Mohon tunggu...
Aulia Putri Lanjarsari
Aulia Putri Lanjarsari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Teknik Sipil dengan segudang minat dan aktivitas.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Menggagas Literasi Digital untuk Memutuskan Rantai Hoaks dan Membangun Solidaritas

2 November 2024   02:15 Diperbarui: 2 November 2024   03:08 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era digital ini, penyebaran informasi terjadi begitu cepat dan mudah, yang sayangnya juga diikuti oleh meningkatnya penyebaran informasi yang salah atau menyesatkan, termasuk hoaks. Hoaks adalah informasi yang sengaja dipalsukan atau dimanipulasi untuk membentuk persepsi yang keliru, sering kali dengan tujuan untuk memecah belah atau menciptakan ketakutan. Di Indonesia, salah satu isu yang kerap kali menjadi sasaran hoaks adalah mengenai pengungsi, seperti kasus pengungsi Rohingya. Hoaks semacam ini sangat meresahkan karena bisa merusak hubungan antarkelompok, menimbulkan prasangka, dan mengganggu solidaritas sosial yang seharusnya terbangun di tengah masyarakat. Salah satu cara yang efektif untuk menangkal hoaks dan mempertahankan keharmonisan sosial adalah melalui peningkatan literasi digital, yaitu kemampuan untuk memahami, menilai, dan menggunakan informasi digital dengan bijak.

Contoh kasus hoaks mengenai pengungsi Rohingya menunjukkan betapa bahayanya informasi yang salah jika dibiarkan menyebar. Di Indonesia, pernah beredar hoaks bahwa para pengungsi Rohingya menerima bantuan melebihi yang diberikan kepada warga lokal. Bahkan, ada klaim bahwa mereka menerima fasilitas dan tunjangan dari pemerintah yang lebih besar dibandingkan masyarakat Indonesia sendiri. Informasi tersebut berasal dari cuitan akun UNHCR Indonesia yang meminta agar pemerintah memberikan bantuan kepada pengungsi Rohingya berupa makan, rumah, tempat tinggal, hingga pulau kosong, dan dibuatkan KTP. Padahal, informasi tersebut tidak benar dan hanya bertujuan untuk membangkitkan sentimen negatif terhadap para pengungsi karena ternyata akun tersebut bukanlah akun resmi UNHCR Indonesia. Fakta yang sebenarnya adalah bahwa para pengungsi Rohingya mendapatkan bantuan dari badan internasional seperti UNHCR dan beberapa lembaga non-pemerintah, bukan dari anggaran langsung pemerintah Indonesia. Hoaks semacam ini menunjukkan bagaimana informasi yang tidak benar dapat memicu ketidakpercayaan, kebencian, dan merusak solidaritas sosial.

Di sinilah literasi digital berperan penting dalam memutus rantai hoaks. Dengan literasi digital, kita diajarkan untuk mengenali informasi yang akurat, memverifikasi sumber berita, dan memahami bagaimana menilai fakta secara objektif. Literasi digital juga mencakup keterampilan berpikir kritis, di mana seseorang tidak langsung percaya dan menyebarkan informasi yang belum jelas kebenarannya. Keterampilan ini mengajarkan kita untuk tidak menjadi bagian dari penyebaran hoaks dan, sebaliknya, menjadi penyebar kebenaran. Dalam kasus pengungsi Rohingya, misalnya, literasi digital dapat membantu kita untuk mencari fakta yang sebenarnya melalui sumber-sumber terpercaya.

Untuk memastikan kebenaran suatu informasi, kita juga dapat menggunakan berbagai situs pengecekan fakta yang dapat diandalkan. Di Indonesia, beberapa situs terpercaya yang menyediakan layanan cek fakta antara lain Cek Fakta Tempo, cekfakta.com, TurnBackHoax.id, dan situs lainnya. Situs-situs ini dibuat untuk membantu masyarakat memverifikasi klaim-klaim yang beredar, terutama di media sosial, dengan cara menelusuri sumber informasi serta memberikan klarifikasi apakah sebuah berita benar atau hoaks.

Salah satu ciri utama literasi digital adalah tanggung jawab sosial, yang berarti kita tidak sembarangan membagikan informasi yang belum terverifikasi. Literasi digital menekankan bahwa setiap individu memiliki tanggung jawab untuk menjaga lingkungan digital yang sehat dan aman bagi semua pihak. Sebelum menekan tombol "bagikan" pada sebuah berita atau informasi, penting bagi kita untuk melakukan verifikasi. Ini bisa dilakukan dengan mencari referensi yang mendukung kebenaran informasi tersebut atau langsung memeriksa ke situs cek fakta. Misalnya, jika melihat klaim bahwa pengungsi Rohingya menerima tunjangan lebih tinggi dari warga lokal, kita dapat memeriksa kebenarannya di situs seperti Cek Fakta Tempo atau TurnBackHoax.id untuk memastikan apakah klaim tersebut benar.

Literasi digital juga memiliki peran yang signifikan dalam memperkuat solidaritas sosial. Dengan menggunakan media sosial secara bijak, masyarakat dapat menyebarkan informasi yang bermanfaat dan mendukung inisiatif positif. Ketika masyarakat memiliki literasi digital yang baik, mereka akan lebih berhati-hati dalam berkomunikasi dan menghargai perbedaan pendapat. Selain itu, mereka juga akan lebih cenderung mendukung gerakan sosial yang positif seperti kampanye melawan hoaks.

Agar literasi digital dapat diterapkan lebih luas, peran berbagai pihak sangat diperlukan. Sekolah-sekolah, misalnya, dapat memasukkan literasi digital dalam kurikulum, sehingga generasi muda dapat belajar cara menghadapi informasi yang salah sejak dini. Pemerintah dan organisasi sosial juga berperan penting dalam menyediakan program-program edukasi tentang literasi digital bagi masyarakat umum. Dengan kerja sama ini, kita dapat membangun masyarakat yang lebih kritis dan bertanggung jawab dalam menyebarkan informasi.

Pada akhirnya, literasi digital bukan hanya tentang kemampuan teknologi, tetapi juga tentang membangun masyarakat yang empati, adil, dan bersatu dalam menghadapi tantangan informasi di era digital. Ketika kita memiliki literasi digital yang baik, kita tidak hanya mampu menangkal hoaks tetapi juga mampu menjaga keharmonisan dan solidaritas sosial. Dengan meningkatkan literasi digital, kita dapat membantu menciptakan lingkungan digital yang lebih sehat, menghindari konflik yang tidak perlu, dan berkontribusi dalam membangun persatuan di tengah keberagaman masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun