3. Tidak semua anak memiliki gawai
Gawai merupakan fasilitas pembelajaran yang paling utama dalam proses pembelajaran jarak jauh. Tetapi untuk siswa TK dan SD banyak yang masih belum memiliki gawai. Anak-anak berusia di bawah umur rentan terhadap penyalahgunaan fungsi gawai sehingga harus tetap dalam pengawasan orang tua saat menggunakannya.
4. Sulitnya mengatur waktuÂ
Tugas orang tua bukan hanya mendampingi anak dalam proses pembelajaran jarak jauh. Pekerjaan rumah yang sangat banyak dan ada juga orang tua yang bekerja membuat orang tua merasa kesulitan untuk mengatur waktu dan membaginya dengan mendampingi anak saat proses pembelajaran jarak jauh.
5. Anak sulit untuk fokus belajar di rumah
Rumah biasanya menjadi tempat untuk anak beristirahat dan bermain bersama teman-temannya sepulang sekolah. Kebiasaan baru belajar di rumah membuat anak sulit untuk fokus terhadap materi pembelajaran. Banyak anak yang kehilangan semangat karena tidak bertemu dengan teman-teman sekolahnya dan kebiasaan anak bermain di rumah membuat anak sulit untuk fokus belajar di rumah.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran jarak jauh masih perlu dibenahi ataupun ditinjau kembali karena masih banyak kendala atau tantangan yang dialami terutama oleh orang tua siswa yang memegang peran penting dalam proses pembelajaran jarak jauh.Â
Sebanyak 92,9% responden menyatakan pembelajaran jarak jauh dirasa tidak efektif. Tetapi meski begitu, beberapa responden menilai masih ada hal positif yang dapat diambil untuk orang tua dalam mendampingi anak saat proses pembelajaran jarak jauh yang diantaranya adalah orang tua menjadi lebih kreatif dan mengetahui cara belajar yang efektif untuk anak, terjalinnya kedekatan antara orang tua dan anak, memahami kemampuan anak, dapat melihat langsung perkembangan anak, dan dapat lebih mengenal teknologi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H