Mohon tunggu...
Putri Malu
Putri Malu Mohon Tunggu... pegawai negeri -

saya pemalu..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sinta Bukan Siti

17 Januari 2012   02:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:48 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Paduan baju terusan dan tas tangan bermerk yang dijinjingnya menyempurnakan kecantikannya itu. Menurutku kecantikan siti sekarang terawat dengan baik. Aku senang. Aku bahagia. Melihat siti sekarang seakan aku bisa melihat di "kelas" ekonomi mana sekarang dia berada.kembali perasaan senang menjalari hatiku.

Karena itu berarti cita-cita siti tercapai. Waktu kami kecil dulu setiap guru bertanya tentang cita-cita, ketika anak lain mengatakan ingin jadi dokter, guru, polisi atau profesi-profesi lain yang menurut pikiran kanak-kanak kami waktu itu merupakan profesi yang hebat, siti punya jawaban berbeda. Siti selalu menjawab dengan lantang kalau dia ingin jadi orang kaya. Saat itu sering kali dia jadi bahan ejekan teman-teman lain. Karena waktu ditanya bagaimana cara siti agar bisa menjadi orang kaya dia tak bisa menjelaskan.

"Pokoknya aku akan jadi orang kaya, bagaimana pun caranya", demikian dia selalu berkata.
Dan sekarang, aku bisa merasakan kalau cita-cita Siti dulu akhirnya tercapai. Aku penasaran, cara apa agaknya yang dipakai siti untuk mencapai cita-citanya itu (mengingat ucapan siti dulu, harus bisa jadi orang kaya bagaimanapun caranya).

Untuk menjawab penasaranku itu, aku tak sungkan bertanya. Nampaknya siti juga tak keberatan untuk menjelaskan. Mungkin karena dia mengingat betapa akrabnya kami dulu.

"Ternyata untuk menjadi orang kaya jalannya tak semudah yang kubayangkan. Kerja keras, kepintaran, seakan tak berarti apa-apa", demikian siti memulai ceritanya. Lalu mengalirlah dari bibirnya kisah perjalanan hidup yang panjang dan begitu penuh lika-liku derita. Siti hampir pesimis cita-citanya akan tercapai.

" Sampai akhirnya aku sadar. Aku masih punya jalan lain yang bisa membawaku pada kehidupan mewah yang kudambakan. Aku cantik, dan itu bisa kugunakan. Maka aku menerima begitu saja tawaran seorang lelaki kaya yang menginginkanku menjadi simpanan, selir, istri siri atau apapun istilah orang. Aku tak peduli bila lelaki itu hanya menginginkan tubuhku saja.Aku tak peduli lelaki itu mencintaiku atau tidak. Bagiku yang terpenting lelaki itu bisa membawa aku pada cita-citaku. Bisa memberi kekayaan dan limpahan materi. Itu sudah cukup bagiku", siti mengakhiri ceritanya.

Aku tak berkomentar apa-apa mendengar cerita siti barusan. Bagiku, semua yang terjadi mungkin memang sudah takdir Tuhan sebagai jalan hidup yang harus Siti tempuh. Toh yang terjadi juga adalah jalan yang memang Siti pilih, dan Siti nampaknya menikmati jalan yang sudah dipilihnya itu.

Buktinya di akhir pertemuan kami sore itu siti berucap, " Putri, bila lain kali kita ada waktu untuk kembali bertemu jangan panggil aku Siti lagi ya..di sini tak akan ada yang mengenali aku sebagai Siti. Sekarang namaku adalah Sinta".

Dan aku cuma bisa mengangguk paham.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun