Namun untuk tiket terusan Rp. 35.000, Rp. 15.000 (Anak-anak). Dengan ketentuan pengunjung dilarang berfoto di area sembahyang di area altar, untuk menjaga ke khusyuan.
Klenteng ini merupakan peninggalan Laksamana Zheng He atau sering disebut Cheng Hoo dan beberapa awak kapalnya yang singgah di Pulau Jawa, beberapa kisah menyebutkan Laksamana Cheng Hoo berlabuh dikarenakan ada awak kapalnya yang sakit. Mereka berhenti di sebuah Goa dengan Batu besar di sebuah bukit Batu. Sehingga sebelumnya orang menyebut dengan Gedung Batu.
Dahulunya tempat ini merupakan tempat beribadah umat muslim, yang beralih fungsi menjadi sebuah klenteng untuk agama Kong Hu Cu.Â
Dalam kebudayaan Cina, mereka bersembahyang untuk menghormati arwah para leluhurnya. Sehingga tak jarang di beberapa bagian dalam klenteng dimenjumpai beberapa orang bersembahyang pada altar dengan menggunakan dupa dan lilin.
Bukti bahwa Laksamana Cheng Ho memeluk agama islam, didasarkan dari penemuan tulisan yang jika diartikan bermakna, "Mari kita mengheningkan cipta dengan mendengarkan bacaan Al Quran'.Â
Bangunan berwarna merah dengan arsitektur bergaya tiongkok serta di bagian atas sekeliling klenteng terdapat lampion, makin menambah suasana seolah di Negeri Cina. Bahkan di sewakan pula Baju adat Cina untuk yang ingin berfoto ria.
 Di area klenteng Sam Poo Kong, terdapat 4Klenteng, yaitu:
a. Klenteng Dewa Bumi, di sinilah umat Kong Hu Cu beribadah untuk berterimakasih pada Dewa Bumi akan kekayan bumi yang beragam.
b. Klenteng Juru Mudi (Wang Ji Hong), untuk menghormati Juru Mudi (awak kapal Laksamana Cheng Ho yang konon berjasa dalam penyebaran islam dan mengajarkan bercocok tanam bagi warga sekitar).
c. Klenteng Sam Poo Tay Djien atau klenteng Sam Poo Kong, klenteng yang terlihat paling besar dan inti dari semua bangunan di sini. Yang di dalamnya terdapat sumur yang konon tidak pernah mengering.