PMM 4 Inbound UPI tersebut dibagi kembali menjadi 19 Kelompok, yang mana setiap kelompoknya akan didampingi oleh dosen pembimbing dan LO (Liaison Officer).
Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka atau Program PMM merupakan bagian dari Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Program ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa dari berbagai penjuru negeri untuk merasakan pengalaman belajar di PT Penerima yang salah satunya adalah Universitas Pendidikan Indonesia. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menerima 474 mahasiswa Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) 4 yang berasal dari 88 perguruan tinggi di Indonesia. Kemudian mahasiswaDalam rangka melaksanakan kegiatan Modul Nusantara yang wajib diikuti oleh setiap mahasiswa setiap minggunya selama 16 kegiatan, salah satu kelompok mahasiswa PMM 4 Inbound UPI yakni kelompok 19 Kujang pada tanggal 17 Februari 2024 mengunjungi Batik Komar yang terletak di Jl. Cigadung Raya Timur, Kec. Cibeunying Kaler, Kota Bandung. Kunjungan ini bertujuan untuk memperkenalkan dan memperdalam pemahaman mahasiswa tentang kebudayaan lokal Indonesia. Kelompok 19 Kujang, yang terdiri dari 25 orang mahasiswa melakukan kunjungan ini dengan didampingi oleh Dosen Pembimbing serta LO (Liaison Officer) guna memastikan kelancaran kegiatan.
Setibanya di Batik Komar, kelompok 19 kujang disambut dengan hangat oleh Kak Recksha Ferdha Herditya, seorang pegawai di Batik Komar yang menjadi narasumber dalam kunjungan kelompok 19 Kujang. Kunjungan diawali dengan Kak Recksha yang menjelaskan sejarah berdirinya Batik Komar. Batik Komar ini didirikan oleh Bapak Dr. H. Komarudin Kudiya, S.Ip., M.Ds., pada tahun 1998, Batik Komar telah berkembang menjadi salah satu pusat kerajinan batik ternama di Bandung. Bapak Komarudin merupakan seorang seniman dan akademisi, beliau mendirikan Batik Komar dengan visi untuk melestarikan dan mengembangkan seni batik tradisional melalui inovasi dan pendidikan.
Kak Recksha menjelaskan bahwa batik merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan karena setiap motif batik memiliki cerita dan filosofi yang mendalam, mencerminkan kearifan lokal dan identitas budaya bangsa. Batik Komar menghadirkan identitas kota Bandung dalam rangkaian desain yang bersifat kontemporer dan modern, contohnya adalah Motif Pasopati, Kimerak, Angklung, Ciawi, Kimerak Kombinasi Burung Cangkurileung, Kimerak Kombinasi Angklung dan Aksara Sunda yang dibuat pada 1998.
Selama kunjungan, mahasiswa kelompok 19 Kujang diajak untuk mengamati langsung proses membatik, mulai dari teknik-teknik dasar membatik hingga alat dan bahan yang digunakan. Kak Recksha menjelaskan dua teknik utama dalam membatik: teknik batik cap dan teknik canting tulis. Teknik batik cap dilakukan dengan menggunakan alat canting cap yang dicelupkan ke cairan lilin panas, kemudian ditekan di atas kain untuk menciptakan motif. Teknik ini memungkinkan pembuatan motif yang lebih cepat dan seragam. Sementara itu, teknik canting tulis menggunakan canting, alat tradisional yang digunakan untuk menorehkan lilin panas pada pola di kain mori. Teknik ini lebih rumit dan memerlukan ketelitian tinggi, tetapi menghasilkan motif yang lebih halus dan detail.
Mendapatkan pengetahuan berharga, mahasiswa juga diajarkan cara membedakan batik asli dengan batik printing. Batik asli memiliki corak dan warna yang sama persis di kedua sisi kain, dengan tintanya yang tembus pandang. Ukuran kain batik asli biasanya sekitar 2–2,5 meter. Sebaliknya, batik printing hanya memiliki warna di satu sisi dan tidak sejelas batik tulis. Pengetahuan ini penting agar masyarakat dapat lebih menghargai batik asli yang memiliki nilai seni dan budaya yang tinggi.
Selain itu, Kak Recksha memberikan penjelasan mendalam tentang berbagai jenis canting yang digunakan dalam membatik. Canting ukuran kecil digunakan untuk mengisi pola kecil, canting ukuran sedang untuk pola sedang, dan canting ukuran besar untuk membuat pola besar. Proses membatik sendiri meliputi beberapa tahapan: membuat pinggiran, memasukkan motif utama, menambahkan gambar sesuai keinginan, melapisi dengan lilin, pewarnaan, dan penjemuran. Tahap akhir adalah lorod, di mana kain diceburkan ke dalam air mendidih untuk melepaskan lilin. Pewarnaan kain bisa menggunakan pewarna alami seperti kunyit, daun, atau kulit mangga, serta pewarna sintetis seperti naftol dan indigosol.
Kunjungan ini tidak hanya memperkaya wawasan mahasiswa tentang seni dan budaya Indonesia, tetapi juga memperkuat rasa kebinekaan melalui pemahaman dan apresiasi terhadap seni batik. Mahasiswa memperoleh pengetahuan baru mengenai sejarah Batik Komar, teknik dan proses membatik, jenis-jenis canting, serta cara membedakan batik asli dengan batik printing. Kegiatan ini menjadi salah satu bentuk implementasi dari tujuan Pertukaran Mahasiswa Merdeka untuk mengenalkan budaya lokal kepada mahasiswa dari berbagai daerah, sekaligus menumbuhkan rasa cinta terhadap warisan budaya Indonesia. Diskusi yang terjadi selama kunjungan membuka wawasan mahasiswa mengenai nilai-nilai budaya dan sejarah yang terkandung dalam setiap motif batik. Selain itu, juga berkesempatan untuk berdialog langsung dengan pengrajin batik, memahami tantangan yang dihadapi dalam pelestarian seni tradisional ini, serta mengapresiasi keahlian dan dedikasi yang diperlukan untuk menciptakan karya batik berkualitas tinggi.
Kegiatan ini juga menyediakan platform untuk mahasiswa menerapkan pengetahuan baru dalam proyek-proyek kreatif dan akademik, baik di dalam kampus maupun di masyarakat. Dengan demikian, mahasiswa tidak hanya menjadi penjaga warisan budaya, tetapi juga agen perubahan yang berkontribusi pada inovasi dan pengembangan seni batik di masa depan. Pengalaman ini diharapkan dapat memotivasi mahasiswa untuk terus mengeksplorasi dan mendalami kekayaan budaya Indonesia, serta berperan aktif dalam mempromosikan dan melestarikan seni tradisional di berbagai kesempatan.
Secara keseluruhan, kunjungan ini merupakan langkah strategis dalam upaya memperkaya pengalaman belajar mahasiswa, mendorong rasa bangga terhadap budaya lokal, dan menciptakan generasi yang lebih sadar dan peduli terhadap kekayaan budaya bangsa.
(Penulis : Mahasiswa PMM 4 Inbound UPI Bandung: Nadila anisa, Ibnu sayyaf sabililhaq, Nikmatusyadiah, Tira kania pardosi, Komang wangi maharani, Feronica manurung, Rizka hamida)
Editor: Putri Minda. C
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H