Wawasan Kebangsaan dalam Sumpah Pemuda di Era Reformasi Demokrasi
Sumpah Pemuda, yang diikrarkan pada 28 Oktober 1928, merupakan tonggak penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Sumpah ini menegaskan tekad untuk bersatu sebagai satu bangsa, berbahasa satu, dan berbangsa satu, yaitu Indonesia. Di tengah perubahan besar yang terjadi pasca-reformasi pada akhir 1990-an, wawasan kebangsaan yang terkandung dalam Sumpah Pemuda tetap relevan sebagai landasan untuk memperkuat persatuan dan kesatuan Indonesia di era demokrasi.
 1. Wawasan Kebangsaan dalam Sumpah Pemuda
Sumpah Pemuda menyuarakan tiga pokok utama, yaitu:
- Satu Tanah Air, Indonesia
- Satu Bangsa, Bangsa Indonesia
- Satu Bahasa, Bahasa Indonesia
Pokok-pokok tersebut menggambarkan semangat kebangsaan yang ingin mengatasi perbedaan suku, agama, dan ras untuk mencapai tujuan bersama: kemerdekaan dan kedaulatan bangsa. Dalam konteks ini, wawasan kebangsaan adalah pandangan tentang pentingnya persatuan, keberagaman, dan kesetaraan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
 2. Perubahan Sosial dan Politik dalam Era Reformasi
Era reformasi, yang dimulai pada tahun 1998 setelah jatuhnya Orde Baru, membawa perubahan signifikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Demokrasi yang lebih terbuka, kebebasan berpendapat, serta desentralisasi kekuasaan menjadi ciri khas era ini. Namun, meskipun banyak kemajuan di bidang politik, era reformasi juga membawa tantangan baru, seperti maraknya konflik sosial, separatisme, dan radikalisasi, yang bisa mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
Dalam konteks ini, wawasan kebangsaan yang terkandung dalam Sumpah Pemuda menjadi penting sebagai pedoman untuk menjaga persatuan di tengah-tengah keberagaman dan dinamika perubahan sosial politik. Sumpah Pemuda memberikan panduan bahwa meskipun ada kebebasan politik yang lebih besar, identitas bangsa Indonesia sebagai satu kesatuan harus tetap dijaga.
3. Relevansi Wawasan Kebangsaan di Era Demokrasi
Demokrasi mengakui pentingnya hak asasi manusia, kebebasan berpendapat, dan pluralisme. Akan tetapi, di sisi lain, demokrasi juga membutuhkan pemahaman bersama mengenai wawasan kebangsaan agar kebebasan tersebut tidak mengarah pada disintegrasi. Sumpah Pemuda, yang menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan dalam keberagaman, sangat relevan dalam konteks ini.
Beberapa hal yang perlu ditekankan dalam wawasan kebangsaan di era reformasi adalah:
- Menjaga persatuan di tengah keberagaman: Indonesia terdiri dari berbagai suku, agama, dan budaya. Wawasan kebangsaan mengingatkan pentingnya memelihara harmoni dan kerukunan antar elemen bangsa.
- Menghargai perbedaan dan pluralisme: Di era demokrasi, Indonesia menjadi lebih terbuka terhadap perbedaan pendapat, tetapi tetap harus menegakkan prinsip-prinsip persatuan.
- Menjaga kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI): Negara ini harus tetap bersatu meskipun ada berbagai perbedaan dalam masyarakat. Prinsip ini menjadi kunci dalam menjaga stabilitas politik dan sosial.
4. Peran Generasi Muda
Generasi muda memegang peran penting dalam memperkuat wawasan kebangsaan. Dalam era reformasi, generasi muda lebih bebas dalam mengakses informasi dan mengekspresikan pendapat. Oleh karena itu, pemahaman tentang Sumpah Pemuda dan wawasan kebangsaan yang terkandung di dalamnya sangat penting untuk menghindari polarisasi sosial dan menjaga semangat persatuan.
Generasi muda harus mampu menumbuhkan rasa cinta tanah air dan menghargai keberagaman, serta berperan aktif dalam kehidupan demokrasi, baik melalui kegiatan politik, sosial, maupun budaya. Mereka harus memahami bahwa kebebasan yang dimiliki di era reformasi bukanlah alasan untuk mengabaikan nilai-nilai kebangsaan yang telah diwariskan oleh para pendiri bangsa.
5. Tantangan dalam Mengimplementasikan Wawasan Kebangsaan
Meskipun penting, mengimplementasikan wawasan kebangsaan di era reformasi bukanlah hal yang mudah. Beberapa tantangan yang dihadapi antara lain:
- Polarisasi sosial: Perbedaan pandangan politik, agama, dan suku kadang-kadang memicu ketegangan sosial yang berpotensi merusak persatuan.
- Radikalisasi: Penyebaran ideologi yang intoleran dapat mengancam semangat kebangsaan dan pluralisme.
- Kesenjangan sosial: Ketimpangan ekonomi dan sosial masih menjadi masalah besar yang dapat memicu ketidakpuasan dan memecah belah masyarakat.
Untuk itu, pendidikan kebangsaan yang mengajarkan nilai-nilai Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, dan Sumpah Pemuda menjadi sangat penting dalam membentuk karakter bangsa yang berlandaskan pada persatuan, keadilan, dan toleransi.
 6. Kesimpulan
Wawasan kebangsaan yang terkandung dalam Sumpah Pemuda tetap relevan dan menjadi dasar dalam menghadapi berbagai tantangan di era reformasi demokrasi. Meskipun Indonesia kini menikmati kebebasan yang lebih besar, semangat persatuan, keberagaman, dan kesetaraan harus tetap dijaga. Generasi muda, sebagai penerus bangsa, memiliki peran strategis dalam memelihara dan mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sumpah Pemuda bukan hanya sekadar pernyataan sejarah, tetapi juga merupakan pedoman hidup yang harus diwujudkan dalam tindakan nyata. Dalam menghadapi era globalisasi dan berbagai tantangan baru, wawasan kebangsaan Indonesia harus terus diperkuat agar bangsa ini tetap maju, bersatu, dan sejahtera.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H