Perlu diingat bahwa dalam mengangkat cerita novel ke dalam film kita tidak perlu mengambil seluruh bagian yang ada di dalam novel.
Salah satu adegan film yang cukup menonjol perbedaannya dengan versi novel adalah saat Angel diusir oleh temannya yang bernama Agnes dari ruang musik. Di dalam novel jari-jari tangan Angel terjepit pintu yang ditutup oleh Agnes. Sedangkan di dalam film jari-jari tangan Angel diletakkan di atas tuts piano lalu Agnes menjepitnya menggunakan penutup piano.
Adegan tersebut termasuk dalam bentuk variasi yang diberikan oleh pembuat film. Dalam memproduksi film adaptasi juga perlu menyuntikan berbagai kreativitas yang dimiliki oleh sutradara dan rekan-rekannya.
Dialog menjadi hal yang paling penting dalam sebuah novel. Dialog mampu berdiri sendiri dalam menggambarkan suasana dan alur cerita novel. Sedangkan di dalam film kedudukan dialog berada di bawah audio dan visual.
Alat utama bagi sebuah film adalah gambar-gambar bergerak yang saling berkelanjutan.
Sama halnya dalam film Ayah Mengapa Aku Berbeda ? dimana Findo Purwono Hw dan rekan-rekannya perlu merekam gambar yang dibutuhkan di setiap adegan cerita.
Untuk menghidupkan setiap adegan cerita, pemilihan pemeran juga sangat penting. Findo Purwono Hw memilih Dinda Hauw untuk berperan sebagai Angel.
Terlihat bahwa pemeran yang bermain dalam film Ayah Mengapa Aku Berbeda ? berhasil membangun suasana yang kita dapatkan saat membaca novelnya.
Menariknya bahwa beberapa pembaca novel Ayah Mengapa Aku Berbeda ? masih ikut serta dalam menyaksikan film Ayah Mengapa Aku Berbeda ?.
Padahal jika dilihat alur ceritanya sudah mereka ketahui.
Daftar Pustaka