Namaku Ratri. Karena aku dilahirkan di malam hari, kata ibu. Siapa bapakku, aku tak pernah tahu, dan juga tak mau tahu.
Aku dan ibuku tinggal di sebuah rumah kayu tua, yang menempel di tembok bekas benteng, alun-alun sebelah barat kota ini.
Tetangga-tetanggaku tak pernah menyapaku ataupun ibuku. Menurut mereka, aku dan ibu adalah pembawa sial, dan mereka takut padaku dan ibuku. Ibu mengajariku, untuk tidak memedulikan kata mereka.
Umurku hampir enam tahun, namun ibu tidak pernah menyekolahkanku. Aku juga merasa bahwa, aku tidak perlu sekolah. Aku sudah belajar banyak hal dari ibu.
Namun, aku rasa itu bukan alasan ibu untuk tidak menyekolahkanku.
Aku tidak suka ada orang lain di dekatku, kecuali ibu.
Dulu, pernah seorang anak seumurku, menyapaku, dari luar pagar, saat aku bermain sendirian di halaman rumah kami. Aku tidak suka dia menyapaku. Tiba-tiba, sebuah motor yang kebetulan lewat dekat kami, saat itu oleng dan menyerempet anak yang menyapaku tadi. Mereka terluka dan aku senang.
Dulu juga, pernah aku melihat beberapa anak tetangga sedang sibuk memanen mangga, di halaman mereka. Aku tidak suka melihat mereka tertawa-tawa. Tiba-tiba, salah satu anak terjatuh dari pohon, dan harus dilarikan ke rumah sakit… dan aku, senang.
Saat seorang penjual balon gas dikerumuni anak-anak yang berteriak-teriak ingin membeli balon, aku pun tidak suka. Tiba-tiba, tabung helium penjual balon itu meledak. Mereka terluka dan aku senang.
Aku tidak senang, saat aku melihat seorang laki-laki yang tidak kukenal, mencumbu ibu di ruang tamu. Aku senang, saat tiba-tiba, dia mati terkena serangan jantung saat itu juga.
Aku kira, ini semua bukan kebetulan.