Mohon tunggu...
Putri Hernisa
Putri Hernisa Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Upacara Ngaben di Bali

7 Desember 2023   20:00 Diperbarui: 7 Desember 2023   20:14 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Negara Indonesia adalah negara kepulauan yang meliki bermacam-macam ras, suku, dan etnis, serta masing-masing daerahnya memiliki keunggulan tersendiri termasuk potensi alam. Bali merupakan salah satu daerah yang memilki budaya, adat istiadat, dan kesenian yang beraneka ragam. Bali yang masih sangat kental dengan adat istiadatnya memiliki daya tarik tersendiri sehingga mengundang keinginan para wisatawan lokal maupun mancanegara untuk datang dan melihat secara langsung keindahan Pulau Bali. Salah satu adat istiadat yang terkenal di Bali adalah Upacara Ngaben. Upacara ini adalah penyelesaian terhadap jasmani orang yang telah meninggal.

Upacara Ngaben adalah upacara pitra yadnya yang dilakukan umat hindu di Bali, yaitu upacara pembakaran jenazah disertai dengan upakara atau banten dan pandita (sulinggih). Proses peleburannya menggunakan api sebagai sarana utama, baik api konkret sebagai sarana untuk membakar jenazah maupun api abstrak yang berasal dari weda sang sulinggih lewat sarana air suci tirtha pamralina dan tirtha pangentas. Tujuannya dari upacara ngaben ini adalah mengembalikan unsur-unsur jasmani kepada asalnya yaitu Panca Maha Bhuta yang ada di Bhuana agung. Oleh karena itu, upacara  ngaben sering diartikan menuju Brahma loka yaitu tempat bersemayamnya dewa Brahma sebagai dewa pencipta setelah terlebih dahulu mengalami proses penyucian. Bagi masyarakat Bali yang mayoritasnya beragama Hindu melaksanakan upacara ngaben adalah suatu hal yang wajib.

Ritual ini dilakukan dengan penuh ketulusan sebagai penghormatan kepada leluhur. Secara sosial pelaksanaan upacara ngaben selalu melibatkan keluarga dan masyarakat sekitar. Upacara ngaben dipimpin oleh yajamana (pandita) yang dilaksanakan oleh manggala upacara (keturunan) yang akan diaben baik ngaben itu dilaksanakaqn dengan ngwangun maupun mapranawa. Dengan demikian, upacara ngaben dpat dipandang sebagai peristiwa multidimensional yang didalamnya terkandung aspek ritual, sosial, dan artistik. Upacara ngaben disertai dengan sarana-sarana seperti bade yang digunakan sebagai tempat pengusungan jenazah menuju kuburan atau orang bali menyebutnya "setra" dan ada kalanya juga dilengkapi dengan lembu dan naga banda.

Tetabuhan pada upacara ngaben merupakan hal yang menarik dalam rangkaian prosesi acara. Tetabuhan adalah bunyi-bunyian yang dihasilkan alat musik atau gamelan khas Bali. Saat upacara ngaben angklung bisa memainkan gending-gending pategak untuk menambah kehidmatan atau memainkan gending gilak untuk mengiringi prosesi pemberangkatan jenazah dari rumah duka menuju kuburan.  Upacara ngaben ini termasuk ke dalam daya tarik wisata ritual dan aktivitas keagamaan karena demikian menariknya untuk disaksikan sehingga wisatawan merasakan pengalaman yang sedimikian rupa.

Referensi :

Arsana, I. N. C., Simatupang, G. R. L. L., Soedarsono, R. M., & Dibia, I. W. (2014). Kosmologis Tetabuhan dalam Upacara Ngaben. Resital: Jurnal Seni Pertunjukan, 15(2), 107--125.

Puspa, I. A. T. (2019). Ngaben sebagai Daya Tarik Pariwisata. Pariwisata Budaya: Jurnal Ilmiah Agama Dan Budaya, 4(1), 37--45.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun