Dan obrolan baru akan selesai jika ada guru yang berkeliling, mengecek ke tenda masing-masing muridnya.
Di malam hari sehabis makan malam, biasanya diadakan kegiatan mengelilingi api unggun. Beberapa diselingi dengan acara bebakaran, misalnya ayam, ikan, sosis, bakso ataupun sekedar bercerita antar kelompok.Â
Puncak acara berkemah adalah eksplorasi jurit malam yang terkadang horor dan menegangkan. Panitia (guru) akan mengajak para peserta untuk menjelajah sekeliling tempat berkemah pada tengah malam yang gelap.
Peserta Pramuka akan diuji keberanian dan mentalnya pada sesi acara ini. Tujuannya agar Pramuka dapat memecahkan masalah dalam berbagai kondisi, tak terkecuali meski dalam keadaan kurang nyaman dan mengantuk.
Pengalaman jurit malam ini saya dapatkan di kala SMA. Saat saya dan teman-teman berkemah di area Buperta Cibubur, Jakarta.
Kami dibangunkan malam itu, dan dibawa oleh guru serta kakak-kakak pembina di tengah malam.Â
Dengan berbekal kertas petunjuk, kami melewati beberapa titik sesuai dengan arahan pembina. Menyusuri malam yang pekat dan berusaha mengusir perasaan takut yang kadang menghantui di sela-sela langkah.
Bulu kuduk saya sesekali berdiri ketika melewati area gelap tanpa penerangan cukup, hanya mengandalkan senter dan cahaya head lamp saja.Â
Hembusan angin diantara pepohonan tinggi nan lebat, yang bersebelahan dengan semak belukar, seolah berbisik di telinga, menambah seram rasanya.Â
Udara dingin dan lembab malam terasa semakin mencekam, diiringi bunyi jangkrik dan serangga lainnya yang seolah bersahutan. Lolongan anjing pun menyapa lantang di kejauhan.
Kami menyusuri jejak, mengumpulkan bendera di beberapa titik tertentu, yang dilengkapi dengan memecahkan teka teki. Biasanya masing-masing kelompok peserta akan diberikan clue oleh pembina regu.