Mohon tunggu...
Putri Lestari
Putri Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Public Relation and Digital Communication Student, UNJ

A student of Public Relation and Digital Communication, UNJ. Have interesting in writing and digital content enthusiast.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bukti Maudy Ayunda Maksimalkan Privilege yang Ia Miliki

19 April 2024   19:02 Diperbarui: 19 April 2024   19:17 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Siapa yang tidak mengenal Maudy Ayunda, nama yang populer di dunia hiburan dengan sejuta keterampilan dan prestasi. Sosok wanita yang terlihat nyaris sempurna ini terus eksis dengan kisah inspiratif lewat pencapaiannya di masa muda. Dikenal cantik, cerdas, tekun, berbakat hingga ada di titik sekarang bukanlah suatu hal yang mudah bak membalikkan telapak tangan bagi seorang Maudy Ayunda. Kegagalan, menentukan pilihan, mengambil resiko, bahkan mengorbankan karir yang sedang naik daun di usia muda pernah Maudy lewati.  Anugerah Tuhan kepada Maudy  dengan segala kelebihannya, Maudy mampu menggali keberuntungan itu untuk dirinya dan orang sekitar. Bahkan bukan hanya keberuntungan tetapi ia juga mampu mengubah kekurangannya menjadi kelebihan, tak heran ia dianggap sosok wanita yang terlihat hampir sempurna di depan layar. 

Namun, siapa sangka sosok Maudy yang selalu tampil percaya diri seperti sekarang  berangkat dari Maudy kecil yang pemalu dan introvert. Pada unggahan video di kanal Youtube Perspektif MetroTV pada 2019,  Maudy mengungkap bahwa ia selalu menangis ketika diminta bernyanyi ke atas panggung. Kebiasaan Maudy membaca buku sejak kecil membentuk Maudy yang introvert sehingga perlu pembentukan karakter percaya diri dari diri Maudy. "Dari awal mama bilang sama aku, 'Mama tahu dari kamu itu masalahnya satu, kamu tuh enggak percaya diri, minderan. Jadi fokus mama pada saat itu adalah membuka wawasan aku dan mengajak aku untuk mencoba semakin banyak hal." ujar Maudy. Mengetahui kondisi tersebut, Maudy terus mencoba hal-hal baru yang melatih dirinya untuk berkembang mulai dari menulis puisi, bernyanyi dari panggung ke panggung hingga berkecimpung di industri perfilman. Film pertama yang ia perankan ialah film Untuk Rena pada tahun 2005, usianya masih 11 tahun saat itu. Meski sangat belia, sosok Maudy mendapat penghargaan sebagai Aktris Utama Terpilih di Festival Film Jakarta pada 2006 silam. Penghargaan tersebut membuat Maudy tak kunjung puas dan terus menekuni industri hiburan seperti sekarang. Keberanian Maudy keluar dari zona nyamannya membuat ia tidak hanya mempesona di panggung tetapi juga melewati perjuangan yang bisa ditiru terlebih usia Maudy masih tergolong anak-anak pada saat itu. 

Perjalanan karir dan hidup Maudy tidak berjalan mulus begitu saja, sebagai wanita yang menjunjung tinggi studi akademiknya, Maudy dihadapkan dengan berbagai pilihan hidup. Meski sebagian orang beranggapan hidup Maudy sudah di titik kesuksesan dengan segala privilege yang ia miliki, rintangan dan ketidakpastian dalam hidup tetap dialaminya. Maudy sempat mengalami rasa tidak tau arah akan dirinya ingin dibawa kemana dan seperti apa ketika hendak memutuskan perjalanan hidupnya untuk melanjutkan studi setelah lulus SMA.
Berbicara kesempurnaan yang tampak di mata orang lain, tekanan industri juga memaksa Maudy untuk terus bersinar di dunia hiburan. Setelah memilih gap year, Maudy dinyatakan diterima di Oxford University, Inggris untuk melanjutkan S1-nya. Pada titik inilah Maudy harus memilih kesempatan yang sama berharganya. Lahir dari keluarga supportive yang mendukung penuh apapun keputusannya tetap menjadikan Maudy sama seperti anak seusianya yang harus melewati teka-teki hidup. Bagai buah simalakama, melanjutkan studi ke Oxford menjadi prioritas pilihannya. Lagi, privilege yang Maudy punya sampai di titik tersebut tidak membuat Maudy berpuas diri. Ia harus mencoba beradaptasi di sana dengan lingkungan dan suasana yang baru ditemuinya dan yang terpenting survived dalam studinya, terbukti ia dapat menyelesaikan hanya dalam kurun waktu tiga tahun dengan nilai sempurna (cumlaude). Tidak berhenti sampai di sini, keberuntungan seakan tiada habisnya bagi seorang Maudy. Bertekad melanjutkan studi S2, ia diterima di dua universitas terbaik di dunia sekaligus yaitu Stanford dan Harvard. Suara Maudy sumbang saat kembali memilih, Stanford menjadi jawabannya karena ia tahu ia sangat menginginkannya. Tidak semua publik figur berhasil dalam menyelaraskan hidup, tetapi Maudy dengan kegigihannya dapat melewatinya. Ia berhasil memberi inspirasi kepada banyak orang terlebih anak muda di Indonesia melewati cerita-ceritanya yang Ia tulis. Stanford benar-benar mengubah personality Maudy, ia menjadi sosok yang lebih sederhana dan terus bersyukur terhadap hal-hal kecil yang terjadi pada dirinya seperti menyukai matahari pagi dan dapat bernapas dengan udara segar.

Melalui pengalaman hidupnya, Maudy Ayunda belajar banyak tentang nilai-nilai seperti ketekunan, keberanian, dan integritas. Masa lalunya mempengaruhi cara dia memandang dunia dan mengambil keputusan dalam karir dan kehidupannya. Seperti motto stanford, "ubah kehidupan, ubah organisasi, dan ubah dunia" benar-benar dirasakan Maudy. Ia belajar banyak pengalaman hidup yang sangat berharga bukan hanya untuk dirinya tetapi juga untuk berdampak kepada masyarakat. Dengan segala hal yang Maudy punya, ia mensyukuri dan terus mengambil makna kehidupan, hingga kini sinar positif Maudy selalu menginspirasi. Lewat bukunya yang berjudul 'dear tomorrow" ia bagikan makna kehidupannya untuk orang banyak. Setelah postingan kelulusan pun, terdengar kabar Maudy diangkat menjadi ambassador G20, forum kerjasama ekonomi internasional. Tak hanya itu, selain melanjutkan karirnya, Maudy juga aktif membagikan konten bermanfaat pada kanal youtubenya. Ia seperti tidak kenal lelah untuk terus memberikan impact pada sekitarnya.

Melalui kisah hidupnya, Maudy Ayunda mengajarkan kepada kita untuk menjadi wanita yang bernilai, bukan hanya menggantungkan paras sebagai objek pandang, tetapi tekad, kesempatan yang digunakan dengan baik, pantang menyerah, ulet, memiliki tujuan dan ambisi adalah bentuk menghargai dan mencintai diri sebagai perempuan. Bagaimana Maudy melihat peluang dan menghadapi kegagalan merupakan bukti nyata impian bisa diwujudkan, dan kesuksesan bisa diraih.

Putri Lestari, Mahasiswa Program Studi Hubungan Masyarakat dan Komunikasi Digital, Universitas Negeri Jakarta angkatan 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun