di tangani semakin baik karena speech delay memiliki tingkatan-tingkatan.
Penyebab
Studi menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih beresiko untuk mengalami speech delay dari pada anak perempuan. Ada juga anak yang mengalami terlabat berbicara karena sejak awal ada kerusakan pada organ pendengaran. Kondisi lain yang menyebabkan anak terlambat bicara adalah anak dengan gangguan autisme dan anak dengan gangguan intelektual. Biasanya kedua anak special ini kesulitan dalam memahami untuk gangguan intelektual dan sulit konsentrasi pada anak autis.
Hindari
Beberapa dukungan positif bisa dilakukan agar anak terhindar dari speech delay, diantaranya sebagai berikut.
- Hindari berbicara dengan banyak bahasa (multilngual). Anak akan mengalami bingung bahasa karena banyak kata baru yang didengar dalam satu waktu. Usahakan berbicara dengan satu bahasa “ bahasa ibu “ pada anak. Sehingga anak bisa mengusai bahasa tersebut dan memiliki waktu untuk mempelajari bahasa selanjutnya. Jika tidak memungkinkan karena keluarga berasal dari Negara beda, orang tua bisa secara konssiten berbicara satu bahasa.
- Misal ibu berasal dari Indonesia dan ayah dari korea, karena ayah belum bisa lancar bahasa Indonesia maka khusus ibu wajib pakai bahasa Indonesia. Sedangkan ayah bisa tetap pakai bahasa korea. Usaha ini bisa dilakukan meskipun tidak akan maksimal seperti penggunaan satu bahasa untuk seluruh keluarga.
- Berbicara terlalu cepat. Salah satu alasan anak terlambat berbicara karean kita terlalu cepat berbicara kepada anak. Sehingga anak kehilangan moment untuk belajar kosa kata. Anak akan mengalami kebingungan karena kita berbicara dengan cepat.
- Jarang komunikasi komunikasi. Komunikasi dengan anak itu penting dan jangan dianggap anak tidak paham. Biasanya para ibu karena saking lelahnya lupa untuk mengajak anak berbicara. Padahal dari komunikasi ini anak akan belajar menangkap pesan dan peraasan dari pengasuh. Kurang komunikasi juga akan menghambat terbentunya ikatan antar orang tua dengan anak.
- Kurang Mengekspresikan Perasaan. Meskipun jarang tetapi ada orang tua yang kurang mengekpresikan perasaan. Jadi terbiasa mengurusi anak seperti memandikan, ganti popok hanya sekedar rutinitas. Tidak ada ekspresi yang ditangkap, sehingga anak memerlukan waktu untuk memahami “ ini boleh tidak” kenapa dilarang kok mainanku di ambil”. Jadi ibu boleh mengatakan pada anak” adek mama khawatir jika adik main tongkat itu nanti bisa terkena mata, itu sakit”.
- Terlalu banyak screen time. Banyak ibu yang merasa terbantu dengan adanya gadget, anak dianggap belajar kosa kata dari sana. Anggapan itu bisa jadi benar, namun who melarang adanya sceern time pada anak terutama 3 tahun awal kehidupan. WHO beranggapan bahwa screen memiliki dampak yang kurang baik. Selain mengganggu kesehatan mata, anak akan keurangan interaksi dengan sekitar. Jika masih ingin menggunakan hp orang tua bisa menggunakan fitur video call di mana tetap ada interaksi. Bila anak dikatakan belajar kosa kata lewat video perlu diperhatikan, anak hanya belajar kosa kata, tanpa belajar mengungkapkan kata. Anak juga bisa bingung dengan kapan kosa kata itu digunakan. Ingat alasan anak belajar kosa kata adalah untuk interaksi, menyampaikan pemikiran, dan perasaan.
- Apa gunanya jika kosa kata banyak tapi anak tidak bisa berinteraksi.
- Daftar Putaka : Delia, d & Suwandi, E. 2021. Serba-serbi pengasuhan anak. Jakarta. Elex Media Komputindo
