Studi menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih beresiko untuk mengalami speech delay dari pada anak perempuan. Ada juga anak yang mengalami terlabat berbicara karena sejak awal ada kerusakan pada organ pendengaran. Kondisi lain yang menyebabkan anak terlambat bicara adalah anak dengan gangguan autisme dan anak dengan gangguan intelektual. Biasanya kedua anak special ini kesulitan dalam memahami untuk gangguan intelektual dan sulit konsentrasi pada anak autis.
Hindari
Beberapa dukungan positif bisa dilakukan agar anak terhindar dari speech delay, diantaranya sebagai berikut.
- Hindari berbicara dengan banyak bahasa (multilngual). Anak akan mengalami bingung bahasa karena banyak kata baru yang didengar dalam satu waktu. Usahakan berbicara dengan satu bahasa “ bahasa ibu “ pada anak. Sehingga anak bisa mengusai bahasa tersebut dan memiliki waktu untuk mempelajari bahasa selanjutnya. Jika tidak memungkinkan karena keluarga berasal dari Negara beda, orang tua bisa secara konssiten berbicara satu bahasa.
- Misal ibu berasal dari Indonesia dan ayah dari korea, karena ayah belum bisa lancar bahasa Indonesia maka khusus ibu wajib pakai bahasa Indonesia. Sedangkan ayah bisa tetap pakai bahasa korea. Usaha ini bisa dilakukan meskipun tidak akan maksimal seperti penggunaan satu bahasa untuk seluruh keluarga.
- Berbicara terlalu cepat. Salah satu alasan anak terlambat berbicara karean kita terlalu cepat berbicara kepada anak. Sehingga anak kehilangan moment untuk belajar kosa kata. Anak akan mengalami kebingungan karena kita berbicara dengan cepat.
- Jarang komunikasi komunikasi. Komunikasi dengan anak itu penting dan jangan dianggap anak tidak paham. Biasanya para ibu karena saking lelahnya lupa untuk mengajak anak berbicara. Padahal dari komunikasi ini anak akan belajar menangkap pesan dan peraasan dari pengasuh. Kurang komunikasi juga akan menghambat terbentunya ikatan antar orang tua dengan anak.
- Kurang Mengekspresikan Perasaan. Meskipun jarang tetapi ada orang tua yang kurang mengekpresikan perasaan. Jadi terbiasa mengurusi anak seperti memandikan, ganti popok hanya sekedar rutinitas. Tidak ada ekspresi yang ditangkap, sehingga anak memerlukan waktu untuk memahami “ ini boleh tidak” kenapa dilarang kok mainanku di ambil”. Jadi ibu boleh mengatakan pada anak” adek mama khawatir jika adik main tongkat itu nanti bisa terkena mata, itu sakit”.
- Terlalu banyak screen time. Banyak ibu yang merasa terbantu dengan adanya gadget, anak dianggap belajar kosa kata dari sana. Anggapan itu bisa jadi benar, namun who melarang adanya sceern time pada anak terutama 3 tahun awal kehidupan. WHO beranggapan bahwa screen memiliki dampak yang kurang baik. Selain mengganggu kesehatan mata, anak akan keurangan interaksi dengan sekitar. Jika masih ingin menggunakan hp orang tua bisa menggunakan fitur video call di mana tetap ada interaksi. Bila anak dikatakan belajar kosa kata lewat video perlu diperhatikan, anak hanya belajar kosa kata, tanpa belajar mengungkapkan kata. Anak juga bisa bingung dengan kapan kosa kata itu digunakan. Ingat alasan anak belajar kosa kata adalah untuk interaksi, menyampaikan pemikiran, dan perasaan.
- Apa gunanya jika kosa kata banyak tapi anak tidak bisa berinteraksi.
- Daftar Putaka : Delia, d & Suwandi, E. 2021. Serba-serbi pengasuhan anak. Jakarta. Elex Media Komputindo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H