Mohon tunggu...
Putri Khairunniswa
Putri Khairunniswa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Putri Khairunniswa adalah mahasiswa jurusan Tadris Bahasa Indonesia di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Menulis adalah hobinya sejak SMP.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Kebaikan di Sudut Kota

11 Desember 2024   22:25 Diperbarui: 12 Desember 2024   16:18 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka berjalan bersama dalam hujan yang sangat deras itu. Langkah meraka berhati-hati di tengah jalanan yang semakin licin. Sementara itu, angin semakin bertiup kencang, seolah mengguyurkan tubuh. Cempaka, memegang tangan anak itu sangat erat, mencoba melindunginya dari apa pun. Ia merasa anak itu sudah sangat menggigil, mungkin tubuhnya juga sudah menggigil, namun tubuhnya lebih tahan dibandingkan anak kecil itu.

Cempaka membawa anak itu ke rumahnya, sebuah kost kecil di dalam gang sempit. Dinding yang sudah lembab, dan atap yang sering bocor. Namun, hanya itu satu-satunya tempat yang bisa Cempaka tawarkan.

“Nah, ini rumahku,” katanya, sambil meregangkan tangan anak itu. “ Nggak besar sih, tapi kamu bisa berteduh di sini dulu.”

Anak itu memandang sekeliling kamar Cempaka dengan tatapan kosong. Kemudian dia duduk di atas kasur milik Cempaka, sementara itu Cempaka mencari makanan yang bisa dimakan oleh mereka.

Hanya sepotong roti tawar yang ia temukan. Cempaka memberikannya ke anak kecil itu. “Hanya ada ini dek, makan ya,” ucap cempaka.

Anak kecil itu pun langsung menerimanya, dan memakannya. Cempaka duduk di sebelah anak itu, mencoba mencari bahan untuk mengajaknya bicara. Tapi anak itu tetap diam, matanya terus memandang ke arah jendela yang buram oleh uap hujan.

“Kamu... mau tinggal di sini?” tanya Cempaka akhirnya, mencoba mencari tahu apa yang diinginkan anak itu.

Anak itu akhirnya menoleh, dan dia tersenyum sedikit lebar. “Mau Kak,” jawabnya pelan.

Dengan begitu, anak itu tinggal bersama Cempaka. Hari-hari berlalu dengan lambat, tapi Cempaka merasa ada sesuatu yang berubah dalam hidupnya. Anak itu, meski jarang bicara, membawa kehangatan yang tak pernah Cempaka rasakan sebelumnya. Mereka berbagi apa yang mereka punya, yang sering kali tidak banyak, tapi cukup untuk membuat mereka terus bertahan.

Suatu pagi, Setelah berbulan-bulan hujan yang tak pernah berhenti, matahari akhirnya muncul di langit kota. Sinarnya menembus jendela kecil di kamar Cempaka, menghangatkan dinding-dinding yang lembab dan mengusir dingin yang selama ini bersarang di sana.

Suatu hari, Cempaka, mendapatkan sebuah harapan untuk bertahan hidup lebih lama, ia mendapatkan pekerjaan yang layak dengan gaji yang cukup. Cempaka menerima tawaran pekerjaan itu. Sekarang Cempaka dan anak kecil itu sudah hidup lebih baik dari sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun