Mohon tunggu...
Putrikarza Novelaayulansari
Putrikarza Novelaayulansari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Bulu tangkis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran pendidikan dalam pembangunan karakter

20 Januari 2025   20:24 Diperbarui: 20 Januari 2025   20:24 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

A. Pengertian Pendidikan 

Pada dasarnya pengertian pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata 'didik' dan mendapat imbuhan 'pe' dan akhiran 'an', maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusiamelalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu: Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Dalam kajian dan pemikiran tentang pendidikan, terlebih dahulu perlu di ketahui dua istilah yang hampir sama bentuknya dan sering di pergunakan dalam dunia pendidikan, yaitu pedagogi dan pedagoik. Pedagogi berarti "pendidikan" sedangkan pedagoik artinya "ilmu pendidikan". Kata pedagogos yang pada awalnya berarti pelayanan kemudian berubah menjadi pekerjaan mulia. Karena pengertian pedagogi (dari pedagogos) berarti seorang yang tugasnya membimbing anak di dalam pertumbuhannya ke daerah berdiri sendiri dan bertanggung jawab. Pekerjaan mendidik mencakup banyak hal yaitu: segala sesuatu yang berhubungan dengan perkembangan manusia. Mulai dari perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial, sampai pada perkembangan iman. Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan dan budaya ada bersama dan saling memajukan.

Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai usaha pemberian informasi dan pembentukan keterampilan saja, namun diperluas sehingga mencakup usaha untuk mewujudkan keinginan, kebutuhan dan kemampuan individu sehingga tercapai pola hidup pribadi dan sosial yang memuaskan, pendidikan bukan semata-mata sebagai sarana untuk persiapan kehidupan yang akan datang, tetapi untuk kehidupan anak sekarang yang sedang mengalami perkembangan menuju ketingkat kedewasaannya. Pendidikan adalah proses pembelajaran yang didapat oleh setiap manusia (peserta didik) untuk dapat membuat manusia (peserta didik) itu mengerti, paham, dan lebih dewasa serta mampu membuat manusia (peserta didik) lebih kritis dalam berpikir.

Pendidikan menjadi sangat bertaraf dalam kehidupan bangsa ini sehingga banyak para ahli berusaha menalar dan menyampaikan apa artian pendidikan yang sesungguhnya dalam kehidupan ini. Selain itu, pengertian pendidikan atau definisinya menurut para ahli yaitu:

1. Prof. Dr. M.J Langeveld: Pendidikan ialah pemberian bimbingan dan bantuan rohani bagi yang masih memerlukannya.

2. Prof. Zaharai Idris: Pendidikan ialah serangkaian kegiatan komunikasi yang bertujuan, antara manusia dewasa dengan si anak didik secara tatap muka atau dengan menggunakan media dalam rangka memberikan bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya.

3. H. Horne: Pendidikan adalah proses yang di lakukan terus menerus dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.

4. Ahmad D. Marimba: Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terdapat perkembangan jasmani dan rohani terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. 

Dapat diartikan bahwa pengertian pendidikan adalah kegiatan untuk saling berbicara mengenai wawasan yang diketahui guna menambah landasan.didalam kehidupan. Landasan yang diterapkan dalam kehidupan berguna memperbaiki sistem kehidupan agar lebih tertata dan sesuai landasan agama.

B. Pengertian Karakter 

Menurut Gunawan (2014), karakter adalah keadaan asli yang ada dalam diri individu seseorang yang membedakan antara dirinya dengan orang lain. Sedangkan menurut Doni Koesoema dalam Gunawan, menyatakan bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan.

Menurut Wiyani (2013), karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus, yang menjadi pendorong dan peggerak, serta membedakannya dengan individu lain. Sedangkan menurut Alwisol (2009), karakter adalah penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara implisit dan eksplisit.

Dari penjelasan para tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa karakter yaitu karakteristik seseorang yang memebedakanya dengan orang lain yang terwujud dalam tingkah laku yang sesuai dengan kaidah moral dalam kehidupan sehari-hari.

C. Faktor-faktor pembentukan karakter 

Menurut Gunawan (2014), faktor-faktor pembentuk karakter dibedakan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a) Faktor Internal

Terdapat 5 hal yang termasuk dalam faktor internal yang dapat mempengaruhi karakter, yaitu:

1) Insting atau naluri

Insting adalah suatu sifat yang dapat menumbuhkan perbuatan yang menyampaikan pada tujuan dengan berpikir lebih dahulu ke arah tujuan itu dan tidak didahului latihan perbuatan itu. Sedangkan naluri merupakan tabiat yang dibawa sejak lahir yang merupakan suatu pembawaan yang asli. Maka perbuatan seseorang dapar bersumber dari latihan-latihan ataupun pembawaan.

2) Adat atau kebiasaan

Yang dimaksud dengan kebiasaan adalah perbuatan yang selalu dilulang-ulang sehingga mudah untuk dikerjakan. Maka dapat dipahami bahwa dengan melakukan pengulangan secara terus-menerus suatu perilaku maka perilaku tersebut bisa menjadi bagian atau kebiasaan dirinya.

3) Kehendak/kemauan

Kemauan adalah kemauan untuk melangsungkn segala ide dan segala yang dimaksud, walau disertai berbagai rintangan dan kesukaran-kesukaran, namun sekali-sekali tidak mau tunduk kepada rintangan tersebut.8 Manfaat dari sebuah kehendak atau kemauan yaitu dapat bersungguh-sungguh dalam mengerjakan sesuatu, terutama dalam keinginan untuk berprilaku baik, perlu didorong agar terwujud.

4) Suara batin atau suara hati

Suara hati berfungsi memperingatkan bahaya berbuat buruk dan berusaha mencegahnya, disamping dorongan untuk melakukan hal baik. Dalam diri manusia terhadap suara batin yang dapat membuat keputusan untuk melekukan kebaikan, dan menghindari perbuatan yang buruk.

5) Keturunan

Keturunan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi perbuatan manusia. Dalam keturunan terdapat dua jenis hal yang dapat diturunkan orang tua kepada kedua anaknya, yaitu sifat jasmaniyah yaitu kekuatan dan kelemahan otot-otot dan urat saraf orang tua yang dapat diwariskan kepada anaknya dan selanjutnya sifat ruhaniyah yaitu lemah dan kuatnya suatu naluri dapat diturunkan pula oleh orang tua yang kelak mempengaruhi perilaku anak cucunya.

b) Faktor Eksternal

1) Pendidikan

Pendidikan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pembentukan karakter. Pendidikan untuk mematangkan kepribadian manusia sehingga tingkah lakunya sesuai dengan pendidikan yang telah diterima oleh orang baik pendidikan formal, informal maupun nonformal.9 Pendidikan digunakan sebagai sarana atau tempat latihan dan memperoleh informasi mengenai karakter, sehingga dianggap penting jika pendidikan dijadikan sara pembentuk karakter.

2) Lingkungan

Lingkungan adalah suatu yang melingkungi suatu tubuh yang hidup, seperti tumbuh-tumbuhan, keadaan tanah, udara, dan pergaulan hidup manusia yang selalu berhubungan dengan manusia lainnya atau juga dengan alam sekitar. Kemudian lingkungan dibagi menjadi dua bagian. Pertama, lingkungan yang bersifat kebendaan. Alam yang melingkungi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan tingkah laku manusia. Misalnya lingkungan fisik sekitar seperti lingkungan alam yaitu unsur abiotik dan biotik, yang kecuali manusia. Kedua, lingkungan pergaulan yang bersifat kerohanian. Seseorang yang hidup dalam lingkungan yang baik secara langsung atau tidak langsung dapat membentuk kepribadiannya menajdi baik. Jadi dapat dipahami bahwa dengan menentukan secara benar tempat atau lingkungan hidup dapat menentukan kepribadian atau karakter yang akan dimunculkan.

c) Nilai-Nilai Karakter

Menurut Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2018, pelaksanaan pendidikan karakter pada satuan pendidikan terindentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: 

Religius.

Jujur.

Toleransi.

Disiplin.

Kerja keras.

Kreatif.

Mandiri.

Demokratis.

Rasa ingin tahu.

Semangat kebangsaan.

Mencintai tanah air.

Menghargai prestasi.

Bersahabat/komunikatif.

Cinta damai.

Gemar membaca.

Peduli lingkungan.

Peduli sosial.

Tanggung jawab. 

d) Peran Pendidikan Dalam Pembangunan Karakter

Pendidikan merupakan suatu upaya yang memiliki tujuan membantu siswa/ peserta didik agar bisa mengerjakan tugas kehidupan dimuka bumi dengan tanggung jawab baik itu secara moral dan Susila. Berdasarkan data World Population Review pada tahun 2021, Indonesia berada di peringkat ke 54 dari total 78 negara dalam rangking sistem pendidikan dunia. Peringkat tersebut naik satu tingkat dari urutan ke 55 di tahun 2020. Indonesia juga mendapatkan peringkat ke 4 se-Asia Tenggara.

Menurut Ryan & Lickona, (1992)Pendidikan adalah tanggungjawab banyak pihak antara lain orang tua, sekolah, masyarakat, dan negara. Di beberapa Negara yang berdasarkan agama, pendidikan menjadi tanggungjawab orang tua, sekolah, instansi agama, masyarakat, dan Negara. Demikian juga dengan Pendidikan karakter bangsa juga menjadi tanggungjawab beberapa pihak seperti orang tua, sekolah, masyarakat, dan Negara. Pihak mana yang tanggungjawabnya pada tahap pendidikan tertentu lebih besar tergantung pada system pendidikan, situasi, dan hukum suatu Negara, serta kedewasaan warga masyarakat.

Persoalan pembangunan karakter di negeri ini sudah cukup lama tidak mendapatkan perhatian, mendadak persoalan itu mencuat dan menjadi perhatian besar para pendidik, pencinta pendidikan, dan para pimpinan masyarakat/politik. Maka tidak mengherankan saat ini dunia pendidikan di Indonesia dipanasi dengan pendidikan karakter bangsa. Dengan pendidikan karakter bangsa diharapkan terbangun karakter bangsa yang lebih kokoh.

Nampak-nampaknya peristiwa akhir--akhir ini yang dapat mengkawatirkan kehidupan bangsa, telah menjadi penyebab mendesakkan dihidupkan kembali pembangunan karakter bangsa. Peristiwa itu antara lain: korupsi yang begitu meluas dan menggila; budaya kurang santun dalam mengungkapkan perbedaan pendapat seperti sering terlihat di DPR; tawuran dan kekerasan di lingkungan pendidikan menengah dan di PT; konflik horizontal di tengah masyarakat yang sering memakan korban banyak jiwa. Selain itu tantangan globalisasi dalam berbagai aspek kehidupan, juga menuntut disikapi dengan karakter yang lebih kuat.

Menurut Suparno (2010), saat ini hampir di setiap sekolah formal SD, SM, dan PT mulai diusahakan berbagai program pendidikan karakter bangsa. Berbagai model pendidikan karakter bangsa dicoba seperti pendidikan karakter lewat suatu mata pelajaran tersendiri, lewat semua mata pelajaran sekolah, lewat kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. Banyak kegiatan outbound dan live in digunakan untuk membantu pendidikan karakter bangsa pada peserta didik.

Dalam pengalaman hidup, pendidikan karakter pertama-tama menjadi tanggungjawab penuh orang tua. Orang tua yang mendidik secara penuh anak-anak mereka sejak lahir sampai mereka mulai masuk sekolah. Biasanya, anak yang mengalami pendidikan awal secara baik dalam keluarga, dapat berkembang kemudian secara baik, sedangkan yang pada masa umur dini tidak mengalami pendidikan secara baik dalam keluarga, sering mengalami banyak hambatan dalam perkembangan kemudian. Anak yang dididik nilai karakter baik oleh orang tua, biasanya lebih mudah menjadi pribai yang baik. Setelah anak masuk sekolah, maka kecuali orang tua, sekolah ikut andil dalam pendidikan karakter anak. Selain sekolah masyarakat juga sangat berpengaruh dalam pendidikan karakter anak. Apa yang tiap hari terjadi dalam masyarakat ikut mempengaruhi anak menjadi lebih baik atau menjadi lebih buruk. Akhir-akhir ini kita mendeteksi ada banyak hal yang semakin mempengaruhi nilai karakter anak seperti kelompok bermain (peer group), media (TV, majalah, Koran, video, games), internet, facebooks, dll. Ryan & Lickona, (1992).

Lewat proses pendidikan, terutama pendidikan formal di sekolah, peserta didik dapat dibantu untuk mengerti nilai karakter yang kita harapkan, dan pelan-pelan membantu mereka untuk melatih dan menjadikan nilai itu sebagai sikap hidup mereka. Disini dibutuhkan pembiasaan, sehingga nilai itu menjadi nilai yang spontan dijalankan anak. Sekolah formal mempunyai tanggungjawab besar terhadap pendidikan karakter ini, karena anak minimal berada di sekolah 6 jam/hari, dan mereka dipercayakan oleh orang tua kepada sekolah untuk dididik dan dibantu berkembang menjadi pribadi yang utuh.

e) Dampak Positif Pendidikan Karakter

Pembangunan karakter memang dapat dilakukan lewat berbagai kegiatan, namun secara real akan dapat lebih lancar dan luas bila melalui pendidikan, dan terutama pendidikan formal sekolah. Maka peran sekolah sangat penting bagi pendidikan karakter bangsa. Beberapa alasan mengapa pendidikan karakter di sekolah lebih dapat membantu dan berjalan:

1) Jangkauannya lebih luas. 

Pendidikan pembangunan karakter bangsa Indonesia yang begitu luas akan lebih cepat kena sasaran lewat pendidikan formal, yang memang tersedia di seluruh Indoensia. Setiap anak didik umur sekolah dapat terkenai program pendidikan karakter tersebut. Bila program diserahkan pada orang tua, maka hanya akan terjadi pada beberapa keluarga yang orangtuanya mempunyai perhatian dan mengerti mengenai pendidikan karakter. Maka dapat tidak merata.

2) Prosesnya dapat lebih cepat. 

Oleh karena hampir di seluruh Indoensia ada sekolah formal, maka bila program pendidikan karakter itu sudah direncanakan secara baik, dapat dengan cepat dieksekusi. Cara ini pasti lebih cepat dibandingkan dengan memberikan dan menyerahkan kepada orang tua masing-masing.

3) Sekolah mempunyai pendidik yang kompeten. Sekolah mempunyai guru yang relatif lebih kompeten untuk membantu peserta didik mendalami dan mempraktekkan karakter. Tentu beberapa orang tua dapat lebih hebat, tetapi tidak semuanya.

4) Diberikan sesuai dengan level perkembangan anak. 

Pendidikan karakter harus disampaikan sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik. Maka penyampaian kepada anak SD, SMP, SMA berbeda. Sekolah mempunyai kemampuan untuk membantu anak didik sesuai dengan umur dan perkembangannya. Maka pendidikan karakter di sekolah dapat lebih kena pada situasi anak. Sedangkan tidak semua orang tua mengerti level perkembangan psikologis anak.

5) Mengerti berbagai model pendekatan. 

Sekolah mempuyai berbagai metode dan model penyampaian pendidikan karakter, entah lewat kegiatan kurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler yang terencana secara sistematis. Hal ini pasti tidak akan terjadi bila hanya diserahkan kepada orang tua.

6) Banyak teman sebaya.

Suasana sekolah formal, dimana peserta didik yang sebaya banyak; akan memungkinkan anak saling belajar dari teman-teman lain. Bahkan perjumpaan dengan teman-teman yang beraneka dapat menjadi sarana mereka belajar karakter saling penghargaan satu dengan yang lain. Bila hanya di rumah, terutama di keluarga kecil, kemungkinan perjumpaan itu tidak besar.

7) Sekolah sudah biasa membuat evaluasi suatu program. 

Maka bila program pembangunan karakter ini tidak berjalan baik, sekolah dapat mengevaluasinya dan akhirnya juga memperbaikinya.

8) Oleh karena beberapa nilai karakter bangsa ini lebih bersifat nasional, maka lewat pendidikan formal, pemerintah juga dapat memberikan dukungan lebih kuat.

9) Koordinasi lewat pendidikan dapat lebih baik dan lancar dari pada koordinasi keluarga yang sangat bervariasi.

f) Dampak Negatif Pendidikan Karakter

Bila program pendidikan karakter sungguh baik, kemudian program itu dilakukan di semua sekolah secara sungguh-sungguh, kiranya hasilnya akan baik. Diharapkan bahwa setelah sekian tahun akan nampak buah-buah generasi muda yang berkarakter. Bila jumlah ini semakin banyak, maka lama kelamaan banyak warga Negara yang sungguh berkarakter, yaitu warga dari generasi muda tersebut. Namun pendidikan karakter bangsa lewat sekolah, dapat juga kurang berjalan dengan baik, mengalami beberapa kendala, sehingga dampaknya justru negatif bagi pendidikan karakter peserta didik. Di bawah ini disebutkan beberapa hal yang dapat menyebabkan dampak negatif, yang perlu dikritisi oleh para pendidik di lapangan.

1) Program yang dibuat sekolah tidak tepat bagi peserta didik. Ketidaktepatan bisa disebabkan karena tidak konteksual; metodenya tidak menggerakkan anak; waktunya tidak tepat; modelnya hanya ceramah dan tidak ada pengalaman melatih nilai; dll.

2) Pendidik/guru tidak kompeten. Pendidiknya sendiri tidak menguasai program dan metodenya, serta pendekatan kepada anak didik tidak bagus.

3) Tidak ada teladan yang baik dari pendidik, bahkan yang ada teladan yang jelek. Misalnya, guru tidak disiplin, maka tidak membantu karakter anak untuk disiplin. Guru tidak jujur, menjadi halangan bagi peserta didik mengembangkan kejujuran.

4) Tidak ada komunikasi dan dukungan dari orang tua. Kadang pendidikan karakter tidak jalan baik, karena peserta didik di rumah dikacau oleh keluarga; sehingga apa yang diajarkan di sekolah dengan baik, dirusak. Misalnya, di sekolah dilatih daya juang mengerjakan tugas, tetapi di rumah dilarang mengerjakan tugas oleh orang tua. Maka komunikasi dengan orang tua sangat penting!

5) Sekolah tidak mengembangkan dan mengevalusi programnya, sehingga tidak pernah maju dan statis, bahkan peserta didik menjadi bosan.

Dalam upaya membentuk karakter bangsa yang bermartabat, peran ilmu pendidikan sangat penting, karena dalam ilmu pendidikan kita dapat menemukan banyak konsep maupun teori pendidikan yang dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan seluruh potensi kemanusiaan termasuk karakter atau wataknya. Dalam Ilmu pendidikan juga dijelaskan bagaimana pendidikan itu sebaiknya dilaksanakan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun