Mohon tunggu...
Putri Erinka Indriani
Putri Erinka Indriani Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswi Sastra Indonesia

Belajarlah untuk diri kita sendiri, bukan untuk menyerang orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Mengenal Proses Morfologis dalam Morfologi Bahasa Indonesia

5 Desember 2022   16:20 Diperbarui: 5 Desember 2022   16:42 2053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara etimologi, kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti bentuk dan kata logi yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah kata morfologi berarti ilmu mengenai bentuk. Menurut Verhaar dalam buku Asas-Asas Linguistik Umum, morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal.

Dalam morfologi Bahasa Indonesia terdapat tiga proses morfologis yang biasanya sering sekali digunakan sebagai acuan dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan bunyi bahasa pada manusia. Proses morfologis sendiri ialah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya.

Tiga proses morfologi yang ada di antaranya, yaitu: proses pembubuhan afiks (afiksasi),  proses pengulangan (reduplikasi), dan proses pemajemukan (pemajemukan). Di samping ketiga proses morfologis tersebut, dalam Bahasa Indonesia sebenarnya masih ada satu proses lagi yang disebut zero. Proses ini hanya meliputi sejumlah kata tertentu, yaitu kata-kata seperti: makan, minum, minta, dan mohon yang semuanya termasuk golongan kata verbal transitif.

Sedikit penjelasan singkat mengenai ketiga proses morfologis di atas yang akan dipaparkan dengan beberapa contoh di dalamnya, yuk kita simak bersama teman-teman.

1. Proses Pembubuhan Afiks (afiksasi)

Afiksasi merupakan nama lain dari morfem terikat. Morfem terikat merupakan kata yang tidak dapat berdiri sendiri, sedangkan kata yang dapat berdiri sendiri disebut sebagai morfem bebas. Morfem bebas merupakan kata dasar yang dapat berdiri sendiri. Kata dasar dapat berupa kata benda, kata sifat, kata kerja, dan lain-lain. Penggabungan morfem bebas dan morfem terikat akan membentuk kata jadian.

Afiksasi terdiri atas:

  • Prefiks (ber-, me-, pe-, per-, di-, ter-, ke-, se-)
  • Sufiks (-kan, -an,  dan -i),
  • Infiks (-el-, -em-,  dan -er)
  • Konfiks (ber-kan, ber-an, per-kan, per-an, per-i, pe-an, di-kan, di-i, me-kan, me-i, ter-kan, ter-i, ke-an)
  • Simulfiks (memper-kan, memper-i, diper-kan, diper-i)

2. Komposisi atau Pemajemukan dalam Bahasa Indonesia

Komposisi adalah proses kata pemajemukan. Kata majemuk ialah gabungan kata dasar yang telah bersenyawa atau yang sudah membentuk satu kesatuan dan menimbulkan arti baru.

Contoh:

  • Keras+kepala = keras kepala
  • Kamar+mandi = kamar mandi
  • Mata+pelajaran = mata pelajaran
  • Kumis+kucing = kumis kucing

Kumis kucing dalam arti 'sejenis tanaman' adalah kata majemuk, tetapi kumis kucing dalam arti 'kumis dari seekor kucing' bukanlah kata majemuk. Pokok kata (tidak bisa diartikan jika sendiri), tetapi setelah bergabung kemudian mempunyai arti sendiri disebut pemajemukan.

3. Pengulangan (Reduplikasi)

Pengulangan atau redupliksi adalah pengulangan satuan gramatik baik seluruh maupun sebagian, baik variasi fonem maupun tidak, hasil pengulangan itu merupakan kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar.

Misalnya: rumah-rumah dari bentuk dasar rumah. Setiap kata ulang sudah pasti memilki bentuk dasar. Kata-kata seperti sia-sia, mondar-mandir, dan lainnya dalam tinjauan deskriftif tidak dapat digolongkan kata ulang karena sebenarnya tidak ada satuan yang diulang.

Dari deretan morfologis dapat ditentukan bahwa sesungguhnya tidak ada satuan yang lebih kecil dari kata-kata tersebut. Secara historik atau komparatif, mungkin kata-kata itu dapat dimasukan golongan kata ulang.

Itulah sedikit penjelasan singkat mengenai proses-proses morfologis yang terdapat dalam morfologi Bahasa Indonesia, banyak sekali yang dapat dipelajari jika kita bisa lebih mengulik lagi tentang proses morfologis secara menyeluruh. Walalupun hanya dasar yang dapat dipaparkan, semoga artikel ini dapat menjadi sumber utama para pembaca dalam mengenal atau pun mempelajari proses morfologis Bahasa Indonesia. Karena dengan mempelajarinya kita dapat tahu bahwa semua bunyi bahasa yang ada pada manusia tidak hanya sekedar bunyi yang tidak memiliki arti, tetapi terdapat makna dari setiap kata yang dibentuk.

Putri Erinka Indriani

(Mahasiswi Aktif Sastra Indonesia Universitas Pamulang)

Dosen Pengampu: Dwi Septiyani S.Hum., M.Pd.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun