Mohon tunggu...
Putri EkaSari
Putri EkaSari Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawati

Semoga menulis menjadikan amal shalih yang bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Semuanya Hanya 'Titipan'

8 November 2024   05:36 Diperbarui: 22 November 2024   02:46 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto : Larry Pannel

Sebuah frasa ini membuat saya termanggu. Terasa tergelitik dan 'gatel' ingin membahasnya.

Dari segi bahasa, titipan adalah sesuatu yang di titip. Dalam hal ini Allah, Tuhan semesta alam yang menitipkan kepada manusia, sesuatu. Dalam konteks ini berupa harta, kekuasaan, kesehatan, dan juga semua hal yang ada di Dunia ini adalah pemberian Allah.

Sehingga atas kasih sayang, rahmatNya, kita seluruh makhluk hidup yang ada di bumi dapat menikmati segala hal yang ada. Untuk dipergunakan sebagai mestinya, sesuai fungsi yang baik dan tepat.

Namun terkadang, sisi keegoisan sebagai makhluk lebih mendominasi. Merasa memiliki secara utuh titipan yang sudah Allah berikan dalam hidup. 

Sering lupa dan beranggapan bahwa, segala yang ada, diantaranya Harta, kekuasaan. Sebagai hasil kerja kerasnya, bukan sebuah titipan dari Allah yang nantinya akan dimintai pertanggungjawabkan, di hari akhir.

Saya pun merenungi frasa 'hanya titipan' ini ketika melihat foto yang melukiskan tentang Singa, Sang Raja Rimba di akhir hidupnya.

Sebuah hikmah yang dapat diambil dari Singa yang terkenal gagah, pemberani, sehingga mempunyai julukan yang keren sepanjang masa. Menjadi Raja yang disegani diantara para hewan. 

Kekuasaan, kekuatan dan fisik yang kekar, sebelumnya telah Allah titipkan kepadanya. Dan inilah yang terlihat, dari seorang Raja di saat-saat terakhir hidupnya

Adegan itu ditangkap oleh fotografer Larry Pannell, yang merilis foto mengejutkan banyak orang pada tahun 2018. Dalam sebuah Blognya, travelandphotography.com.

Larry Pannell berkata : "Kami menemukan dia terbaring di rumput, kelelahan dan tidak bisa bergerak. Kami hanya satu meter darinya saat ia meninggal di bawah bayangan pohon. Menyingkirkan kamera saya dan kami saling memandang, menutup mata untuk apa yang tampak seperti waktu yang lama. Aku hanya ingin dia tahu dia tidak akan mati sendirian berjuang untuk bernapas, dadanya hanya sakit dari waktu ke waktu. Kemudian satu gelitik terakhir, napas terakhirnya, dia pergi. "

"Raja sudah mati.." ujarnya lagi..

Hidup ini terlalu singkat. Karena kekuatan cepat berlalu.

Kecantikan fisik berumur pendek, saya pernah melihatnya di singa. Melihatnya pada orang tua.. (Ucap Larry Pannell dalam Blog nya)

Setiap orang yang hidup cukup lama akan menjadi lemah dan sangat rentan di beberapa titik.

Berkuasa itu pasti ada akhirnya... Bangkai disimpanpun pasti akan tercium juga..

Jadi mari kita rendah hati. Bantulah yang sakit, yang lemah, yang rentan dan yang paling penting jangan pernah lupa bahwa kita akan meninggalkan panggung suatu hari nanti.

Berkumpul dan berhenti berjuang, Karena ego atau kesombongan salah tempat.

Kita hanya manusia. Yang datang dengan telanjang. Dan pergi dengan telanjang.

Apa gunanya perang? Mari kita mencintai..

Mari kita mencintai lebih dari sebelumnya. Saat melakukan semua ini.... Kita akan diberkati.

Lebih dari sekarang, lebih dari sebelumnya..

Momen yang diabadikan Larry Pannell ini membuat saya berfikir sejenak. Kilasannya, seperti melihat Ayahanda di rumah, yang dulunya kuat, gagah perkasa dan ganteng di masa mudanya.

Kini setelah tua, menginjak lansia, Beliau kehilangan hampir seluruh kekuatannya. Menjadi pikun dan tak bisa bicara, karena penyakit stroke yang di derita. Hingga harus menggantungkan hidup orang lain, yaitu pada istri dan anaknya.

Sungguh.. Sedih ketika mengalami, dan melihat hal itu terjadi di depan mata sendiri.

Sebuah artikel dari Larry Pannell dan pengalaman bersama Ayah ini membuat saya terhenyak. Menyadarkan dan mengingatkan saya akan sebuah lagu dari Raihan-Demi Masa. Yang makin membuat saya memahami kembali, makna titipan yang Allah berikan dalam kehidupan.

Sesungguhnya manusia kerugian, melainkan yang beriman dan yang beramal shaleh.

Maka gunakan kesempatan yang masih diberi, semoga kita takkan menyesal. Karena masa usia kita jangan disia-siakan, karena ia takkan kembali.

Sehingga pantaslah jika dalam lagu ini, Raihan mengingat tentang 5 perkara, sebelum 5 perkara dalam hidup yang sebaiknya kita pahami:

1. Sehat sebelum sakit

2. Muda sebelum tua

3. Kaya sebelum miskin

4. Lapang sebelum sempit

5. Hidup sebelum mati

5 Hal tersebut yang kadang kita lupa, lalai sebagai manusia. Kita mudah terlena, dari titipan yang Allah berikan dalam bentuk nikmatnya sehat. Betapa cantik dan gagahnya masa muda, hingga menyombongkan diri. 

Kemudian kita tak menyadari titipan Allah lainnya, yaitu Kekayaan. Euphoria ini banyak terjadi, karena betapa menyenangkannya menjadi kaya. Sehingga kita lupa, terlalu berlebihan dan kikir dalam menggenggam harta. 

Lupa bahwa harta itu hanya titipan Allah yang nantinya akan diambil kembali oleh Sang Pemilik. Serta si Kaya akan dimintai pertanggung jawaban, digunakan untuk apa saja selama di Dunia.

Kita pun terkadang lupa kelapangan yang kita miliki, hingga salah dalam mengartikannya. Menyia-nyiakan waktu luang yang ada. Kebablasan dalm menggunakan waktu yang banyak.

Serta bahagianya hidup yang disertai hingar-bingarnya. Tertutuplah mata hatinya, terlena hingga lalai untuk beribadah.

Dan kemudian baru menyadari semua nikmat yang telah Allah berikan ini. Setelah smua hilang, dan diberikan perkara kebalikannya.

Maka mari berkaca pada waktu, memanfaatkan waktu yang ada dengan sebaik mungkin. Memperbaiki diri, sehingga kelak tak akan menyesal nanti. 

Karena kita akan kembali ke hadapanNya, untuk mempertanggung jawabkan titipanNya.

-Jakarta 08 November 2024-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun