Mohon tunggu...
Putri Layina Isyrofa
Putri Layina Isyrofa Mohon Tunggu... Konsultan - Mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tertarik di bidang kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Fenomena Otak Manusia: Mengapa Kita Bisa Mengalami Lupa?

7 Mei 2023   18:13 Diperbarui: 7 Mei 2023   18:31 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Manusia Saat Lupa. Sumber: Freepik.com 

Kalian pasti pernah mengalami lupa, bukan? Seperti lupa ketika usai meletakkan barang di suatu tempat, lupa nama sesorang padahal baru saja berkenalan, ataupun lupa barang apa saja yang harus dibeli ketika belanja bulanan di supermarket. Terkadang, kita merasa kesal saat lupa pada saat situasi tertentu. Lantas, mengapa manusia bisa lupa?

Lupa dapat terjadi ketika kita tidak berhasil mengembalikan sebuah memori yang tersimpan sebelumnya. Ada tiga memori yaitu memori sensorik, memori jangka panjang, dan memori jangka pendek. Alasan fenomena lupa dapat terjadi dalam otak manusia ditinjau dari aspek psikologi antara lain:

1. Decay Theory

Teori ini menyatakan bahwa lupa disebabkan karena sebuah informasi yang jarang diingat kembali sehingga informasi tersebut perlahan hilang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. 

Oleh karena itu, kita harus lebih sering mengingat sebuah ingatan tersebut. Misalnya, pelajar dianjurkan mengulang setiap pelajaran yang telah diajarkan di sekolah agar pelajaran tersebut tetap selalu tersimpan di dalam otak.

2. Interference Theory

Teori ini menyatakan bahwa lupa disebabkan karena jumlah informasi yang tersimpan di dalam memori jangka panjang terlalu banyak sehingga terjadi penumpukan dan bercampurnya informasi. Hal ini terjadi saat informasi yang diterima tersebut bersifat mirip. 

Terdapat dua jenis interferensi yakni Proactive Interference (gangguan disebabkan memori lama menganggu memori baru) terjadi ketika seseorang lupa saat pergantian tahun sehingga ketika menuliskan tanggal seringkali masih menuliskan tahun sebelumnya bukan. 

Lalu Retroactive Interference (gangguan disebabkan memori baru menganggu memori lama) terjadi ketika seseorang baru saja mengganti nomor telepon sehingga ia lebih ingat nomor yang baru daripada nomor yang lama.

3. Retrieval Failure

Teori ini menyatakan bahwa lupa terjadi sebab kurangnya petunjuk dalam proses pemulihan ingatan. Dengan demikian, sebuah informasi akan kembali teringat apabila terdapat petunjuk yang tepat sebagai umpannya. 

Hal ini dapat terjadi ketika kita menghafalkan suatu seperti menghafalkan ayat suci Alquran lalu ternyata kita lupa, maka kita akan memiliki kemungkinan untuk ingat kembali setelah mendengar lantunan ayat tersebut atau melihat awal mufrodat dalam ayat tersebut.

4. Motivated Forgetting

Teori ini menyatakan bahwa lupa terjadi karena adanya motivasi atau kehendak secara sadar untuk melupakan suatu ingatan tertentu. Hal ini biasanya terjadi pada seseorang yang mengalami trauma terhadap suatu kejadian yang tidak menyenangkan sehingga membuatnya melupakan hal tersebut. 

Misalnya, seseorang merupakan korban bullying hingga membuatnya merasa depresi. Lalu ia hendak melupakan semua ingatan yang berkaitan dengan peristiwa bullying pada saat itu agar sembuh dari depresi.

Selain itu terdapat faktor lain seperti data ingatan hanya masuk dalam penyimpanan memori jangka pendek. Artinya, ingatan tersebut hanya bertahan sebentar. Contohnya kita seringkali lupa meletakkan kunci motor padahal benda tersebut belum lama kita letakkan di suatu tempat. Lalu, bagaimana cara otak bekerja ketika manusia lupa?

Neuron berguna menyalurkan informasi ke dalam otak. Jika neuron-neuron tersebut terhubung, maka akan membentuk engram (jejak memori) untuk memenuhi sebuah informasi menjadi ingatan. Ketika banyaknya informasi yang diterima, maka otak melakukan penyederhanaan engram dengan cara menghapus ingatan yang sudah tidak lagi diperlukan.

Sebenarnya, lupa bukanlah suatu hal yang buruk asalkan masih dalam tingkatan wajar karena lupa merupakan bentuk kerja otak secara dinamis. Bagian yang terpenting adalah tetap menjaga kesehatan otak agar terhindar dari penyakit otak seperti Amnesia, Alzheimer, dan Demensia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun