Mohon tunggu...
Putri Iqlima
Putri Iqlima Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Sosiologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Hai kenalin namaku Putri Iqlima, biasa dipanggil putri mahasiswa S1 Sosiologi di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Teori Konflik Raddal Collins (1941-Sekarang)

27 Oktober 2022   21:02 Diperbarui: 27 Oktober 2022   21:09 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tindakan sosial terjadi berulang-ulang karena manusia memiliki ingatan terhadap masalalu dan antisipasi yang akan datang. Mereka akan mempertahakan yang fungsional yang sekiranya dapat diterima oleh orang lain ketika melakukan sebuah tindakan sosial. Struktur sosial bukan eksistensi yang bersifat objektif yang dimana struktur sosial itu tidak berdiri sendiri, terlepas dari individu tetapi bersifat subjektif. 

Struktur sosial bisa dilakukan ketika adanya interaksi dan komunikasi antar individu. Analisis Raddal Collins ini adalah bagaimana dalam proses interaksi sosial yang terjadi dalam struktur sosial itu ada yang dinamakan dinamika konflik. Dalam level mikro proses interaksi akan mengikuti dari bentuk dominasi karena kepatuhan orang mengikuti ketentuann dalam masyarakat..

Model teori konflik Raddal Collins ini lebih komprehensif dibanding dengan model yang sebelumnya. Berbeda dengan Marx yang hanya mengorientasikan konflik pada kepemilikan modal, maka Collins tidak hanya pada konflik ekonomi saja. 

Namun model ini dapat diterapkan pada institusional apa saja seperti, keluarga, struktur ekonomi, politik, organisasi agama dan lain sebagainya. 

Raddal Collins menjelaskan bahwa konflik tidak bersifat ideologis, tidak juga dengan pandangan yang politis bahwa konflik itu baik atau buruk, tetapi lebih ke alasan realistis yang mungkin sebuah proses sentral dalam kehidupan sosial.

Saya mewawancarai salah satu tokoh penting didesa saya beliau bernama Bapak Ribut. Meskipun beliau bukan seorang tetua didesa tetapi beliau salah satu tokoh yang berjasa didesa. Saya bertanya "adakah kasus yang sedang terjadi di desa dalam beberapa terakhir ini" jawabannya "ada". 

Beliau menceritakan ada sekelompok pemuda yang pada saat jam 02.00 WIB mondar-mandir didesa dan motornya terparkir di depan rumah bapak Ribut. 

Bapak Ribut tersebut curiga dan langsung membuka pintu kemudian menangkap salah satu dari mereka. Tetapi terdapat beberapa yang sudah kabur dan meninggalkan temannya yang tertangkap. Hal ini pun sontak mengundang warga untuk berkumpul. Mereka ditanyain banyak hal dan ketua RT meminta untuk kedua orangtuanya menjemput mereka.

Kelanjutan dari cerita tersebut membuat saya berpikir bahwa konflik yang terjadi kalau dilihat dari level mikro pelaku memiliki masalah dengan keluarganya (hubungannya tidak baik), bisa dilihat dari ketika ibu tersebut yang menceritakan bahwa anaknya "sering membantah jika dikasih tau, berkata-kata yang kasar terhadap orang tua". 

Kalau dilihat dari level makro pelaku melampiaskan rasa kesalnya tersebut dengan ingin mencuri barang milik warga desa saya.  Bapak Ribut memandang bahwa "anak ini kurang perhatian dan kasih sayang dari orangtuanya". Untung warga didesa saya belum ada yang kehilangan barang, makanya mereka tidak main hakim sendiri. Tapi ini menjadi pelajaran buat warga desa saya supaya lebih berhati-hati lagi dan pelajaran buat pelaku supaya tidak melakukan hal ini lagi.

Contoh lain adalah pemerintah membuat suatu peraturan yang harus ditaati oleh masyarakatnya yang biasanya bersifat memaksa dan mau tidak mau harus mematuhinya. Salah satu aturannya adalah menaikkan harga BBM. Tentunya hal ini akan menyebabkan banyak konflik masyarakat. Banyak dari mereka yang menentang kenaikan harga BBM tersebut. Ini termasuk kedalam level makro karena konflik yang terjadi sudah membawa pengaruh yang besar untuk masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun