Mohon tunggu...
Putri EkaSari
Putri EkaSari Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawati

Semoga menulis menjadikan amal shalih yang bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Parasite : nge-Drakor Tak Harus Tema Percintaan

11 Januari 2025   22:31 Diperbarui: 11 Januari 2025   22:41 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sobat Kompasiana, ketika waktu senggang. Pernahkah merasa kebosanan melanda? Bingung ga ngapa-ngapain? Yuk nonton film bareng..

Kali ini saya memilih sebuah film buatan Korea Selatan dengan judul Parasite (2019). Judul yang membangkitkan rasa penasaran saya sebagai penikmat film horor misteri, namun bukan cerita tentang hantu. Apalagi intrik-intrik percintaan seperti dalam drakor-film Korea biasanya.

Meski Drakor (Drama Korea) sangat banyak mengupas tentang tema percintaan yang memiliki rating baik. Namun tema lain juga beberapa memiliki alur dan pengemasan yang sangat bagus, dan Parasite salah satunya.

Lantas, Kala mendengar tentang judul film ini, hal apa yang terbayang di pikiran teman-teman Kompasiana? 

Kalau saya, yang terlintas adalah Parasit dalam mata pelajaran kala sekolah dahulu, tepatnya IPA-Biologi. Hehe

Nah, Ada yang tau Parasite? Menurut Google.com, Parasit adalah organisme yang hidup pada atau di dalam makhluk hidup lain, yang disebut inang. Parasit hidup dengan menyerap nutrisi dari inangnya tanpa memberikan manfaat.

Jadi kebayang dong kira-kira nonton film tentang apa? eits... tapi bukan film tentang tumbuhan layaknya benalu. Atau hewan yang menempel seperti parasit atau bermutasi ala spiderman ya.. 

Namun film ini lebih ke tema horor-misteri yang mengangkat tentang isu sosial, yang terjadi pada banyak tempat di hampir seluruh Dunia. Tak terkecuali mungkin juga dekat dengan lingkungan kehidupan kita.

Tak heran jika film ini memborong empat piala Oscar sekaligus. Dengan mencetak sejarah di ajang Oscar 2020, yaitu memenangkan Best Picture, Best Director, Best Original Screenplay, dan Best International Feature Film. Hal ini layaknya pukulan telak untuk Hollywood, bahwa Asia pun juga bisa bikin film masterpiece Lho.. Keren kan..

Film Parasite karya Sutradara Bong Joon-ho ini bukan sekadar cerita tentang keluarga miskin yang licik dan keluarga kaya yang polos. Ini adalah tamparan keras tentang jurang kesenjangan antara si kaya dan si miskin, dengan humor gelap, ketegangan, dan plot twist yang bikin kita takjub dan melongo.

Bayangkan, saat kamu duduk nyaman nonton di bioskop, eh.. tiba-tiba dunia yang kamu tahu tiba tiba jungkir balik.. Nah begitulah kira-kira rasanya nonton film ini..

Alur Cerita yang Memukau

Kisah dalam film ini berawal dan berpusat pada keluarga Kim yang miskin. Terdiri dari Ayah, Ibu dan 2 anaknya. 

Di awal adegan memang alurnya agak slow, karena menceritakan tentang latar belakang keluarga Kim yang hidup di semi-basement kumuh, penuh kelembapan, apek dan bau pesing. Mereka sehari-hari bergulat dengan kecoak (serta berbagai jenis serangga lainnya), tetangga mabuk yang suka pipis sembarangan, dan berebut wifi gratis dari tetangga.

CNN Indonesia
CNN Indonesia

Kehidupan pun mulai berubah, dari yang awalnya kerja serabutan menjadi naik kelas. Ketika anak lelaki mereka, Ki-woo (Diperankan oleh Choi Woo Shik). Yang mendapat kesempatan kerja menjadi tutor (guru les) untuk anak perempuan keluarga Park yang super kaya (Dipimpin oleh Park Dong Ik yang diperankan oleh Alm. Lee Sun Kyung).

Dari Ki Woo lah, keluarga Kim perlahan mulai "masuk sebagai parasite" ke kehidupan keluarga Park yang kaya, dengan segala daya dan manipulasinya. Hingga dengan gercepnya Adik perempuan Ki Woo, Ayah dan Ibunya semua pun bisa menguasai rumah Sang Tuan. Nah.. ini selayaknya Parasite banget kan ya..

Ini mungkin adalah sebuah gambaran bahwa terkadang memang dalam hidup, kita harus pandai melihat berbagai peluang di depan mata. Dan bijak memanfaatkan setiap kesempatan yang ada. 

Tapi ini bukan sekadar soal menempel seperti parasit. Film ini penuh metafora, dari rumah megah keluarga Park hingga semi-basement yang jadi "tempat buangan". 

Sutradara Bong Joon-ho sangat cerdas, apik, dan ekstra detail dalam meracik alur cerita film ini dengan begitu kompleks, namun ciamik. Yang membuat kita merenung, "Apa kita juga kadang jadi parasit buat orang lain?"

Fakta menarik lainnya dalam film ini adalah Rumah Keluarga Park Dibangun Khusus untuk Film Ini

Saat melihat rumah keluarga Park, tentu kita akan berfikir bahwa rumah ini adalah properti mewah yang sengaja disewa untuk kepentingan syuting film. Tapi ternyata, rumah ini dibangun dan disetting dari nol lho!

Sutradara Bong Joon-ho dan tim desainnya merancang secara terperinci rumah ini, agar setiap sudutnya mendukung latar tempat cerita. Termasuk ruang rahasia di bawahnya. Waw detil banget kan ya..

Tangga, adalah Simbol Kelas Sosial

Di film ini, tangga bukan cuma bagian arsitektur. Setiap kali keluarga Kim yang miskin naik tangga, mereka mendekati kehidupan mewah. Tapi kalau turun? Ya mereka harus siap-siap kembali ke realitas pahit, alias kembali ke kehidupan asal mereka.

Adegan mereka lari ke rumah saat hujan deras? Hal itu tak sekedar adegan dramatis, tapi juga simbol "jatuhnya" mereka ke kelas sosial paling bawah. 

Hal yang membuat penonton ikut terbawa ke dalam alur film ini secara emosional. Bahkan termasuk saya, rasanya hanyut sedih ketika membayangkannya.

Bong Joon-ho Punya Obsesi Sama Bau

Di film ini, "bau" keluarga Kim jadi salah satu elemen penting yang bikin mereka ketahuan. Karena sang anak bontot dari keluarga Park seolah lebih peka dan bisa merasakan persamaan aroma tubuh alias bau antara sang guru lukisnya (adik perempuan Ki-Woo) dan anggota keluarga Kim yang lainnya. 

Sang sutradara sengaja memasukkan elemen ini untuk menggambarkan bahwa kemiskinan itu nggak cuma terlihat. Tapi juga tercium aromanya.

Saya sebagai penonton pun, rasanya sedih ya.. Tentu orang kaya akan bisa menutupi bau tubuhnya dengan parfum mewah, berbeda dengan sebaliknya.

Ending-nya Dibuat agar Penonton Mikir

Banyak orang yang berdebat soal ending film Parasite. Ki-woo berencana membeli rumah keluarga Park untuk menyelamatkan ayahnya yang terjebak di ruang bawah tanah. Tapi Bong Joon-ho bikin ending itu seperti mimpi, semacam sebuah "pengharapan palsu" untuk penonton. Ya, gimana sih anak miskin bisa tiba-tiba beli rumah miliaran?

Tapi menurut saya, tentu tak ada yang tak mungkin di dunia ini bukan??

Lalu, Kenapa Kamu Harus Nonton Lagi (dan Lagi)?

Saya sebagai penonton, rasanya memang tepat jika memberi aplause serta acungan dua jempol untuk film ini. Pantaslah jika film ini memenangkan piala Oscar ya..

Parasite bukan cuma film biasa. Ini adalah studi sosial tentang dunia yang penuh ketimpangan dan sandiwara. 

Kamu pun akan terus menemukan detail dan persepsi baru setiap kali nonton ulang. Dari dialog yang tersirat sampai adegan kecil yang penuh simbol.

Termasuk ketika seseorang dihadapkan pada masalah, kadang yang punya uang dan berkuasalah yang merasa harus di dahulukan. Seolah orang tak punya tak berhak memiliki hal yang sama. 

Persis seperti gambaran dalam film ini, ketika anak dari keluarga Park yang kaya merasa harus didahulukan dibandingkan dengan anak dari keluarga Kim yang miskin. Rasanya miris sekali ya..

Jadi, kalau kamu merasa hidup ini tak adil atau memusingkan layaknya tangga spiral tanpa ujung. Mungkin kamu bakal relate banget sama film Parasite ini. Karena pada akhirnya, kita semua yang ada di alam semesta adalah bagian dari sistem yang saling menempel, saling bergantung, dan kadang, saling menghancurkan.

Tapi percayalah, dari banyaknya keburukan yang ada di Dunia. Selalu ada kebaikan yang juga menyertainya. Stay positive dan tetap bersyukur dengan apa yang dimiliki ya Sobat..

Sumber : Google.com dan FB Indratnowidiarto

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun