Novel-novel yang diangkat ke layar putih adalah novel yang populer di kalangan masyarakat. Salah satunya adalah novel Ayah Mengapa Aku Berbeda? karya Agnes Davonar.
Sebelum diangkat menjadi sebuah film, kisah ini sudah memperoleh 2 juta pembaca online.
Film Ayah Mengapa Aku Berbeda? ? rilis pada 17 November 2011 jauh sebelum sinetronnya ditayangkan di televisi.
Film Ayah Mengapa Aku Berbeda? ini berkisah tentang kehidupan seorang gadis remaja penyandang tunarungu bernama Angel. Gadis tersebut tinggal bersama ayah dan neneknya.
Ibu Angel telah meninggal ketika ia lahir ke dunia. Meskipun tidak dapat mendengar, Angel tetap dapat berkomunikasi menggunakan bahasa tangan.
Angel yang dianggap tidak sempurna atau cacat harus berjuang untuk dapat diterima di sekolah umum. Penderitaan Angel terus berlanjut ketika ia berhasil diterima di sekolah umum.
Ekranisasi Novel Ayah Mengapa Aku Berbeda ?
Untuk menjadi sebuah film, novel Ayah Mengapa Aku Berbeda ? telah melewati proses ekranisasi. Eneste (dalam Putri dkk, 2014) menerangkan bahwa ekranisasi merupakan proses memindahkan sebuah cerita novel ke dalam film.
Dalam proses ini, cerita yang ada di dalam novel akan mengalami perubahan. Perubahan tersebut mencakup pengurangan atau peringkasan alur cerita, penambahan atau memperluas alur cerita, dan menambahkan beberapa variasi adegan mulai dari audio, tokoh, hingga latar tempat dan waktu.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yeni Putri dan kawan-kawan (2014) ditemukan bahwa dalam film Ayah Mengapa Aku Berbeda ? terdapat 105 episode dari 144 episode cerita novel yang tidak dimasukkan ke dalam film.
Perlu diingat bahwa dalam mengangkat cerita novel ke dalam film kita tidak perlu mengambil seluruh bagian yang ada di dalam novel.
Salah satu adegan film yang cukup menonjol perbedaannya dengan versi novel adalah saat Angel diusir oleh temannya yang bernama Agnes dari ruang musik. Di dalam novel jari-jari tangan Angel terjepit pintu yang ditutup oleh Agnes. Sedangkan di dalam film jari-jari tangan Angel diletakkan di atas tuts piano lalu Agnes menjepitnya menggunakan penutup piano.
Adegan tersebut termasuk dalam bentuk variasi yang diberikan oleh pembuat film. Dalam memproduksi film adaptasi juga perlu menyuntikan berbagai kreativitas yang dimiliki oleh sutradara dan rekan-rekannya.
Dialog menjadi hal yang paling penting dalam sebuah novel. Dialog mampu berdiri sendiri dalam menggambarkan suasana dan alur cerita novel. Sedangkan di dalam film kedudukan dialog berada di bawah audio dan visual.
Alat utama bagi sebuah film adalah gambar-gambar bergerak yang saling berkelanjutan.
Sama halnya dalam film Ayah Mengapa Aku Berbeda ? dimana Findo Purwono Hw dan rekan-rekannya perlu merekam gambar yang dibutuhkan di setiap adegan cerita.
Untuk menghidupkan setiap adegan cerita, pemilihan pemeran juga sangat penting. Findo Purwono Hw memilih Dinda Hauw untuk berperan sebagai Angel.
Terlihat bahwa pemeran yang bermain dalam film Ayah Mengapa Aku Berbeda ? berhasil membangun suasana yang kita dapatkan saat membaca novelnya.
Menariknya bahwa beberapa pembaca novel Ayah Mengapa Aku Berbeda ? masih ikut serta dalam menyaksikan film Ayah Mengapa Aku Berbeda ?.
Padahal jika dilihat alur ceritanya sudah mereka ketahui.
Daftar Pustaka
Putri, Y., WS, H. W. H., & Zulfadhli, Z. (2014). Ekranisasi Cerita Novel Ayah, Mengapa Aku Berbeda? Karya Agnes Davonar Dengan Film Ayah, Mengapa Aku Berbeda? Karya Sutradara Findo Purwono Hw. Jurnal Bahasa dan Sastra, 2(3), 75-88.