Mohon tunggu...
Putri Haezah Fahriah
Putri Haezah Fahriah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Literacy Enthusiasm

Pembaca yang mencoba menulis.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Mengenal "Smiling Depression" yang Sering Dilakukan Tanpa Sadar

17 September 2021   18:41 Diperbarui: 30 Januari 2022   23:16 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tersenyum. Sumber: www.freepik.com

Dalam Ilmu Fisiologi, tersenyum adalah ekspresi wajah yang terjadi akibat bergeraknya bibir atau kedua ujungnya, atau di sekitar mata. Kebanyakan orang tersenyum untuk menampilkan kebahagiaan dan rasa senang. Karena terenyum mampu melepaskan Hormon Endorphin dan Serotonin, yaitu hormon pengurang sakit dan hormon yang mengendalikan suasana hati.

Dalam Hadis pun dikatakan bahwa tersenyum adalah sedekah dan pahalanya besar. Tersenyum tidak saja membahagiakan orang lain tetapi juga menjadi jalan kebahagiaan kita.

Nabi Muhammad SAW bersabda, "Senyumanmu di hadapan saudaramu adalah sedekah bagimu." (HR. Tirmidzi)

Tersenyum memang tidak muncul dalam pikiran ketika kita berpikir tentang depresi. Tetapi beberapa orang menutupi yang mereka rasakan dengan memasang wajah bahagia dan membuatnya nampak baik-baik saja.

Yang di bayangkan ketika orang yang merasa depresi sebagai seseorang yang tidak bisa berhenti menangis, kelelahan, tidak ingin bersosialisasi, kamu mungkin benar. Kita contohkan, semisal si A sebagai orang yang paling suka bergaul, tidak pernah tersinggung, dan selalu terlihat bahagia juga energik, namun kita tidak tahu kalau si A yang kita kenal menderita Smiling Depression.

Orang yang mengalami Smiling Depression memang mengalami gejala, tetapi mereka menutupi atau menginternalisasi gejalanya sehingga tidak terlihat bagi orang lain.

Bagaimana tanda-tanda smiling depression?

  • Merasa baik-baik saja dan tidak butuh bantuan

Khawatir akan merepotkan orang sekitar yang sebenarnya bisa memberikan bantuan yang tak terduga, juga kekhawatiran mendengar kata "Tidak" saat meminta tolong. Kekhawatiran mendapatkan penolakan ini muncul karena berasumsi bahwa orang lain sudah terlalu banyak tanggung jawab.

Memang, rasa tidak enak itu pasti ada. Tapi, jangan pernah sungkan untuk meminta bantuan jika membutuhkan. Karena selain baik untuk diri sendiri, ada banyak orang yang cenderung tidak menghakimi dan senang saat bisa memberikan bantuannya.

  • Selalu menyangkal apa yang dirasakan

Menyibukan diri dengan melakukan aktivitas untuk menyangkal perasaanya yang menghantui. Mencoba memfokuskan diri dengan berkutat dengan suatu pekerjaan, tugas, atau hobi, namun pikiran selalu tertuju kepada perasaannya. Karena  itu cara mereka untuk menghindari dari apa yang dirasakan.

  • Memiliki gangguan tidur

Pola tidur yang berantakan karena terlalu banyak merenung, merencanakan, berpikir akan sesuatu dan melibatkan otak di malam hari yang tidak sengaja terbentuk menjadikan sulit tidur.

Seseorang dengan Smiling Depression mungkin mengalami beberapa atau semua hal di atas karena  gejala ini tidak sepenuhnya dirasakan. Bagi seseorang yang melihat dari luar, seseorang dengan depresi yang tersenyum mungkin terlihat seperti individu yang aktif dan berfungsi tinggi juga seseorang yang tampak ceria, optimis, dan umumnya bahagia.

Bisa dibilang orang yang mengalami Smiling Depression ini merupakan orang yang perfeksionis juga orang yang memikul tanggung jawab berat. Mereka mungkin takut mengecewakan orang lain, gagal memenuhi standar mereka sendiri menjadikannya dianggap lemah, atau tidak dapat diandalkan. 

Ketakutan ini menyebabkan mereka menyembunyikan tanda-tanda depresi yang mungkin dikenali orang lain. Namun, mereka masih mengalami gejala seperti kecemasan, kesedihan, kelelahan, ketakutan, insomnia, atau pikiran yang mengganggu. Mereka hanya tidak menunjukkannya.

Bagaimana Mendiagnosis Smiling Depression?

Berdasarkan sebuah makalah dari World Health Organization (WHO), Smiling Depression ini muncul dengan gejala yang berlawanan (bertentangan) dengan gejala depresi klasik. Hal ini dapat mempersulit proses diagnosis karena mereka tidak menampilkan apa yang dirasakannya.

Kesulitan lain dalam mendiagnosis Smiling Depression bahwa banyak orang bahkan mungkin tidak tahu bahwa mereka mengalami depresi atau mereka tidak mencari bantuan.

Jika kamu merasa mengalami depresi, penting untuk mencari pengobatan sesegera mungkin. Untuk didiagnosis, kamu harus mengunjungi seorang profesional medis. Dengan rujukan ke profesional kesehatan mental, seperti Psikiater, jika kamu ingin mendapatkan manfaat dari pengobatan, atau Psikolog atau profesional kesehatan mental lainnya yang melakukan Psikoterapi.

Lalu bagaimana cara mengatasi Smiling Depression?

  • Sudahi pikiran negatif  

Pemikiran khawatir akan menyulitkan orang lain, terlihat tidak mampu dalam melakukan sesuatu, takut ditinggalkan mereka jika mereka mengungkapkan bahwa apa yang dirasa, takut mengambil risiko lalu dihakimi atau dihukum karena depresi lalu bersembunyi di balik senyuman. Melakukan sesuatu selagi kita mampu itu bagus. Sudahi pikiran yang belum tentu terjadi, justu hal itu membuatmu semakin terjebak di pemikiran buruk itu.

  • Mulai untuk percaya diri

Membangun kepercayaan yang ada di dalam diri berarti kamu harus berani mengambil langkah-langkah kecil untuk perubahan dan bersyukur akan pencapaian yang telah diraih. Saat mulai merasa percaya diri, kamu akan merasa ada banyak hal yang mendorong kemampuan untuk terus berkembang tanpa perlu berkecil hati. Dengan demikian, pikiran-pikiran yang menimbulkan kekhawatiran perlahan akan tergantikan oleh keyakinan diri.

  • Buat to-do list

Tulislah di buku catatan dan tulis apa yang harus di ingat juga kerjakan. Mungkin to-do list yang panjang mungkin sangat berbobot sehingga kamu lebih memilih untuk tidak melakukannya. 

Alih-alih menyusun to-do list yang panjang, pertimbangkan untuk menetapkan satu atau dua hal dan tujuan yang perlu dilakukan dan dipikirkan. Karena ketika kita telah melakukan hal kecil, kita jadi memperhatikan dan mengevaluasi pada hal kecil lainnya, dan kemudian hal lain. Dengan memperhatikan hal kecil bukan berarti membentuk pribadi yang perfeksionis, namun fokus pada hal yang realistis dan bisa diperbaiki.

  • Menulis apa yang dirasakan

Selain membuat to-do list, menuliskan segala unek-unek ke dalam jurnal atau note hp bisa menjadi cara efektif untuk 'berbicara' dengan diri sendiri. Setelah menuliskan segala kegelisahan ke dalamnya kamu akan merasakan lega karena sudah menyampaikan apa yang kamu rasa melalui apa yang kamu tulis.

  • Self Reward

Memberikan penghargaan setiap pencapaian yang sudah dilakukan. banyak orang dapat bekerja dengan sangat baik di bawah tekanan, dan sejumlah tekanan diperlukan agar kita dapat mendorong diri sendiri dan berhasil. 

Dengan memberi penghargaan pada diri sendiri, rasa cinta pada diri sendiri akan semakin meningkat. Kamu akan merasa bahwa dirimu itu berharga dan layak dicintai. Jadi, meski hidup terasa sulit, kamu selalu memiliki ruang untuk menikmati setiap ujian yang datang menghadang.

Caranya dengan melakukan hal yang dapat kita nikmati sendiri seperti staycation bagi kamu yang menyukai pergi berlibur, pergi ke toko buku bagi kamu yang suka membaca dan merasa tenang ketika melihat banyak buku, atau bahkan membeli sesuatu yang membuat mood naik seperti membeli eskrim, kopi, atau mencoba makanan yang sedang diminati banyak orang seperti croffle yang sedang viral saat ini.

Langkah paling penting dalam menangani Smiling Depression dengan membuka diri terhadap orang-orang di sekitar kita. Bisa ke teman, atau anggota keluarga. Seperti halnya jenis penyakit atau kondisi lainnya, kamu harus mencari pengobatan. Jangan meremehkan perasaan diri sendiri.

Jika kamu merasa seseorang yang dikenal mungkin diam-diam mengalami Smiling Depression, tanyakan bagaimana keadaannya. Bersiaplah untuk menjadi pendengar yang baik.

Kebahagiaan adalah hak bagi setiap individu. Kita berhak untuk bahagia dengan cara sendiri, termasuk menutupi kepedihan sebagai wajah kebahagiaan palsu. Di balik topeng kegembiraan dan kebahagiaan yang ditampilkan, ada manipulasi rasa yang disembunyikan.

Rasa putus asa, tidak berharga, dan tidak mampu melakukan apa-apa bercampur menjadi satu. Ini memang terlihat dilematis dan dramatis. Di satu sisi, mungkin kita tidak ingin menampakkan kepedihan yang dirasakan, di sisi lain, kita juga ingin terlihat bahagia meskipun dalam kondisi terluka.

Lakukanlah aktivitas yang membuat kamu merasa produktif. Bila merasa tidak kuat untuk menampung apa yang kamu rasa, jangan segan untuk menghubungi seseorang yang dipercaya dan pertimbangkan untuk menghubungi terapis. 

Alih-alih tenggelam dalam pusaran pikiran negatif yang merugikan diri sendiri, kita harus bertahan. Di atas segalanya, tolong jangan menyerah. Jangan biarkan depresi menang dan menggerogoti dirimu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun