Mohon tunggu...
Putri EkaSari
Putri EkaSari Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawati

Semoga menulis menjadikan amal shalih yang bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

'Senioritas' yang Mengakar dalam kehidupan

21 Agustus 2024   08:03 Diperbarui: 6 November 2024   19:07 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Asingkah dengan Senioritas dalam kehidupan?

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia daring, kata senior didefinisikan sebagai sebuah keunggulan atau kelebihan dalam hal jabatan, pangkat, kematangan, kemampuan, dan usia (Kompas.id).

Saat ini begitu ramainya publik membicarakan tentang senioritas yang berkaitan dengan peristiwa Bunuh Diri nya seorang dokter yang diakibatkan depresi. 

Beberapa sumber menyebutkan bahwa dokter tersebut depresi karena tidak kuat menanggung beban mental, setelah sebelumnya mengalami peristiwa pembullyan secara terus-menerus dari kakak 'senior' nya.

Pembullyan dari senior kepada junior seolah tidak aneh dan menjadi sebuah hal yang biasa dilakukan di lingkungan. Layaknya mengakar dalam kehidupan.

Meskipun beberapa orang beranggapan, proses pembullyan adalah sebagai penguatan mental bagi orang lain, dalam hal ini adik kelas agar lebih kuat menghadapi masa depan.  

Padahal seharusnya budaya pembullyan yang bersifat senioritas ini tidak diturunkan secara turun temurun dan di wariskan. Terutama kerap dilakukan hampir setiap awal tahun ajaran baru (di Sekolah atau Kampus).

Pelaku pun akan berganti, dari yang semula junior mendapatkan perlakuan bullying, kemudian akan meneruskan perilaku berulang ketika sudah menjadi kakak tingkat. Dan cenderung mengulangi hal yang sama sebagai pembalasan dendam kepada junior berikutnya.

Fenomena ini seolah menjadi mata rantai yang tak pernah putus dalam siklus kehidupan. Ketika nikmatnya membully, karena kekuasaan menjadi sebuah pemuasan ego.

Hampir semua lini sepertinya menerapkan bullying dari senior kepada juniornya. Tak ayal selayaknya hukum rimba, yang kuat yang akan menang dan berkuasa.

Pengalaman pribadi saat dulu sekolah, beberapa teman pun mengalami pembullyan oleh senior (kakak tingkat). Contohnya makan bersama dengan keadaan di 'ludahi' terlebih dahulu oleh senior. Baru kemudian adik junior pun diperbolehkan makan bekasnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun