Mohon tunggu...
Putri Isyam
Putri Isyam Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta

saya adalah mahasiswa universitas negeri jakarta dimana saya menyukai hal-hal atau fenomena yang sedang viral dan misterius.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Tranformasi Pembayaran Digital: Ketika Coffee Shop Menolak Uang Tunai

22 Oktober 2024   13:55 Diperbarui: 22 Oktober 2024   14:01 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Latar Belakang 

Dalam beberapa tahun terakhir Indonesia telah mengenal metode pembayaran cashless terutama ketika wabah COVID-19 tengah melanda. Di Indonesia dikenal dengan QRIS (quick response code Indonesian standard). Perkembangan QRIS di Indonesia tidak terjadi begitu saja. Pada awalnya, di Indonesia terdapat berbagai macam sistem pembayaran elektronik atau e-wallet yang beroperasi secara terpisah .Sebelum QRIS diterapkan, berbagai platform pembayaran di Indonesia menggunakan QR Code yang berbeda-beda untuk transaksi non-tunai, terutama melalui dompet digital atau layanan fintech (seperti OVO, GoPay, LinkAja, dll.). 

Hal ini menyulitkan pengguna karena setiap pedagang atau merchant perlu memiliki beberapa QR Code tergantung penyedia layanan yang digunakan konsumen. Untuk mengatasi permasalahan ini, Bank Indonesia (BI) akhirnya mengembangkan sebuah standar nasional yang mengintegrasikan semua QR code ke dalam sistem tunggal, yang kemudian dikenal sebagai QRIS. Tujuan dari hadirnya QRIS adalah menciptakan sistem pembayaran yang lebih efisien dan mudah untuk digunakan oleh semua orang. Tak hanya untuk mempermudah transaksi, metode pembayaran QRIS ini semakin populer sejak pandemi melanda. Pembayaran QRIS yang hanya perlu menggunakan HP tanpa perlu melakukan kontak fisik menjadi salah satu cara untuk mengurangi penyebaran virus corona.

Sejarah QRIS

QRIS secara resmi diluncurkan pada tanggal 17 Agustus 2019, bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Indonesia, sebagai simbol inovasi nasional dalam mendukung transformasi digital di sektor keuangan. Dengan QRIS, semua transaksi berbasis QR Code dari berbagai penyedia jasa pembayaran dapat diakses melalui satu standar yang sama, sehingga merchant hanya membutuhkan satu QR Code untuk semua aplikasi. Pengembangan QRIS ini mengadopsi standar internasional EMVCo, yang memastikan bahwa QRIS sesuai dengan standar global dalam hal interoperabilitas dan keamanan.

Setelah diluncurkan, Bank Indonesia memberlakukan aturan wajib penggunaan QRIS mulai 1 Januari 2020. Pada tanggal tersebut, semua penyedia jasa pembayaran yang menggunakan metode pembayaran berbasis QR Code diwajibkan untuk mengintegrasikan sistem mereka dengan QRIS. Penerapan QRIS dilakukan secara bertahap, dimulai dari merchant besar hingga para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Tujuan utama dari penerapan QRIS ini tidak hanya untuk menyederhanakan sistem pembayaran, tetapi juga untuk memperluas inklusi keuangan di Indonesia, terutama bagi UMKM yang menjadi tulang punggung ekonomi nasional. Dengan QRIS, UMKM yang sebelumnya mungkin sulit mengakses teknologi pembayaran digital kini dapat dengan mudah terhubung dengan sistem keuangan digital.

Dampak QRIS Terhadap Uang Tunai di Era Fintech Masa Kini

Penggunaan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) telah membawa dampak yang signifikan terhadap pengurangan penggunaan uang tunai di Indonesia, khususnya di era pertumbuhan pesat teknologi finansial (fintech). QRIS, yang dikembangkan oleh Bank Indonesia dan diluncurkan pada 2019, bertujuan untuk menyatukan berbagai sistem pembayaran berbasis QR Code yang sebelumnya terfragmentasi. Dengan mengadopsi QRIS, merchant hanya membutuhkan satu QR Code untuk menerima pembayaran dari berbagai aplikasi dompet digital seperti GoPay, OVO, dan LinkAja. Hal ini tidak hanya memudahkan konsumen yang semakin terbiasa dengan transaksi non-tunai, tetapi juga mengurangi ketergantungan pada uang tunai dalam berbagai sektor ekonomi.

Perkembangan fintech yang semakin canggih mempercepat adopsi QRIS, yang secara langsung berdampak pada meningkatnya penggunaan transaksi digital dibandingkan dengan uang tunai. QRIS sangat efektif dalam mendukung pelaku UMKM, yang kini dapat menerima pembayaran digital tanpa harus berinvestasi pada perangkat pembayaran yang mahal, seperti mesin EDC. Hal ini membuat UMKM lebih efisien dan meningkatkan daya saing mereka di pasar digital. Selain itu, QRIS membantu merampingkan biaya operasional dan mempercepat proses transaksi, yang berkontribusi pada peningkatan omset dan kepuasan pelanggan. 

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi digital, QRIS juga berperan penting dalam meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia. Penggunaannya memungkinkan masyarakat, termasuk yang sebelumnya belum terjangkau oleh layanan perbankan, untuk ikut serta dalam sistem keuangan formal. Data menunjukkan bahwa dalam setahun terakhir, transaksi menggunakan QRIS meningkat hingga lebih dari 200%, memperlihatkan pergeseran signifikan dari penggunaan uang tunai ke transaksi digital. Hal ini menjadi bukti bahwa QRIS menjadi katalisator penting dalam mendukung transformasi digital di Indonesia.

Analisis Studi Kasus Terhadap Coffee Shop Yang Tidak Menerima Uang Tunai Sebagai Alat Pembayaran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun