Mohon tunggu...
Emy Putri Alfiyah
Emy Putri Alfiyah Mohon Tunggu... Lainnya - So many thing in the world

Pecandu kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dear, Indonesia

17 Agustus 2020   15:24 Diperbarui: 17 Agustus 2020   15:35 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tepat 75 tahun Negara Kesatuan Republik Indonesia  memperingati kemerdekaannya pada hari ini 17 Agustus 2020. Keramaian di bulan kemerdekaan menandakan setiap warga wajib mengibarkan bendera Sang Merah Putih di depan rumah. Dibarengi dengan memasang umbul-umbul dan lampu hias yang ditata apik. Rangkaian acara tahunan yang spesial di bulan Agustus pun menjadi kegiatan yang selalu dinanti-nanti, seperti upacara kemerdekaan, karnaval, bazar, tasyakuran, tumpengan, perlombaan tujuh belasan, hingga jalan santai.

Namun, kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Di saat masa pandemi mengharuskan beberapa event menyambut kemerdekaan tidak bisa dilaksanakan. Selain masih harus menerapkan protokol kesehatan masyarakat tetap diwanti-wanti menghindari kegiatan yang bersifat mengundang orang berkerumun. 

Pelaksanaan upacara kemerdekaan di Istana Negara pun dilakukan secara virtual dan terbatas. Tidak seperti tahun sebelumnya yang mengundang masyarakat secara fisik,  termasuk para tamu undangan dan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) pun dibatasi.

Bey Mahmudin, Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden memberikan penjelasan bahwa tim Paskibraka tahun ini hanya 8 orang yang berasal dari tim cadangan tahun 2019. Peserta upacara lainnya pun hanya berkisar 20 orang,yang terdiri dari lima perwakilan dari TNI Angkatan Udara, TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut dan POLRI.

Dalam upacara kemerdekaan hari ini tetap berlangsung seperti biasa mulai pukul 09.45 WIB sampai 10.40 WIB. Terlihat di halaman tempat upacara terpasang layar lebar untuk pelaksanaan Upacara Peringatan Kemerdekaan secara virtual. Selain itu, tidak ada acara arak-arakan bendera Merah Putih dari Tugu Monas ke Istana Negara yang tahun lalu diringi oleh berbagai masyarakat dari berbagai suku yang memakai baju adat khas daerah.

Pelaksanaan upacara kemerdekaan kali ini hanya 3 orang tim pengibar bendera dan tidak ada penyerahan bendera oleh Inspektur upacara kepada Paskibraka. Fly pass oleh TNI Angkatan Udara sementara juga ditiadakan. Iringan lagu pun diiringi secara virtual yang terdiri dari beberapa musisi dan masyarakat dari beberapa kota seperti Nanggroe Aceh Darussalam, Yogyakarta maupun Papua.

Kemeriahan dalam memperingati Kemerdekaan Republik Indonesia ke-75 nampak menunjukkan esensi yang sesungguhnya. Meski dilakukan berjarak, terbatas dan virtual, bangsa ini dipersatukan dengan hari kemerdekaan. Terlihat dari masyarakat dari Sabang dari Merauke juga mengisi upacara hari ini. Kemerdekaan di masa pandemi ini Indonesia masih berjuang melawan Covid-19 yang sudah meregang nyawa 6.150 jiwa bangsa Indonesia.

Selain itu, bangsa Indonesia juga masih berjuang mengentaskan diri dari kemiskinan, pemerataan infrastruktur, fasilitas-fasilitas kesehatan, pendidikan hingga lapangan pekerjaan. Bangsa kita masih harus terus belajar meningkatkan kesejahteraan, memperjuangkan mental humanisme, patriotisme, nasionalisme dan menolak radikalisme yang kian marak akhir-akhir ini.

Di beberapa daerah tertinggal pun masih sedikit tersentuh pelayanan serta fasilitas yang lebih modern dibanding di daerah perkotaan. Bagi masyarakat pinggiran, merdeka itu mereka bisa bekerja di tanah airnya dengan leluasa, aman dan nyaman tanpa ada tekanan atau paksaan dari luar. 

Bagi masyarakat pedalaman, menikmati lampu desa yang menyala mereka sudah senangnya luar biasa. Bagi anak-anak yang berangkat sekolah melewati pinggiran sungai atau curamnya bebatuan itu adalah rekreasi sebelum bertemu bapak ibu guru di sekolah. 

Bagi buruh atau kuli bisa makan sehari-hari sudah merasakan kehidupan yang bahagia. Bagi pedagang pinggir jalan merdeka itu barang dagangannya habis dengan membawa senyuman pada keluarga.

Negara Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, ras, budaya dan latar belakang yang berbeda masih harus terus menunjukkan Bhineka Tunggal Ika. Indonesia masih harus memerangi kepentingan-kepentingan pribadi maupun golongan. Melunasi hutang negara, dan masih terus berusaha memberantas Kolusi, Korupsi, Nepotisme serta mental-mental fanatik maupun radikal.

Berjalan sudah 75 tahun Indonesia berdiri diatas Undang-undang Dasar 1945 dan Pancasila. Kemerdekaan yang menunjukkan umur lebih dari setengah abad ini menjadi cermin kehidupan yang harus tetap menerapkan pedoman. 

Perang kemerdekaan yang kini tak bersimbah darah masih harus diteruskan dengan kemajuan bangsa yang berjiwa humanisme. Karena merdeka itu harus diteruskan dan diperjuangkan dengan kesadaran, bukan hanya dinikmati dan menjadi sejarah yang dilupakan.

(Emy Putri Alfiyah)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun