Mohon tunggu...
Aulia Zahro
Aulia Zahro Mohon Tunggu... lainnya -

Seorang biasa yang ingin menjadi luar biasa dalam berkarya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Poligami

14 Maret 2012   05:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:04 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah restoran ...

"Kapan Abang mau menikahi Milah, Bang?"

"Sebentar lagi sayang, tunggu mood istri Abang lagi baik."

"Memangnya Abang tidak takut kalau istri Abang ngamuk?"

"Abang sangat paham dengan istri Abang, dijamin dia terima Neng menjadi istri madunya, apalagi niat Abang menikah itu karena ibadah."

Sudah hampir satu tahun Qodir dan Milah saling mengenal. Milah sendiri tahu kalau Qodir sudah punya istri, namun, cinta di hati kedua insan tersebut bagai mentari dan panasnya, tak bisa dipisah satu dengan yang lain.

***

Di sebuah rumah ...

"Ma, Papa pulang"

"Eh, Papah sudah pulang, tumben hari ini pulang awal?"

"Lagi nggak ada kerjaan, Ma. Ini buat Mama." Qodir menyerahkan bungkusan ke Pitri, istrinya

"Apa ini, Pa?"

"Buka saja, Ma."

"Hah! Mukenah dan kerudung baru!" Pekik Pitri dengan mata terbelalak melototin barang pemberian Qodir, suaminya. Kemudian Pitri menghampiri suaminya, mencium tangan sambil berucap, "Makasih, Pa. Papa memang suami yang baik dan pengertian"

"Itukan kewajiban Papa sebagai suami, harus menyenangkan hati istri. Dan Mamah harus memakainya, jangan disimpan loh, Ma."

"Iya pasti dong, Pah. Kebetulan besok lusa ada pengajian rutin di mushola, nanti Mama mau pakai kerudung baru ini, Pah."

"Pengajian rutin?"

"Iya, Pa."

"Siapa ustadz nya, Ma?"

"Ituloh, Pa. Pak Ustadz Bahri, tetangga kita! Tumben pakai tanya, ada apa Pa, mau ikutan ngaji? Ini khusus ibu-ibu, Pa." sergah Pitri, sambil mencoba mukena dan kerudung baru pemberian suaminya.

"Nggak papa, Ma."

***

Di rumah Pak Ustadz ...

Secara diam-diam, Qodir menemui Pak Bahri di rumahnya, dia menyampaikan uneg-uneg hendak menikah lagi. Pak Bahri  yang sama-sama mata perempuan sangat mendukung rencana Qodir.

"Daripada berbuat dosa mendingan saya menikah lagi, Pak Ustadz."

"Saya paham, tidak usah khawatir, Pak Qodir. Serahkan urusan itu pada saya, semua akan beres."

"Terimakasih, Pak Ustadz, ternyata tidak sia-sia saya datang kemari."

"Iya, kitakan sama-sama laki-laki, Pak Qodir."


***

Di rumah Pitri ...

Sebulan telah berlalu, Pitri, perempuan polos yang haus akan ilmu agama akhirnya merelakan suaminya menikah lagi karena iming-iming mendapat jaminan syurga. Kini Pitri telah dimadu, berbagi suami dengan Milah. Kehidupan Pitri berubah drastis, ia jarang mendirikan salat lima waktu bahkan Pitri telah menanggalkan jilbabnya. Suatu hari Qodir menegur.

"Ma, Papa lihat, sekarang ini Mama sangat berbeda"

"Ah, kata siapa, Mama biasa saja, Pa!"

"Bagaimanapun, Mama tetap menjadi istri Papa yang syah!"

"Lantas, kenapa?"

"Yah, Mama harus melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslimah. Apa yang dilakukan seorang istri, suami wajib bertanggung jawab, nanti Papa ikut menanggung dosanya, Ma."

"Dosa? Tenang saja, Pa!"

"Kok Mama bilang begitu, memangnya tidak takut masuk neraka?"

Pitri tersenyum, terus berkata, "Papa lupa apa kata-kata Papa sama Pak Bahri, sebelum Papa menikah lagi dengan Milah, katanya kalau  Mama mau dipoligami jaminannya syurga? jadi buat apa Mama salat, kalau sudah dijamin masuk syurga. Betul  kan, Pah."


Suaminya pingsan.

TAMAT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun